Citizen6, Kalimantan Barat: Fanny Kurniawan (11), dan adiknya Muhammad Nugroho Saputro (9), akhirnya bisa bersekolah lagi setelah dua tahun berhenti. Kakak beradik yang tinggal bersama ibunya Nurhayati (40) di Gang Rawa Bakti IV Kelurahan Ilir Kota, Sanggau begitu gembira mendapat bantuan peralatan sekolah dari Kepala Cabang Dinas Pendidikan (Kacab Din Dik Pora) Kapuas, Abang Usman S.Pd dan Ketua LSM Citra Hanura Sanggau, Zainuri SH. Bantuan tersebut diterima Ketua GP Ansor Sanggau, Abang Indra yang didampingi wartawan Tribun Pontianak, Hariyanto untuk diserahkan kepada yang bersangkutan.
Wartawan Tribun bersama Ketua GP Ansor Sanggau, pada Minggu (15/7) pukul 11.00 WIB, bertandang langsung dirumah kos - kosan tempat kediaman dua kakak beradik beserta ibunya. Kondisi tempat tinggal mereka memang memprihatinkan karena dengan luas ruang tidur yang hanya sekitar 3x4 meter, dijadikan pula tempat memasak dan lain sebagainya. Tidak ada sekat di ruangan itu. " Ini kamar kost mas, sewanya Rp 210 ribu per bulan, " kata Nurhayati. Nurhayati juga menjelaskan alasan mengapa kedua anaknya itu tidak bersekolah. Yaitu sejak berpisah dari suaminya beberapa waktu lalu.
Dari pernikahannya itu, Nurhayati dikaruniai empat orang anak, dua perempuan dan dua laki - laki. Dua orang anak perempuan Nurhayati saat ini sedang mondok disalah satu pesantren di Pontianak. Sementara yang paling tua sudah bekerja, dan tinggal di Jakarta. Meskipun tampak raut kesedihan di wajahnya, Ia tampak bahagia mengingat kedua anaknya, yaitu Fanny Kurniawan dan Muhammad Nugroho bisa bersekolah lagi. “ Sebelumnya, dia berdua inikan pernah sekolah, tetapi karena tidak ada yang ngurus dan kebetulan tidak ada biaya terpaksa ditunda. Lagi pula sayakan sibuk karena bekerja di ketringan. Dulunya sekolah di SDN 50 Kayu Tunu, " jelasnya.
Nurhayati sangat berterima kasih ketika beberapa pihak, yang mau peduli agar anaknya tetap sekolah. Diakuinya memang anaknya masih punya keinginan untuk tetap melanjutkan sekolah. Anaknya paling bungsu, Muhammad Nugroho Saputro sudah diterima di kelas I di SDN 02 Ilir Kota. Namun Fanny belum ada kepastian karena masih harus urus surat pindah, dan menunggu kepastian kuota kelas tempat pindah. " Saya inginnya dia satu sekolah dengan adiknya biar sama - sama. Tapi sekarang memang belum selesai surat pindahnya ".
Ketika Kepala SDN 02 Ilir Kota Abang, Ahmad Muslich dihubungi lewat telepon selularnya, Ia mengakui akan meninjau langsung kedua anak yang sekolah ini. Dikatakannya, tentu tidak ada persoalan jika kedua anak punya keinginan tinggi untuk sekolah. " Nanti saya lihat dulu anaknya, kalau memang masih punya keinginan untuk sekolah tentu akan kita bantu, tidak masalah, " ungkapnya. Tentunya nanti akan dilihat dulu kuota yang kosong untuk kelas IV yang akan dituju. Jika memang kosong tidak alasan untuk menolak. " Kita lihat nanti, masih kosong atau tidak bangkunya yang diminta. Kalau masih ada tentu tidak alasan untuk menolak, " jelasnya.
Ketua GP Ansor Sanggau, Abang Indra yang juga tetangga kedua anak ini awalnya mengaku kasihan. Karena kedua anak ini memang sering bermain di dekat rumahnya. " Saya awalnya kasihan, ketika teman - temannya sekolah dia hanya main sendiri. Biasanya saya lihat sering mancing di dekat rumah. Jadi saya tanya, mau sekolah tidak? Ternyata dia jawabnya mau, " paparnya. Lalu Ketua GP Ansor Sanggau ini langsung memberitahunkan teman - temannya, dan terkumpullah beberapa perlengkapan sekolah, seperti buku tulis, sepatu, baju, dan tas.
