Sukses

Idap Kondisi Langka, Kakek Ini Miliki Tanduk bak Unicorn

Tanduk sepanjang 4 inci tersebut telah berada di kepalanya selama lima tahun.

Liputan6.com, Jakarta - Seorang kakek dari India bernama Shyam Lal Yadav baru-baru ini mencuri perhatian publik lantaran kondisi langka yang dimilikinya. Pasalnya Shyam memiliki "tanduk" tepat di bagian kepalanya bak seekor unicorn.

Tanduk tersebut muncul sekitar lima tahun yang lalu usai kepalanya terbentur tembok dengan keras. Awalnya dia mencoba menutupinya dengan bantuan tukang cukur. Namun pria 74 tahun ini mengatakan bahwa benda aneh yang tumbuh dari dalam kepalanya itu mulai mengeras dan terus tumbuh.

Dia akhirnya merasa tak kuat menahan rasa sakit dan meminta pertolongan dokter. Rupanya tanduk tersebut disebut sebagai tanduk sebaceous yang terbuat dari keratin yang biasa ditemui di kuku kaki dan rambut manusia.

Para medis dari Rumah Sakit Bhagyoday Tirth di kota Sagar, India, berhasil mengangkat benda yang juga disebut sebagai 'tanduk iblis' itu.

"Dalam dunia medis, itu disebut dengan tanduk sebaceous atau tanduk iblis. Terbuat dari Keratin, material yang sama yang bisa kalian temukan pada kuku," ujar dokter yang menangani Shyam, Dr Vishal Gajbhiye, dikutip dari Metro, Jumat (4/10/2019).

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Berhasil diangkat

"Tanduk sebaceous pada dasarnya didominasi oleh lesi jinak namun selalu ada kemungkinan itu akan berubah menjadi ganas jika tak segera ditangani," tambah dr. Vishal.

Operasi pun berjalan lancar, dr. Vishal mengatakan bahwa tim medis menggunakan pisau steril untuk mengangkat tanduk tersebut. Mereka juga mengangkatnya hingga ke akar untuk mencegahnya muncul kembali.

Shyam menghabiskan setidaknya 10 hari di rumah sakit usai menjalani operasi. Laporan dari kasus yang dianggap langka ini juga telah ditulis dalam Journal of Oral and Maxillofacial Pathology.

Meski begitu, penyebab munculnya tanduk tersebut masih belum diketahui, namun banyak yang meyakini bahwa paparan radiasi atau sinar matahari yang telah memicunya.