Liputan6.com, Jakarta - Sayembara Desain Atap Onduline Green Roof Award 2019 yang diselenggarakan oleh produsen genteng bitumen Onduline, PT Onduline Indonesia, telah memasuki tahap akhir, yakni pengumuman pemenang dan penyerahan hadiah.
Baca Juga
Advertisement
Seperti tahun-tahun sebelumnya, tujuan lomba kali ini untuk mencari gagasan kreatif dan inovatif tentang rancang atap untuk rumah tinggal sesuai konteks lingkungan. Peserta sayembara merancang atap rumah sesuai tema yang ditentukan panitia yaitu “Tropical Green Roof System”.
“Pemilihan konsep sistem green roof yang diaplikasikan pada desain dapat menggunakan sistem green roof dari mana pun dan tidak diwajibkan menggunakan sistem green roof dari produk Onduline karena kami sebagai penyelenggara sayembara tidak mewajibkan peserta harus menggunakan produk Ondugreen," ujar Reissa Siregar, Marketing Communications Manager PT Onduline Indonesia.
Country Director PT Onduline Indonesia Tatok Prijobodo, mengungkapkan bahwa yang menjadi catatan hebat dari Sayembara Onduline Green Roof Award 2019 ini adalah adanya kenaikan jumlah peserta dan karya dari tahun sebelumnya.
“Kami bersyukur berdasarkan data yang masuk, ada kenaikan jumlah karya yang diterima dari peserta perorangan maupun atas nama firma, dibandingkan dengan tahun lalu,” ucap Tatok dalam keterangan persnya di Tangerang, Rabu (12/11/2019).
Selanjutnya
Berdasarkan data yang masuk, total karya OGRA 2019 yang diterima sebanyak 138 karya desain dan meningkat dari OGRA 2017 sebelumnya. Semua karya yang masuk dinilai oleh para dewan juri yang kompeten dan ahli di bidangnya, antara lain Naning Adiwoso (Pendiri dan Ketua Green Building Council Indonesia), Anggia Murni (Arsitek Profesional dan Principal Tropica Greeneries), juga Tatok sendiri. Penjurian dilakukan secara tranparan.
“Intinya rancangan atap rumah harus memenuhi kriteria sehat, nyaman dan dapat diterapkan, selain memenuhi nilai estetika dan ramah lingkungan,” ujar Naning, di sela-sela acara penjurian akhir di Tangerang, Jumat (8/11/2019).
Penjurian berlangsung dalam beberapa tahap sejak pertengahan Oktober 2019. Hingga penjurian tahap akhir tim juri memilih 10 besar hingga ditentukan juara 1,2, 3 berdasarkan pada hasil diskusi dewan juri pada Selasa (12/11/2019) di Tangerang menjelang pengumuman juara dan penyerahan hadiah yang berlangsung di House of Onduline, Alam Sutera.
“Sebetulnya desain yang masuk bagus-bagus, secara penampilan oke. Tetapi ada beberapa peserta yang melupakan fungsi rancang atapnya, mereka terlalu fokus pada penampilan. Ada juga beberapa peserta yang memasukkan unsur tanaman di atas atap, itu menjadi poin tambahan dalam penilaian tim juri,” terang Anggia Murni.
Tatok menambahkan, penilaian karya juga sangat mempertimbangkan potensi rancang atap tersebut mudah diterapkan.
“Harus bisa diterapkan karena kalau hanya sekadar konsep awal tanpa detailing akan susah diaplikasikan. Beberapa karya bagus tetapi tidak ada detailnya sehingga kami sulit mengetahui seberapa dalam konsepnya,” paparnya.
Berikut nama para pemenang tersebut:
Juara 1: Agam Prayoga Briliyanto, Jakarta - Beneficial Space
Juara 2: Rigan Satria Asmaraputra, Tulungagung - Permaculture Green Roof
Juara 3: Rakhmi Fitriani, Bandung - Space Experience
Juara Harapan 1: Agus Mujahid Anshori, Jakarta - Roofscape Edible Landscape
Juara Harapan 2: Kharunia Widya Kusuma, Sidoarjo - Growbox
Pemenang 1 – 3 mendapatkan tropi, sertifikat, dan hadiah uang tunai masing-masing senilai Rp 40 juta, Rp15 juta, dan Rp10 juta. Sedangkan pemenang harapan 1 dan 2 mendapatkan tropi, sertifikat, dan hadiah iPad Air.
Advertisement
Planter Box di Benefecial Space
Agam Prayoga Briliyanto, jawara 1 Onduline Green Roof Award 2019 merancang atap ruang serbaguna dan perpustakaan di Tower Olive proyek Apartemen Grand Dhamahusada Lagoon di Kawasan Jalan Dharmahusada Raya, Kota Surabaya, Jawa Timur, sebagai studi desainnya.
Elemen desain pada atap hijau ruang serbaguna dan perpustakaan dipilih sesuai kriteria building yaitu mulai dari pemilihan tanaman, materia daur ulang, pemanfaatan air hujan sebagai sistem siram taman dan solar panel sebagai alternatif energi yang memberikan daya listrik untuk area atap hijau.
Tanaman pada area atap ruang serbaguna dan perpustakaan ditanam pada planter box yang terbuat dari baja daur ulang sehingga tetap ringan secara struktur. Planter memiliki ketebalan lapisan media tanam kurang dari 20 cm. Media tanam yang digunakan adalah tanah subur untuk tanaman tipe ground cover.
“Pemilihan tanah ground cover karena tanah yang dibutuhkan tidak terlalu banyak sehingga dapat tetap ringan secara struktur. Sementara lapisan drainase yang digunakan adalah Versicell dengan ketebalan hanya 3 cm dan terbuat dari 100% plastik daur ulang,” jelas Agam.
Selanjutnya
Skema kerja sistem siram taman adalah memanfaatkan air hujan dan air bekas pembuangan yang ditampung di Rain Water Tank dan Reycle Water Tank lantai basement gedung Tower Olive, kemudian dialirkan melalui pipa dengan pompa ke kolam tampung kecil di area atap hijau.
Pompa digerakkan oleh motor dengan sumber energi dari solar panel yang diinstal di atas kanopi area atap. Dari kolam tampung itulah air dialirkan melalui pipa irigasi ke masing-masing planter box tanaman.
“Dengan konsep tersebut, bisa dipastikan untuk penyiraman atap hijau tidak membebani dyaa listrik dari gedung karena menggunakan sistem energi terbarukan dari tenaga surya,” tandasnya.
Advertisement