" Alhamdulillah, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kapuas, Abang Usman cepat tanggap dan langsung merespon. Beliau bilang ke saya, akan mengurus anak itu, bahkan akan membantu semua administrasinya. Selain itu, beliau juga menyumbangkan buku - buku tulis untuk kedua anak tersebut. Sementara sepatu di bantu oleh Ketua LSM Citra Hanura Sanggau, Zainuri SH, yang juga begitu perduli dengan nasib Fanny dan adiknya Muhammad Nugroho. Ia juga membantu salah seorang anak yang kurang mampu dengan membelikannya sepatu baru.
Kacabdikpora Kapuas, Abang Usman beberapa waktu lalu mengakui sudah memberikan arahan agar sekolah - sekolah yang ada di Kapuas memonitor lingkungannya. Baik siswa yang lulus maupun putus sekolah harus diketahui. “ Pokoknya jangan sampai ada anak yang tidak bersekolah atau mereka yang baru lulus SD sampai putus sekolah, sehingga tidak melanjutkan ke SMP atau MTs. Jadi kita minta setiap sekolah untuk memonitor siswanya yang lulus atau putus sekolah, " ujarnya.
Di tegaskannya pula, bahwa sudah seharusnya tidak ada lagi anak yang putus sekolah dengan alasan apapun, apalagi soal biaya. Sebab semua keperluan siswa dari SD sederajat hingga SMP, semuanya sudah digratiskan melalui dana BOS. " Kalau memang tidak ada pakaian, tas, dan buku saya rasa itu nanti bisa diikhtiarkan. Jadi, kita minta kepala sekolah memacu anak putus sekolah maupun yang telah lulus ini untuk melanjutkan sekolah, ” ujarnya. Selain itu keterlibatan tokoh masyarakat juga diperlukan untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya pendidikan. Hal ini bisa memberi motivasi kepada anak yang putus sekolah untuk mau sekolah lagi. " Kita harap kerjasama semua pihak lah untuk memberikan pemahaman dan motivasi bagi anak untuk mau sekolah dan melanjutkan sekolah. Jika memang ada anak yang kesulitan mengurus administrasinya ketika mau sekolah, kita siap membantu, ” ujarnya. (Pengirim: Abang Indra).
Wartawan Tribun bersama Ketua GP Ansor Sanggau, pada Minggu (15/7) pukul 11.00 WIB, bertandang langsung dirumah kos - kosan tempat kediaman dua kakak beradik beserta ibunya. Kondisi tempat tinggal mereka memang memprihatinkan karena dengan luas ruang tidur yang hanya sekitar 3x4 meter, dijadikan pula tempat memasak dan lain sebagainya. Tidak ada sekat di ruangan itu. " Ini kamar kost mas, sewanya Rp 210 ribu per bulan, " kata Nurhayati. Nurhayati juga menjelaskan alasan mengapa kedua anaknya itu tidak bersekolah. Yaitu sejak berpisah dari suaminya beberapa waktu lalu.
Dari pernikahannya itu, Nurhayati dikaruniai empat orang anak, dua perempuan dan dua laki - laki. Dua orang anak perempuan Nurhayati saat ini sedang mondok disalah satu pesantren di Pontianak. Sementara yang paling tua sudah bekerja, dan tinggal di Jakarta. Meskipun tampak raut kesedihan di wajahnya, Ia tampak bahagia mengingat kedua anaknya, yaitu Fanny Kurniawan dan Muhammad Nugroho bisa bersekolah lagi. “ Sebelumnya, dia berdua inikan pernah sekolah, tetapi karena tidak ada yang ngurus dan kebetulan tidak ada biaya terpaksa ditunda. Lagi pula sayakan sibuk karena bekerja di ketringan. Dulunya sekolah di SDN 50 Kayu Tunu, " jelasnya.
