Sukses

Kisah Jodi Sekolah dengan Baju Kotor dan Tanpa Sandal, Viral di Media Sosial

Kisah Jodi, anak yang ke sekolah dengan pakaian kotor dan tanpa sandal viral di media sosial.

Liputan6.com, Jakarta - Jodi akhirnya bersekolah di tempat yang sering dikunjunginya. Sebelumnya, dengan baju kotor dan tanpa sandal, anak lelaki itu sering datang ke SDN Margabakti, Kuningan. Kondisi itu dikarenakan keterbatas ekonomi dirinya.

 

Tahun ajaran ini, pihak sekolah menawarkan Jodi untuk bersekolah. Setelah dibujuk, anak berusia 7 tahun itu pun menerima tawaran itu. Tak hanya menawarkan untuk sekolah, kepala sekolah pun meminta gurunya membelikannya seragam.

Salah satu guru itu Atun Rohayatun yang juga membagikan kisah Jodi melalui akun Instagramnya, @rohayatun7. Unggahannya ramai diperbincangkan di media sosial dan mendapat berbagai respons.

 

 
 
 
View this post on Instagram

Ingin cerita sedikit tentang muridku jodi. Jodi anak kelas 1 yg baru masuk hari ini, padahal sekolah udah berjalan satu minggu. Dia tu maf ya termasuk anak yg terlahir dari keluarga kurang mampu, awal nya dia ga sekolah tapi dia sering main ke sekolah dengan memakai baju kotor dan tanpa memakai sandal, awalnya disuruh sekolah dia ga mau, tapi singkat cerita dia di bujuk untuk sekolah dan ahirnya mau, hari senin kemarin kepsek ku menyuruhku dan bu@dinywd untuk membelikan seragam sekolah. Hari selasa saya dan bu diny uda ga sabar pengen ketemu jodi, eh di tungguin dia ga datang ke sekolah , tapi setelah di tungguin sekitar jam 8 nan dia datang ke sekolah dan jajan, saya langsung nyamperin dia soalnya greget pengen mandiin dia , awalnya dia ga mau di ajak ke atas dan di mandiin tapi setelah di bujuk pake makanan dia langsung mau di mandiin dan mau sekolah. Saya langsung mandiin dia dan memakaikan seragam barunya itu, keliatan seneng banget dia pake baju baru padahal itu baju sekolah. Trus saya ngasih dia sarapan pake nasi kuning sama daging ayam, pas saya suapin kaya menikmati banget makanannya, saya iseng nanya ke jodi, jodi enak ga ? Trus dia jawab enak. Saya tanya lagi suka makan daging ayam engga? Dan dia jawab tara da emam nage jeung lauk asin bae 😭 di situ saya langsung sedih banget pokonya ga tau mau bilang apa lagi. Abis sarapan di suruh masuk kekelas dan dia senyum terus kaya yang bahagia banget. Bel pulang bunyi, ak kepo dong ingin tau rumahnya, pas pulang sengaja aku anterin dia pulang, dan yaallah rumahnya di kebon, jalannya susah usrak asruk banyak rumputnya pokonya, dan saya ga percaya sampe nanya jodi serius ke sini rumahnya ? ,Dan pas nyampe rumahnya tambah sedih lagi karna kotor banget, pas aku mau gantiin dia baju karna bajunya buat besok sekolah lagi aku bingung dong mau ngegantiin pake baju apa soalnya ga ada dan ga tau bajunya di mana. Kebetulan dia tinggal bareng neneknya yang udah tua,dan pas saya kerumahnya neneknya lagi ke kebun dan dia katanya mau nyusulin ke kebun. Sumpah demi apapun di situ pengen nangis sampe melongo aja, ak cuma bilang sing aya milik rejekina soleh,sing rajin sekolah 😭.besok beli sepatu sama tasyah & dia senyum😊

A post shared by rohayatun7 (@rohayatun7) on

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 5 halaman

Seragam baru untuk Jodi

Senin (22/7/2019), Atun bersama rekan kerjanya Diny, diminta kepala sekolah membelikan seragam untuk Jodi. Keesokan harinya, mereka pun menunggu kedatangan Jodi.

