Liputan6.com, Jakarta - Kopi telah menjadi bagian hidup segelintir individu. Tak heran jika banyak individu menjadikan minum kopi sebagai kebiasaan harian apalagi di pagi hari.
Baca Juga
Advertisement
Namun, kebiasaan tersebut nyatanya berbahaya jika dilakukan sebelum sarapan. Hal tersebut diungkapkan oleh Center for Nutrition, Exercise and Metabolism di University of Bath.
Salah satu penelitian terbaru yang dilakukan Center for Nutrition, Exercise and Metabolism di University of Bath menyimpulkan, minum kopi setelah sarapan lebih baik. Hal itu untuk menjaga kadar gula darah yang sehat.
Penelitian tersebut dipublikasikan di British Journal of Nutrition. Dalam penelitian itu juga terungkap, minum kopi sebagai aktivitas pertama setelah bangun tidur berdampak negatif pada kontrol glukosa darah.
“Sederhananya, kontrol gula darah kita terganggu ketika hal pertama yang bersentuhan dengan tubuh kita adalah kopi, terutama setelah tidur yang tak nyenyak," kata Profesor James Betts, Wakil Direktur Pusat Nutrisi, Latihan, dan Metabolisme di University of Bath, seperti dilansir dari New York Post, Rabu (7/10/2020).
Untuk melaksanakan penelitian itu, ada 29 pria dan wanita yang dipelajari. Setiap pria dan wanita menjalani tes darah mereka sebelum dan sesudah menelan apa pun.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Metabolisme Tubuh
Menurut penelitian, saat partisipan minum kopi terlebih dahulu sebelum sarapan, kadar glukosa darah meningkat sekitar 50 persen. Namun, ketika peserta sarapan terlebih dahulu, tampaknya tidak ada efek negatif pada kadar glukosa atau respons insulin.
Penelitian tersebut terbatas dan penelitian lebih lanjut diperlukan tentang efek kafein di pagi hari pada metabolisme tubuh. Temuan awal menunjukkan bahwa minum kopi terlebih dahulu dapat membatasi kemampuan tubuh untuk memproses gula secara cepat.
“Masih banyak lagi yang perlu kita pelajari tentang efek tidur pada metabolisme kita, seperti seberapa banyak gangguan tidur mengganggu metabolisme kita dan apa implikasi jangka panjangnya, serta bagaimana olahraga, misalnya, dapat membantu mengatasi persoalan ini,” kata peneliti utama, Harry Smith dari Departemen Kesehatan di Bath.
Advertisement