Nurhayati sangat berterima kasih ketika beberapa pihak, yang mau peduli agar anaknya tetap sekolah. Diakuinya memang anaknya masih punya keinginan untuk tetap melanjutkan sekolah. Anaknya paling bungsu, Muhammad Nugroho Saputro sudah diterima di kelas I di SDN 02 Ilir Kota. Namun Fanny belum ada kepastian karena masih harus urus surat pindah, dan menunggu kepastian kuota kelas tempat pindah. " Saya inginnya dia satu sekolah dengan adiknya biar sama - sama. Tapi sekarang memang belum selesai surat pindahnya ".
Ketika Kepala SDN 02 Ilir Kota Abang, Ahmad Muslich dihubungi lewat telepon selularnya, Ia mengakui akan meninjau langsung kedua anak yang sekolah ini. Dikatakannya, tentu tidak ada persoalan jika kedua anak punya keinginan tinggi untuk sekolah. " Nanti saya lihat dulu anaknya, kalau memang masih punya keinginan untuk sekolah tentu akan kita bantu, tidak masalah, " ungkapnya. Tentunya nanti akan dilihat dulu kuota yang kosong untuk kelas IV yang akan dituju. Jika memang kosong tidak alasan untuk menolak. " Kita lihat nanti, masih kosong atau tidak bangkunya yang diminta. Kalau masih ada tentu tidak alasan untuk menolak, " jelasnya.
Ketua GP Ansor Sanggau, Abang Indra yang juga tetangga kedua anak ini awalnya mengaku kasihan. Karena kedua anak ini memang sering bermain di dekat rumahnya. " Saya awalnya kasihan, ketika teman - temannya sekolah dia hanya main sendiri. Biasanya saya lihat sering mancing di dekat rumah. Jadi saya tanya, mau sekolah tidak? Ternyata dia jawabnya mau, " paparnya. Lalu Ketua GP Ansor Sanggau ini langsung memberitahunkan teman - temannya, dan terkumpullah beberapa perlengkapan sekolah, seperti buku tulis, sepatu, baju, dan tas.
" Alhamdulillah, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kapuas, Abang Usman cepat tanggap dan langsung merespon. Beliau bilang ke saya, akan mengurus anak itu, bahkan akan membantu semua administrasinya. Selain itu, beliau juga menyumbangkan buku - buku tulis untuk kedua anak tersebut. Sementara sepatu di bantu oleh Ketua LSM Citra Hanura Sanggau, Zainuri SH, yang juga begitu perduli dengan nasib Fanny dan adiknya Muhammad Nugroho. Ia juga membantu salah seorang anak yang kurang mampu dengan membelikannya sepatu baru.
Kacabdikpora Kapuas, Abang Usman beberapa waktu lalu mengakui sudah memberikan arahan agar sekolah - sekolah yang ada di Kapuas memonitor lingkungannya. Baik siswa yang lulus maupun putus sekolah harus diketahui. “ Pokoknya jangan sampai ada anak yang tidak bersekolah atau mereka yang baru lulus SD sampai putus sekolah, sehingga tidak melanjutkan ke SMP atau MTs. Jadi kita minta setiap sekolah untuk memonitor siswanya yang lulus atau putus sekolah, " ujarnya.
Di tegaskannya pula, bahwa sudah seharusnya tidak ada lagi anak yang putus sekolah dengan alasan apapun, apalagi soal biaya. Sebab semua keperluan siswa dari SD sederajat hingga SMP, semuanya sudah digratiskan melalui dana BOS. " Kalau memang tidak ada pakaian, tas, dan buku saya rasa itu nanti bisa diikhtiarkan. Jadi, kita minta kepala sekolah memacu anak putus sekolah maupun yang telah lulus ini untuk melanjutkan sekolah, ” ujarnya. Selain itu keterlibatan tokoh masyarakat juga diperlukan untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya pendidikan. Hal ini bisa memberi motivasi kepada anak yang putus sekolah untuk mau sekolah lagi. " Kita harap kerjasama semua pihak lah untuk memberikan pemahaman dan motivasi bagi anak untuk mau sekolah dan melanjutkan sekolah. Jika memang ada anak yang kesulitan mengurus administrasinya ketika mau sekolah, kita siap membantu, ” ujarnya. (Pengirim: Abang Indra).