Liputan6.com, Singapura - Susu sudah menjadi bagian dalam kehidupan kita. Kini banyak produk minuman yang mengandalkan susu untuk menambah citra rasa. Kita semua tahu bahwa susu berasal dari sapi atau kerbau, tetapi pernahkah Anda membayangkan bahwa susu juga bisa dibuat hanya di laboratorium?
Baca Juga
Advertisement
Belum lama ini, perusahan rintisan asal Singapura, TurtleTree unjuk kebolehannya dengan memproduksi susu yang ditanam tanpa bantuan hewan mamalia.
Berkat penemuannya, perusahaan itu memperoleh hadiah sebesar 678.000 dolar atau setara dengan Rp 7 milyar di ajang Entrepreneurship World Cup 2020. Produksi susu yang ditanam di laboratorium tersebut diyakini mampu menghemat sumber daya hingga 95 persen. Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Memukau para juri
Berkat inovasi tersebut, pihaknya sukses memukau para juri yang menilai proyek tersebut dan menaklukan 175.000 peserta dari 200 negara.
Melansir dari Times of India, Senin (21/12/2020), co-founder Lin Fengru yang berusia 32 tahun mengatakan, "Kami bangga mewakili Singapura di panggung dunia."
Â
Lin menambahkan bahwa hadiah yang didapat akan digunakan untuk melanjutkan penelitaiannya, seperti menemukan cara baru untuk mengekstrak komponen aktif biologis di dalam susu yang memiliki manfaat kesehatan.
Advertisement
Cara Kerjanya
Menurut The Straits Times, start-up yang berdiri pada 2019Â merupakan perusahaan perdana yang telah memenangakan hadiah dalam tantangan itu.
"TurtleTree Labs, menggunakan metode berbasis sel untuk membuat susu hasil laboratorium memiliki rasa dan komposisi yang sama dengan susu yang terbuat dari mamalia," tambahnya.Â
Sebelumnya, sel yang diekstraksi dari susu mamalia, lalu diberi formula khusus untuk menciptakan asam laktat. Lewat rangkaian proses filtrasi akhirnya menjadi susu yang bisa diminum.
Solusi yang diselesaikan
Kehadiran susu yang ditanam membawa sikap optimis untuk memperbaiki kondisi lingkungan secara optimal. Mengingat, kini peternakan turut berkontribusi terhadap pemanasan global dari gas rumah kaca dari 37 persen emisi metana yang dihasilkan.Â
Perusahaan itu menambahkan bahwa susu mereka juga diproduksi secara etis, dibandingkan dengan proses susu industri konvensional.Â
Sementara itu, perawatan sapi perah sering kali melibatkan penggunaan antibiotik untuk mengurangi peradangan atau infeksi pada kelenjar susu dan jaringan ambing. Hal ini menyebabkan residu obat-obatan terkandung dalam susu dan menghambat fermentasi produk susu, seperti keju dan yoghurt.
Tentu, ide brilian ini dianggap mampu mengurangi kadar obat-obatan.Â
Penulis:
Ignatia IvaniÂ
Universitas Multimedia Nusantara
Advertisement