Liputan6.com, Jakarta - Bagi pecinta minuman boba, mereka tahu kalau salah satu bagian terbaik dari minuman ini adalah bola-bola mutiara yang kenyal.
Baca Juga
Advertisement
Meski sangat lezat, tapi ingatlah mengkonsumsi terlalu banyak minuman boba bisa menyebabkan efek yang merugikan bagi kesehatanmu.
Saat pandemi Corona atau Covid-19 nyatanya tidak menghentikan para pecinta minuman boba untuk selalu bisa menikmatinya. Namun, kecanduan boba selama pandemi ini membuat seorang remaja di Tiongkok, berakhir koma selama lima hari.
Melansir dari World of Buzz, Selasa (9/6/2020), remaja bernama Tian Tian sangat terobsesi dengan teh susu boba, dia bahkan memesan minuman manis tersebut hingga 100 yuan atau setara dengan Rp 200 ribu setiap harinya.
Â
Minum 2 Gelas Boba Tiap Hari
Obsesi tidak sehat tersebut berlangsung selama satu bulan penuh. Remaja berumur 18 tahun ini diketahui minum dua gelas teh susu boba setiap hari selama masa pandemi Corona.
Nahasnya, pada 2 Mei lalu, Tian dilarikan ke Rumah Sakit Ruijin, Shanghai, setelah dia ditemukan tidak sadarkan diri. Dia segera dibawa ke Unit Perawatan Intensif Darurat (EICU), ketika tes mengungkapkan bahwa kadar gula darahnya 25 kali lebih tinggi dari orang normal.Â
Advertisement
Alami Komplikasi
Laporan mengungkapkan bahwa kehidupan Tian kini bergantung pada ventilator untuk bernafas setelah mengalami berbagai komplikasi kesehatan, termasuk gula darah tinggi dan kerusakan ginjal.
Belakangan diketahui bahwa dia mengalami gejala-gejala seperti mual, mulut kering dan poliuria (keinginan untuk sering buang air kecil) selama lebih dari seminggu sebelum dia koma.
Untungnya, Tian berhasil sadar kembali setelah lima hari koma. Selama perawatan, dia telah kehilangan 35 kg berat badannya.
Â
Berjanji Tidak Minum Boba Lagi
Kondisi tersebut membuat Tian berjanji pada tim EICU di rumah sakit Ruijin, bahwa dia tidak akan pernah minum teh susu boba lagi. Selain obsesi minuman manis, Tian tidak pernah berolahraga dan memiliki berat 125 kg.
Direktur Lu dari tim EICU mengatakan ini adalah satu dari tiga kasus lain di mana pasien yang sakit kritis mengalami kondisi yang sama dengan Tian. Para pasien sering kelebihan berat badan dan diabetes tanpa menyadarinya.
Advertisement