Sukses

Gara-Gara Virus Corona, Alat Kelamin Pria Ini Alami Ereksi Tak Henti Selama 4 Jam

Pria ini mengalami ereksi berkepanjangan yang disebut priapismus akibat virus Corona

Liputan6.com, Jakarta Biasanya penderita virus Corona akan mengalami masalah dengan organ pernapasan mereka. Sebab, virus cenderung ini menyerang paru-paru.

Namun, kasus kali ini sungguh tak masuk di akal dan belum pernah terjadi bila dikaitkan dengan virus tersebut. Seorang pasien virus Corona di Prancis dilaporkan menderita ereksi selama empat jam karena gumpalan darah yang mungkin dipicu oleh penyakit tersebut.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 5 halaman

Kondisi menyakitkan

Pria 62 tahun yang identitasnya tak disebutkan itu mengalami kondisi menyakitkan yang dikenal sebagai priapismus saat berada di unit perawatan intensif di Rumah Sakit Le Chesnay.

Priapismus sendiri merupakan ereksi penis yang berkepanjangan dan tidak disebabkan oleh rangsangan seksual, Mayo Clinic melaporkan. Sayangnya, priapismus biasanya menyakitkan.

 

3 dari 5 halaman

Tak kunjung reda meski dikompres

Menurut laporan kasus di The American Journal of Emergeny Medicine, awalnya para dokter menerapkan kompres es ke alat kelamin pria itu. Namun, setelah empat jam ternyata ereksinya tak kunjung hilang.

Dengan menggunakan jarum, dokter akhirnya memutuskan untuk mengalirkan darah dari penisnya. Dalam laporan itu disebutkan bahwa ditemukan bagian tersebut penuh dengan gumpalan darah.

 

4 dari 5 halaman

Kasus pertama terkait virus Corona

Melansir dari Nypost, dokter mengatakan gumpalah darah adalah umum di antara pasien virus Corona. Tapi ini adalah kasus pertama yang diketahui menyebabkan priapismus.

“Presentasi klinis dan laboratorium pada pasien kami sangat menyarankan priapismus terkait infeksi SARS-CoV-2,” tulis para dokter.

 

5 dari 5 halaman

Perlu penelitian lebih lanjut

Meski demikian, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui kaitan antara kasus aneh pembekuan darah dan virus Corona.

"Meskipun argumen yang mendukung hubungan sebab akibat antara COVID-19 dan priapisme sangat kuat dalam kasus kami, harus dilakukan penelitian selanjutnya untuk memperkuat bukti," kata laporan itu.