Liputan6.com, Jakarta Ada yang bilang bahwa yang lebih menakutkan dari virus Corona sebenarnya adalah manusia dengan sifat bebalnya. Khususnya, orang-orang yang tak peduli dan mengatakan bahwa pandemi hanyalah konspirasi semata.
Baca Juga
Advertisement
Orang-orang seperti ini hanya akan menambah masalah dan memperburuk keadaan. Seperti itulah yang terjadi pada kisah di bawah ini.
Setiap tahun, Jepang mengadakan festival tahunan yang disebut Sakura Tulip Festa. Ini adalah festival yang didedikasikan untuk tulip yang tengah mekar.
Setiap tahun, orang-orang akan berkumpul di Sakura Furusato Square sambil menikmati lautan tulip yng indah dan mekar berwarna-warni. Di lokasi tersebut juga terdapat kincir angin Belanda otentik yang dibangun untuk memperingati persahabatan selama 400 tahun antara Jepang dan Belanda.
Â
Selanjutnya
Tahun ini, meski lautan tulip itu kembali mekar, orang-orang dilarang untuk datang ke Sakura Furusato Square karena pandemi virus Corona yang tengah merebak. Festival dibatalkan dan alun-alun di lokasi tersebut ditutup.
Tapi, ternyata hal tersebut tak mencegah orang-orang bebal yang tetap datang ke lokasi tersebut. Menurrut pejabat kota Sakura seperti dilansir dari BoredPanda, sekitar 400 orang terlihat di Furusato Square pada tanggal 11 April.
Kerumunan orang tersebut tentu saja berpotensi menyebarkan virus Corona. Padahal itu merupakan akhir pekan pertama setelah Perdana Menteri Shinzo Abe menyatakan keadaan darurat di prefektur Chiba, tempat kota Sakura berada.
Â
Advertisement
Selanjutnya
Sayangnya, tak mungkin untuk secara fisik menutup area tersebut yang begitu luas ataupun melarang orang-orang untuk datang ke lokasi tersebut. Jadi, beberapa hari kemudian, pihak berwenang memutuskan untuk melakukan rencana B.
Pihak berwenang memutuskan untuk memotong seluruh tulip di lapangan tersebut. Dengan kata lain, sekitar 800 ribu tulip dari sekitar 100 varietas yang berbeda dihancurkan.
Pejabat setempat menjelaskan bahwa itu bukan keputusan yang mudah tapi terpaksa diambil untuk kebaikan bersama. Langkah itu diambil dengan harapan dapat menjaga orang-orang berkerumun dan berisiko terinfeksi virus Corona.
Â
Selanjutnya
Beberapa orang mengkritik keputusan tersebut dan mengatakan bahwa tulip-tulip tersebut setidaknya bisa disumbangkan. Namun, sebagian besar berpendapat bahwa itu adalah hal yang paling efektif untuk dilakukan karena tak ada cara praktis lain untuk memastikan penutupan alun-alun.
Selain itu, orang-orang masih bisa datang kembali setelah lockdown selesai dan bunga-bunga tulip itu pasti tumbuh kembali. Namun tidak dengan nyawa manusia.
Â
Advertisement