Liputan6.com, Jakarta - Sedih, marah, senang, takut adalah sejumlah emosi umum yang dirasakan oleh manusia. Menurut Sigmund Freud, pakar psikoanalisis, setiap emosi yang dirasakan perlu disalurkan dengan cara yang positif agar seseorang dapat beraktivitas dengan produktif dan sehat mental. Sekolah Don Bosco 2 memberikan wadah bagi siswa-siswinya untuk mengekspresikan diri dengan menyelenggarakan pentas drama musikal yang berjudul “Wasiat Ratu Ageng Tegal Rejo”.
Baca Juga
Advertisement
Pementasan drama ini digelar di Gedung Galeri Indonesia Kaya, pada Kamis, 21 November 2019. Pertunjukan dibagi menjadi dua sesi, yaitu sesi pertama pada pukul 15.00, sementara sesi kedua dimulai pukul 19.00. Acara dibuka dengan sambutan dari Hieronimus, selaku Kepala Bidang Pendidikan Yayasan Panca Dharma.
Hieronimus mendukung kegiatan literasi Don Bosco 2 yang berani tampil berbeda usai di tahun-tahun sebelumnya Don Bosco 2 meluncurkan beberapa buku, di antaranya “Jeruji Waktu”, “Dawai Irama Alam, “Hiruk Pikuk Kota Jakarta, “Pesona Indonesia di Panggung Dunia, “Satu Bumi Bersama Prof. Emil Salim.” Hieronimus pun mengutarakan harapan dan rasa bangganya, “Dengan bermain teater, anak-anak belajar untuk tolong menolong sesama tim pemain dan membangun karakter lewat bermain teater sejak kecil.”
Selanjutnya
Skenario drama musikal tersebut ditulis oleh seorang sastrawan, bernama Naning Pranoto, dengan melibatkan para pemain drama berbakat, yakni siswa-siswi dari TK, SD, SMP, hingga SMA Don Bosco 2. Bahkan Kepala SMA Don Bosco 2, Asri Indah Nursanti ikut berperan sebagai Ratu Ageng Tegal Rejo.
Sementara itu, kepala SMP Don Bosco 2, Anastasia Rini berperan sebagai dayang dari Ratu Ageng Tegal Rejo. Asri dan Rini berharap siswa-siswi dari Don Bosco 2 dapat terus berkarya di panggung literasi dan menciptakan variasi dalam berkarya, salah satunya lewat pementasan drama.
Drama tersebut bercerita tentang sosok ratu yang heroik dan memiliki semangat nasionalisme yang tinggi. Cicit dari sang ratu, yakni Pangeran Diponegoro dibimbing dan ditempa oleh sang ratu agar mewarisi sikap cinta terhadap tanah air dan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan pemberani dalam menghadapi penjajah, tanpa melupakan nilai-nilai agama dan budi pekerti yang luhur.
Advertisement
Selanjutnya
Selama pertunjukan berlangsung, penonton disuguhkan dengan penampilan menawan dari siswa-siswi Don Bosco 2, mulai dari tarian, pertunjukan drama musikal yang dapat disaksikan di layar-- hasil rekaman drama siswa-siswi di lokasi syuting, maupun penampilan live atau langsung di atas panggung. Selain kaya akan nilai budaya, agama, budi pekerti dan nasionalisme, pementasan drama ini membawa dampak positif untuk perkembangan psikologis siswa-siswi dari Don Bosco 2 yang berperan sebagai pemain dan kru yang terlibat.
Keira Samantha Jahja, siswi kelas 3 SMP Don Bosco 2 yang berkesempatan membawakan tarian Golek Ayun-Ayun di pementasan drama belajar tentang nilai kerja sama dalam kelompok tarinya. Tarian ini menggambarkan tentang puteri cantik yang beranjak dewasa dan senang berdandan.
“Aku belajar tentang kekompakan, merasakan yang namanya perjuangan. Kita latihan dari nol sampai bisa,” ujar Keira.
Selanjutnya
Remaja yang bercita-cita jadi artis ini juga tertantang dalam hal membagi waktu antara belajar dan berlatih untuk pementasan drama. Awalnya, perempuan kelahiran Jakarta ini sempat putus asa saat berlatih.
“Tapi pelan-pelan aku tekun latihan. Lama-lama gampang juga, malah durasinya jadi terasa lebih singkat. Capek latihan itu pasti, tapi lewat kegiatan ini bisa ngeluarin stres, ekspresiin diri dan makin kenal sama diri sendiri,” tuturnya.
Manfaat lain juga dirasakan oleh Austin, siswa dari SMA Don Bosco 2 yang berperan sebagai Pangeran Diponegoro.
“Aku ambil karena ini bisa jadi pengalaman bagus untuk masa depan.”
Advertisement
Selanjutnya
Kendala yang dialami Austin selama bermain ialah emosi yang harus ditampilkan terkadang tidak sesuai dengan suasana hatinya saat itu. Cara yang digunakan oleh Austin ialah ia memikirkan dan mengingatkan momen saat ia merasa senang agar berhasil mengekspresikan emosi di panggung dengan tepat.
“Lewat pementasan drama aku juga jadi kenal sama kakak kelas, nambah banyak teman dan pergaulan.”
Keberhasilan pertunjukan drama juga tidak lepas dari peran sutradara yang berfungsi mengarahkan aksi pemain, memikirkan lay out di panggung, audio, dan latar di pertunjukan. Gabby, selaku asisten sutradara dari SMA Don Bosco 2 merasa senang terlibat menjadi asisten sutradara karena ia menjadi berani berbicara dan menjadi pemimpin yang tegas dalam mengelola jadwal bagi teman-teman pemain, penari untuk berlatih tepat waktu.
“Dulu tuh aku bingung kalo presentasi. Tapi sekarang berani ngomong di depan umum,” ungkapnya dengan percaya diri.
Selanjutnya
Para pemain tentunya juga mengenakan kostum khusus saat tampil di panggung drama. Jovanca Elizabeth, siswi kelas 2 SMA yang akrab disapa Caca ikut ambil bagian dalam hal tata busana para pemain.
“Jangan pernah takut untuk mencoba dan nggak usah takut kalo ikut kepanitiaan nanti nilai akademiknya turun, yang penting bisa bagi waktu,” pesan Caca.
Biasanya Caca mencari referensi dari internet dan memahami terlebih dahulu isi dari cerita untuk pementasan drama, termasuk cara membantu pemain dalam mengenakan kostum.
“Pas lihat temen kesulitan melilit kain di kepala atau nggak ngerti gimana pakai kostumnya, aku inisiatif bantu. Jadi belajar banyak hal baru saat jadi panitia,” tutup Caca.
Sekolah Don Bosco 2 berharap semakin banyak anak muda yang tergerak untuk aktif dan berani untuk menyalurkan energi yang dimiliki melalui karya-karya positif dan kreatif. Salah satunya berani berkarya di atas panggung drama musikal.
Penulis:
Patricia Astrid Nadia
Advertisement