Citizen6, Tangerang: Kecemasan menghantui puluhan petani tambak di Desa Lontar, Kemiri, Kabupaten Tangerang. Sejak sebulan terakhir, ikan-ikan dan udang yang dipelihara mereka mati satu persatu. Kondisi itu menimbulkan kekhawatiran mereka bakal mengalami gagal panen pada 2012 ini. Ketua Kelompok Tani Tambak Mina Lestari Aris Suhendar menuturkan, ikan dan udang di tambak - tambak itu tak mampu bertahan hidup karena tambak di desa ini telah tercemar limbah cair beracun.
Namun, Aris menegaskan hal itu baru sebatas dugaan. Petani tambak belum dapat menyimpulkan penyebab pasti kematian udang dan ikan itu. "Air di tambak baunya sangat menyengat. Ikan mati, udang mati, sejak sebulan lalu," kata Aris didampingi Sekretaris Kelompok Tani Tambak Mina Lestari Tatang Muhtar, Kamis (30/8).
Ada sekitar 228 hektare tambak milik kurang lebih 39 petambak yang saat ini kondisinya kritis. Berbagai komoditas tambak seperti udang alam, ikan bandeng dan udang windu tak lagi mampu bertahan hidup. "Kami belum mendata kerugian. Yang kami pikirkan saat ini adalah bagaimana mengatasi penyebab limbah ini," kata Aris.
Para petani tambak di desa itu pun saat ini sedang kebingungan. Senin lalu, Aris mengatasnamakan Kelompok Tani Tambak Mina Lestari melayangkan surat yang ditujukan ke manajemen Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 3 Lontar. Isi surat itu meminta pihak PLTU 3 Lontar bersedia berdialog dengan petani tambak terkait kemungkinan tercemarnya tambak-tambak di desa itu adalah akibat limbah dari PLTU.
"Kami belum tahu asal limbah yang mencemari tambak. Makanya, kami ingin mencari tahu. Sebab ada kabar yang beredar bahwa kolam penampungan air yang mengandung cairan kimia di PLTU bocor dan mengalir ke sungai menuju tambak. Saya sudah komunikasikan dengan Pak Firman, pejabat di PLTU. Tapi beliau selalu menjanjikan nanti ditindaklanjuti," kata Aris. Sementara, pejabat di PLTU 3 Lontar yang disebut-sebut Aris, yakni Firman, saat dihubungi melalui telepon seluler tak bersedia memberikan penjelasan soal keluhan warga Desa Lontar. Dia mengatakan keluhan warga itu bukan dia yang berwenang menjawabnya. "Saya masih cuti," kata dia singkat.
Selain ditujukan kepada manajemen PLTU, Kelompok Tani Tambak Mina Lestari juga melayangkan surat ke Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang serta Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang. Surat itu mendapat respon. Sejumlah petugas Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang, Rabu (29/8) datang ke lokasi tambak. Mereka datang untuk mengecek kondisi tambak dan budidaya perikanan tambak di sana.
Pengamat lingkungan dari Banten Environment Watch (BEW) Kholid Ismail berpendapat, ada dua kemungkinan penyebab tercemarnya tambak warga Desa Lontar tersebut. Yakni berasal dari laut dan dari lokasi PLTU. "Tambak-tambak itu lokasinya dekat dengan laut dan berbatasan dengan lokasi PLTU. Jadi kemungkinannya berasal dari laut atau dari PLTU," kata Kholid.
Menurut Kholid, ikan dan udang yang dipelihara petambak itu tak mampu bertahan hidup karena tambak telah tercemar limbah kiriman dari laut. Sebab disinyalir laut di Pantai Utara Kabupaten Tangerang itu saat ini sudah semakin tercemar oleh limbah pabrik yang dibawa melalui sungai. Namun, tidak menutup kemungkinan juga limbah berasal dari aktivitas di dalam PLTU dimana proses pengolahan air limbah yang ada di PLTU tidak terolah dengan baik dan terbuang ke tambak melalui aliran sungai. (Baha Sugara).
Namun, Aris menegaskan hal itu baru sebatas dugaan. Petani tambak belum dapat menyimpulkan penyebab pasti kematian udang dan ikan itu. "Air di tambak baunya sangat menyengat. Ikan mati, udang mati, sejak sebulan lalu," kata Aris didampingi Sekretaris Kelompok Tani Tambak Mina Lestari Tatang Muhtar, Kamis (30/8).
Ada sekitar 228 hektare tambak milik kurang lebih 39 petambak yang saat ini kondisinya kritis. Berbagai komoditas tambak seperti udang alam, ikan bandeng dan udang windu tak lagi mampu bertahan hidup. "Kami belum mendata kerugian. Yang kami pikirkan saat ini adalah bagaimana mengatasi penyebab limbah ini," kata Aris.
Para petani tambak di desa itu pun saat ini sedang kebingungan. Senin lalu, Aris mengatasnamakan Kelompok Tani Tambak Mina Lestari melayangkan surat yang ditujukan ke manajemen Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 3 Lontar. Isi surat itu meminta pihak PLTU 3 Lontar bersedia berdialog dengan petani tambak terkait kemungkinan tercemarnya tambak-tambak di desa itu adalah akibat limbah dari PLTU.
"Kami belum tahu asal limbah yang mencemari tambak. Makanya, kami ingin mencari tahu. Sebab ada kabar yang beredar bahwa kolam penampungan air yang mengandung cairan kimia di PLTU bocor dan mengalir ke sungai menuju tambak. Saya sudah komunikasikan dengan Pak Firman, pejabat di PLTU. Tapi beliau selalu menjanjikan nanti ditindaklanjuti," kata Aris. Sementara, pejabat di PLTU 3 Lontar yang disebut-sebut Aris, yakni Firman, saat dihubungi melalui telepon seluler tak bersedia memberikan penjelasan soal keluhan warga Desa Lontar. Dia mengatakan keluhan warga itu bukan dia yang berwenang menjawabnya. "Saya masih cuti," kata dia singkat.
Selain ditujukan kepada manajemen PLTU, Kelompok Tani Tambak Mina Lestari juga melayangkan surat ke Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang serta Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang. Surat itu mendapat respon. Sejumlah petugas Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang, Rabu (29/8) datang ke lokasi tambak. Mereka datang untuk mengecek kondisi tambak dan budidaya perikanan tambak di sana.
Pengamat lingkungan dari Banten Environment Watch (BEW) Kholid Ismail berpendapat, ada dua kemungkinan penyebab tercemarnya tambak warga Desa Lontar tersebut. Yakni berasal dari laut dan dari lokasi PLTU. "Tambak-tambak itu lokasinya dekat dengan laut dan berbatasan dengan lokasi PLTU. Jadi kemungkinannya berasal dari laut atau dari PLTU," kata Kholid.
Menurut Kholid, ikan dan udang yang dipelihara petambak itu tak mampu bertahan hidup karena tambak telah tercemar limbah kiriman dari laut. Sebab disinyalir laut di Pantai Utara Kabupaten Tangerang itu saat ini sudah semakin tercemar oleh limbah pabrik yang dibawa melalui sungai. Namun, tidak menutup kemungkinan juga limbah berasal dari aktivitas di dalam PLTU dimana proses pengolahan air limbah yang ada di PLTU tidak terolah dengan baik dan terbuang ke tambak melalui aliran sungai. (Baha Sugara).