Jodi baru datang pukul 8. Memukannya sedang jajan, Atun dan Dini langsung mengajak Jodi untuk dimandikan dan dikenakan seragam baru.

Meski sempat menolak dan perlu dibujuk dengan makanan, Jodi akhirnya bersedia dimandikan. Rasa senang mendapat seragam baru pun terlihat di wajah Jodi.

Atun juga memberi makan nasi kuning dan daging ayam untuk Jodi. Iseng bertanya soal sering makan daging atau tidak, jawaban Jodi membuat Atun sedih. "Tara da emamna ge jeung lauk asin bae." (jarang karena makannya juga sama ikan asin terus)

3 dari 5 halaman

Jalan terjal menuju sekolah

Perhatian dan keingintahuan Atun membuatnya ingin melihat keadaan rumah Jodi. Sepulang sekolah, Atun mengantarkannya pulang.

Ternyata, jalan yang dilewati Jodi tak mudah. Perkebunan rumput tinggi perlu mereka lewati. "Jalannya susah usrak asruk banyak rumputnya pokoknya," tulis Atun dalam unggahannya.

Di sepanjang jalan, Atun tak percaya dengan kondisi jalan yang perlu dilewati. Atun pun tetap memberi semangat agar Jodi tetap sekolah meski perlu melewati jalan yang tak mudah.

Setelah melewati jalan panjang, mereka sampai di rumah yang ditinggalinya bersama nenek dan kakeknya. Atun meminta Jodi mengganti seragamnya karena akan digunakan untuk keesokan harinya. Namun, Atun tak melihat banu yang bisa digunakan Jodi untuk mengganti pakaiannya.

Hal itu membuat sedih Atun hingga membuatnya mendoakan dan ingin membantu Jodi.

4 dari 5 halaman

Bantuan sekitar

Bukan hanya bantuan dari Atun dan sekolahnya saat ini, keterbatasan Jodi dan keluarga mengundang bantuan pihak sekitar.

Di unggahan selanjutnya, Atun pun mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada pihak-pihak yang telah membantu.

Dalam unggahan itu pun Atun berterima kasih pada pemerintah dan warga sekitar yang telah membangun rumah beberapa tahun lalu.

Saat ini pun, biaya sekolah Jodi ditanggung pihak sekolah. Begitu pun seragam dan alat sekolahnya.

5 dari 5 halaman

Curi perhatian

Kisah Jodi yang diunggah Atun mencuri perhatian warganet dan media. Hingga Kamis (1/8/2019), unggahan Selasa (23/7/2019) itu telah mendapat lebih dari 11 ribu likes dan lebih dari 1,2 ribu komentar.

Beragam respons dilontarkan warganet. Banyak yang memuji aksi Atun dan rekannya serta menyemangati Jodi.

Pujian misalnya dilontarkan akun @prayogo_utama, "Kamu orang baik yang hebat." dan @hermawanikhsanp, "Terimakasih pahlawan tanpa tanda jasa."

Warganet pun terharu dengan kisah itu, misalnya seperti yang dituliskan @anggiedestaviana1, "yaAllah terharu kasian sama anak-anak yang kadang gabisa sekolah & kurang mampu."

Ada pula yang terharu seperti yang diungkapkan @bilgisshar, "Siapa yang naruh bawang di sini.."

Doa pun mengalir untuk Jodi. Itu misalnya dari @ayundafsb, "Semoga Jodi menjadi orang yang sukses. aamiinn yaaAllahhh"

Selain itu, ada pula warganet yang ingin turut membantu dengan menanyakan soal donasi.

Dari kisahnya perjuangan murid maupun guru menjadi pesan dan pelajaran berharga bagi banyak pihak.

 

Penulis:

Santi Muhrianti

Universitas Padjadjaran