Liputan6.com, Jakarta Sebagian besar dari kalian tentu tahu bahwa bergosip dikenal sebagai salah satu kebiasaan buruk yang mestinya dihindari. Tak hanya buruk untuk diri sendiri, bergosip juga buruk untuk orang lain lantaran berbicara di belakang seseorang bukan tak mungkin bisa menghancurkan reputasinya.
Baca Juga
Advertisement
Meski begitu, tak mudah rasanya untuk menghilangkan “kultur” tersebut. Namun rupanya di sisi lain, sebuah studi malah menunjukkan bahwa bergosip ternyata bermanfaat untuk Anda.
Dilansir dari laman brightside.me, Kamis, 9 Juli 2020, bersama timnya, Megan Robbins, seorang psikolog di University of California, melakukan beberapa riset untuk mencari tahu bagaimana kebiasaan bergosip.
Para peneliti kemudian mempelajari percakapan 467 orang yang menggunakan alat perekam selama berinteraksi. Hasil penelitian ini pun membuyarkan sejumlah stereotip tentang bergosip.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pria dan Wanita kerap bergosip
Pertama, rata-rata orang menghabiskan 52 menit per hari untuk bergosip, dan hanya 15 persen di antaranya menganggap kelakuan tersebut buruk. Temuan lainnya adalah lelaki ternyata punya kecenderungan bergosip yang sama dengan perempuan. Walau, kebiasaan ini dilakukan lebih natural oleh kaum hawa.
Juga, ekstrover punya kecenderungan bergosip lebih tinggi ketimbang para introver. Lalu, anak muda lebih aktif bergosip ketimbang orang tua.
Advertisement
Manfaat Bergosip Menurut Penelitian
Dari penelitan tersebut, bergosip kemudian jadi fenomena kompleks. Para ahli menyebut, seiring proses evolusi, bergosip nyatanya baik untuk seseorang. Pasalnya, kebiasaan ini jadi cara mengumpulkan informasi untuk melindungi diri sendiri.
Membangun kerja sama
Bergosip juga membantu membangun kerja sama dengan orang sekitar dan lebih selektif memilih berada di satu lingkaran pertemanan. "Ketika bergosip, Anda bisa melacak siapa yang berkontribusi dan siapa yang egois," kata Elena Martinescu, seorang peneliti King’s College, London.
Bahan bergosip pun dikatakan bisa jadi cara untuk memperbaiki diri setelah tahu bahwa sifat-sifat tertentu ternyata kurang baik. Misal, seseorang jadi bahan gosip karena pelit atau mudah marah, bahkan kurang nyambung saat diajak berbicara.
Advertisement