Sukses

Komitmen Siswa GPS Kurangi Sampah Plastik di Lingkungan Sekolah

Para siswa dan guru membawa alat makan sendiri untuk mengurangi sampah plastik di lingkungan sekolah.

Liputan6.com, Jakarta - Masalah sampah plastik di Indonesia masih menjadi sorotan publik. Berdasarkan data dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia menghasilkan sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik sebanyak 64 juta ton/tahun dan 3.22 juta ton sampah plastik tersebut mencemari lautan Indonesia.

Penggunaan plastik yang tidak terkontrol menjadi alasan dari seriusnya masalah sampah plastik di negara ini. Sadar atau tidak, penggunaan plastik menjadi bagian dari kehidupan manusia yang serba praktis ini.

Namun, plastik yang biasanya kita gunakan merupakan bahan yang tidak mudah terurai (non-biodegradable) dan membutuhkan waktu 100 - 500 tahun agar dapat terurai secara alami. Saat terurai pun, sampah plastik tersebut menyisakan partikel kecil (mikroplastik) yang dapat mencemari lingkungan. 

Selain dapat menyumbat aliran sungai dan mengakibatkan banjir, plastik yang mengendap di dalam tanah dapat merusak kondisi tanah, air tanah, dan makhluk bawah tanah.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

Wajib Membawa Alat Makan

Racun serta partikel dari plastik yang akan membunuh hewan-hewan pengurai seperti cacing yang akan berdampak pada kesuburan tanah. Kehadiran plastik di lautan juga dapat mengancam ekosistem di laut. Tidak sedikit hewan di laut menganggap sampah plastik sebagai makanan dan akhirnya ditemukan mati karena tidak dapat mencernanya. 

Semakin seriusnya masalah sampah plastik ini membuat pemerintah, komunitas, maupun instansi lain mengeluarkan gerakan mengurangi sampah plastik. Salah satunya adalah Global Prestasi School (GPS) yang turut serta menjaga kelestarian lingkungan serta berusaha mengurangi penggunaan sampah plastik.

Beberapa program yang dilakukan adalah keikutsertaan siswa-siswi Global Prestasi dalam acara Youth Environmental Summit di Singapore yang membahas tentang keberadaan sampah plastik bagi lingkungan. Sepulangnya dari sana, para siswa tersebut menjadi Duta Anti Plastik di sekolah yang mengajak dan mengingatkan teman maupun guru untuk membawa botol (tumbler) minuman atau tempat makan sendiri, reusable bag, dan menggunakan stainless straw.

 

3 dari 3 halaman

Sediakan Water Tap

Pihak sekolah pun mendukung program ini dengan menyediakan water tap Air RO di beberapa titik sekolah. Diharapkan melalui program ini, penggunaan air minum kemasan semakin berkurang atau bahkan tidak ada di lingkungan sekolah GPS. Dengan banyak mengkonsumsi air mineral, kesehatan warga GPS juga akan semakin meningkat.

“Kami bangga dengan kemauan yang ditunjukkan oleh siswa-siswi kami. Mereka dengan sukarela mengkampanyekan gerakan ini dan menjadi duta peduli lingkungan sekembalinya mereka mengikuti Youth Environmental Summit kemarin,” kata Kepala Sekolah SMP Global Prestasi School, Yuliani. 

Ia mengajak semua rakyat Indonesia, baik muda ataupun tua, untuk saling peduli terhadap lingkungan dengan mengurangi penggunaan plastik dan tidak membuang sampah sembarangan. Menurut beliau, semua harus dimulai dari hal-hal yang sederhana. Bersama lestarikan lingkungan, untuk masa depan yang lebih cerah.