Sukses

Ingin Jadi Astronaut dan Tinggal di Luar Angkasa? Siap-Siap 5 Perubahan Ini

Setiap astronaut mengalami perubahan seperti pola makan, proses BAB hingga tidur. Namun di angkasa luar ada yang berubah drastis ketimbang kehidupan normal selama di Bumi. Apa saja?

Liputan6.com, Jakarta - Cita-cita menjadi astronaut didamba banyak orang di dunia. Namun, tahukah Anda?

Selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun hidup di angkasa luar bukanlah perkara mudah. Setiap astronaut harus rela berpisah dengan keluarga hingga teman terdekat.

Sebab, kehidupan para astronaut di Bumi dan di ruang angkasa sangatlah berbeda. Ada banyak hal yang harus disesuaikan mereka.

Bagaimana tidak? Setiap astronaut mengalami perubahan seperti pola makan, proses BAB hingga tidur. Namun di angkasa luar ada yang berubah drastis ketimbang kehidupan normal selama di Bumi. Apa saja?

Mengutip laman Listverse.com, berikut 4 hal yang berubah drastis bila Anda tinggal di angkasa luar sebagai astronaut:

 

Video Pilihan

2 dari 6 halaman

1. Kecepatan

Bukan rahasia umum lagi bila gravitasi mempengaruhi kecepatan di ruang angkasa. Contohnya, puing-puing bergerak dengan kecepatan sangat cepat atau bahkan lambat, sehingga otak kita hampir tidak bisa memahaminya.

Jutaan sampah kecil yang mengorbit Bumi, yang kita sebutkan sebelumnya. Mereka bergerak dengan kecepatan rata-rata 35.500 kilometer atau 22.000 mil per jam.

Dengan kecepatan setinggi itu, Anda tidak akan pernah melihat objek datang. Lubang-lubang misterius hanya akan muncul di struktur terdekat.

Tahun lalu, seorang astronaut di Stasiun Luar Angkasa Internasional mengambil foto sebuah lubang di panel surya besar stasiun itu. Lubang itu hampir pasti merupakan dampak dari salah satu serpihan kecil ini, mungkin hanya berdiameter satu atau dua milimeter.

Namun jangan khawatir, NASA mengantisipasi tabrakan seperti ini. Pelindung pada lambung stasiun dibangun untuk menahan dampak seperti itu.

 

3 dari 6 halaman

2. Bersendawa

Dalam kondisi normal, gravitasi menyebabkan cairan mengumpul di bagian bawah perut Anda. Sementara, gas naik ke atas.

Karena tidak ada gravitasi di ruang angkasa untuk mewujudkan hal ini, para antariksawan cenderung mengalami hal yang disebut sebagai "bersendawa basah."

Sendawa basah ini akan keluar dari tubuh lewat sejumlah cairan, lantaran tak ada gravitasi yang juga mempengaruhi kondisi perut. Karena itu, Internasional Stasiun Luar Angkasa tidak menyediakan minuman berkarbonasi.

 

4 dari 6 halaman

3. Olahraga

Cara orang berolahraga di Bumi dan di ruang angkasa sangatlah berbeda. Bila Anda jarang berolahraga di Bumi mungkin akan terasa biasa saja.

Namun, jangan sekali-kali tidak olahraga jika Anda sedang berada di angkasa luar. Sebab, otot astronaut akan berhenti berkembang apabila tidak berolahraga.

Karena itu, para astronaut perlu berolahraga jauh lebih banyak daripada manusia yang tinggal di Bumi. Selain mengalami gangguan perkembangan otot, tulang-tulang mereka juga akan cepat keropos jika tidak olahraga.

5 dari 6 halaman

4. Kuman

Bayangkan betapa terkejutnya para astronaut ketika mengirim sampel salmonella ke ruang angkasa. Bakteri itu justru berkembang tujuh kali lebih mematikan daripada di Bumi.

Ini tampaknya merupakan berita yang meresahkan bagi kesehatan astronaut. Tetapi itu membuat para ilmuwan mencari cara untuk mengalahkan salmonella baik di luar angkasa maupun di Bumi.

Dengan mempelajari gen salmonella yang diaktifkan dalam gravitasi rendah, para ilmuwan menentukan bahwa konsentrasi ion tinggi dapat menghambat bakteri.

Penelitian lebih lanjut dapat mengarah pada vaksin dan perawatan agar tak terjangkit salmonella.

 

6 dari 6 halaman

5. Radiasi

Matahari adalah pusat tata surya. Matahari juga menghasilkan radiasi yang berbahaya apabila langsung terpapar ke kulit.

Tapi medan magnet Bumi melindungi kita dari sinar yang paling berbahaya tersebut. Lantas, bagaimana jadinya dengan para astronaut yang ada di angkasa luar?

Saat ini ke ruang angkasa, termasuk kunjungan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional, tetap berada di dalam medan magnet Bumi, dan perisai pesawat telah terbukti sangat mampu memblokir radiasi Matahari.

Namun, itu tak berlaku bila manusia menjalani misi ke Planet Mars. Paparan sinar radiasi yang berbahaya sulit dibendung sehingga dibutuhkan persiapan ekstra agar itu tak membahayakan manusia.

(Teddy Tri Setio Berty/Tanti Yulianingsih)