Sukses

Tolak Perbatasan, Arsitek Buat Jungkat-jungkit di Pagar Pemisah AS-Meksiko

Arsitek ini membuat jungkat-jungkit di perbatasan AS-Meksiko. Projeknya itu pun mencuri perhatian.

Liputan6.com, Jakarta Bermain di jungkat-jungkit bisa jadi hal yang menyenangkan bagi anak-anak. Umumnya kita bisa menemukan jungkat-jungkit di taman bermain. Namun, seorang arsitek membuat jungkat-jungkit di pagar perbatasan.

 

Dosen arsitektur di University of California, Barkeley Ronald Rael bersama Virginia San Fratello yang membangun jungkat-jungkit di pagar pemisah Amerika Serikat-Meksiko.

Video dan foto projeknya itu pun Rael bagikan di Instagram miliknya dan mencuri perhatian. Dalam unggahannya, Rael pun menuliskan, "Salah satu pengalaman paling luar biasa dari karier saya dan @vasfsf menghidupkan kembali gambar konseptual Tembok Teetertotter dari tahun 2009"

Rael melalui caption-nya pun menambahkan bahwa hal jungkat-jungkit itu bermakna adanya hubungan antara dua sisi. Aksi di satu sisi akan berdampak pada sisi lainnya.

View this post on Instagram

One of the most incredible experiences of my and @vasfsf’s career bringing to life the conceptual drawings of the Teetertotter Wall from 2009 in an event filled with joy, excitement, and togetherness at the borderwall. The wall became a literal fulcrum for U.S. - Mexico relations and children and adults were connected in meaningful ways on both sides with the recognition that the actions that take place on one side have a direct consequence on the other side. Amazing thanks to everyone who made this event possible like Omar Rios @colectivo.chopeke for collaborating with us, the guys at Taller Herrería in #CiudadJuarez for their fine craftsmanship, @anateresafernandez for encouragement and support, and everyone who showed up on both sides including the beautiful families from Colonia Anapra, and @kerrydoyle2010, @kateggreen , @ersela_kripa , @stphn_mllr , @wakawaffles, @chris_inabox and many others (you know who you are). #raelsanfratello #borderwallasarchitecture

A post shared by Ronald Rael (@rrael) on

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 4 halaman

Teeter-totter Wall

Dalam unggahannya, terlihat tiga jungkat-jungkit berwarna merah muda yang berada di perbatasan AS dan Meksiko. Jungkat-jungkit itu membuat orang di AS dan Meksiko bisa bermain bersama.

Jungkat-jungkit itu berasal dari konsep Teeter-totter Wall yang digagasnya pada 2009. Senin (29/7/2019) Rael mengunggah perwujudan konsep jungkat-jungkit itu di Instagramnya.

Ronald Rael memang dikenal sebagai orang yang menolak tembok perbatasan. Konsep jungkat-jungkit itu pun tertulis pula dalam bukunya yang berjudul Borderwall as Architecture.

3 dari 4 halaman

Ramai di media sosial

Diunggah di Instagram, projeknya itu mencuri perhatian. Hingga Rabu (31/7/2019), unggahannya telah mendapat lebih dari 128 ribu likes dan 3,7 ribu komentar.

Berbagai akun lain pun mengunggah ulang video dan foto jungkat-jungkit itu. Salah satu akun yang mengunggahnya adalah @martinezmau di Twitter.

"Pengingat yang indah bahwa kita terhubung: apa yang terjadi di satu sisi memengaruhi sisi lainnya." tambah @martinezmau.

Hingga Rabu (31/7/2019), twit itu pun telah mendapat lebih dari 370 ribu likes dan 129 ribu retweet.

4 dari 4 halaman

Beragam respons warganet

Berbagai respons muncul dari jungkat-jungkit itu. Bagi segelintir warganet foto itu mengingatkannya pada film The Boy in the Striped Pajamas.

Banyak pula warganet yang berkomentar kagum, sedih, atau juga mengkritiknya. Komentar itu misalnya dari akun @jerryraw1, "Manis dan sedih dalam satu waktu.. setidaknya untuk sebentar, mereka senang."

Ada pula pujian dari akun @ehl2013, "Saya tersentuh dengan ini! Setelah beberapa tahun hanya konsep, ini aktualisasi yang luar biasa dan bermakna. Selamat untuk semua orang yang terlibat dalam mewujudkannya!"

Selain menuai pujian, jungkat-jungkit itu pun menuai respons kritik dari warganet. Salah satu kritik itu disampaikan akun @AWorawongwasu melalui thread-nya di Twitter yang melihat seni itu dari sudut pandang lain seperti politik dan kolonialisme.

 

Penulis:

Santi Muhrianti

Universitas Padjadjaran