Liputan6.com, Jakarta - Pikiran adalah pusat dari segala hal yang terjadi pada manusia. Mulai dari membuat keputusan, perasaan, hingga pandangan terhadap sesuatu. Pandangan atau perspektif manusia bisa berupa pandangan positif atau negatif.
Baca Juga
Advertisement
Bila seseorang memandang masa depan dengan positif, maka orang tersebut disebut juga sebagai orang yang optimis. Sementara orang yang memiliki pikiran negatif terhadap masa depan disebut sebagai orang yang pesimis. Sebuah studi di Amerika Serikat mengatakan bahwa orang yang optimis memiliki peluang lebih besar untuk panjang umur.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Harapan Hidup Lebih Panjang
Teori dari pernyataan ini adalah bahwa orang optimistik merasa lebih mudah untuk mengendalikan emosi. Hal tersebut membuat orang yang memiliki pikiran positif terhindar dari efek yang disebabkan oleh stres. Sehingga orang yang optimis lebih cenderung hidup mencapai usia 85 tahun atau lebih.
Advertisement
Penelitian di Amerika
Penelitian ini dilakukan dengan mengukur tingkat optimis dari dua kelompok studi yang berbeda. Terdapat 70 ribu wanita dari Studi Kesehatan Perawat, dan 1500 pria dalam Studi Kesehatan Veteran. Pertanyaan yang diajukan mencakup tentang olahraga, diet, dan konsumsi rokok serta alkohol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pria dan wanita yang paling optimis memiliki jangka hidup 11 hingga 15 persen lebih lama. Mereka juga secara signifikan lebih mungkin untuk hidup hingga 85 tahun dibandingkan dengan orang yang tidak optimis.
Selanjutnya
Prof Lewina Lee, Profesor Psikiatri di Fakultas Kedokteran Universitas Boston, yang juga ikut berkontribusi dalam penelitian ini mengatakan bahwa meningkatnya optimisme dapat mendukung umur panjang dan penuaan yang sehat. Namun, sebenarnya belum diketahui alasan tepat mengapa orang yang optimis tampak hidup lebih lama.
“Bukti awal dari penelitian lain menunjukkan bahwa orang yang lebih optimis cenderung memiliki tujuan dan kepercayaan diri untuk mencapainya, lebih efektif dalam penyelesaian masalah, dan mereka mungkin lebih baik dalam mengatur emosi mereka selama situasi yang penuh tekanan,” kata Lewina Lee seperti dilansir dari BBC.
Advertisement
Meningkatkan Kekebalan Tubuh
Prof Bruce Hood, Ketua Psikologi Perkembangan dalam Masyarakat di Universitas Bristol, mengatakan bahwa penelitian ini menjadi bukti tentang manfaat berpikir positif. Ia menyebut penelitian lainnya yang menghubungkan efek stres pada komponen kromosom yang berkaitan dengan penuaan sel, risiko penyakit jantung, diabetes, dan kanker.
“Stres berdampak pada sistem kekebalan tubuh, dan karenanya ada kemungkinan berarti para optimis dapat mengatasi infeksi dengan lebih baik,” kata Bruce.
Penulis:
Timothy Juliano
Universitas Multimedia Nusantara