Sukses

Rayakan Kindness Day, SMP Don Bosco 2 Gelar Bincang Kesehatan Mental

SMP Don Bosco 2 menekankan pentingnya peduli pada kesehatan mental di masa remaja sekalipun

Liputan6.com, Jakarta Hari Kesehatan Mental biasanya dirayakan di bulan Oktober. Ini disusul dengan Kindness Day di bulan November. Sebagai bentuk kepedulian pada kesehatan mental, SMP Don Bosco 2 menggelar rangkaian acara berkaitan dengan hal tersebut.

“Saya mendukung acara kindness day yang merupakan bagian dari mental health day. Saya mau ajak anak-anak berpikir 'it’s okay jika merasa tidak baik-baik saja,'” ujar Anastasia Rini, Kepala SMP Don Bosco 2. Kegiatan ini diusung oleh tim guru BK dan siswa-siswi SMP Don Bosco 2

Rangkaian acara diikuti oleh seluruh siswa kelas 7, 8, 9 dan guru-guru SMP Don Bosco 2. Acara dimulai secara online dengan yel-yel, pemasangan twibbon-hasil karya dari Cathleen, kelas 7. Acara diisi dengan penayangan poster digital, video dengan topik tips mengatasi stress remaja selama belajar daring, cara mengekspresikan emosi sesuai bakat di masa pandemi, tips mengerjakan tugas tepat waktu, dan mencintai diri.

“Seru acaranya. Aku belajar jadi MC dan jadi tahu gimana sih ngeluapin emosi dengan cara yang baik,” kata Dyrene siswa kelas 7.

Shawn juga menuturkan hal yang serupa. Siswa-siswi SMP Don Bosco 2 memiliki kreativitas dalam merancang acara menjadi menarik. Penanggung jawab game, yaitu Clement, Theodore, Agatha, Nadya, Holy, Jane, dan timnya membuat tebak-tebakan anime dan lagu.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Dance performance

Acara juga diisi dengan performance dance. Ashley dan Flanella kelas 7 membawa sebuah gerakan dance dan mengajak teman-teman tetap mencintai diri di masa pandemi. Tim lain yang terdiri dari siswa kelas 8, Fiona memainkan musik Savage Love untuk mengiringi dancer dari kelas 7, 8, dan 9, yaitu Beatrice, Tasha, Arthur, Alexa, Elisha, dan Cinta untuk menari.

“Awalnya grogi, tapi pelan-pelan bisa. Satu tim saling ngajarin,” ungkap Arthur, dari kelas 7.

Panggung online juga dimeriahkan oleh penampilan musik dari siswa-siswi kelas 8 dan 9, yaitu Gabby, Margie, Janice, Marry, Roberto Raphael, dll.

“Lewat acara ini jadi tahu kalo stress nggak selalu negatif. Ada eustress. Contoh dikasih tugas bikin sesuatu itu stress tapi menantang,” ungkap Christopher Nathan siswa kelas 7.

Pada sesi talkshow inspirative, Beatrice dan Clea dari kelas 7 dan Fanie dari kelas 8 juga bercerita tentang pentingnya dance dan olahraga di masa pandemi. Sedangkan siswa dari kelas 7 yaitu Vallerie; siswa kelas 8, Claire dan Regine; lalu Giselle, Kalea, dan Daniella dari kelas 9 bercerita tentang hobi menggambar yang membantu untuk mengekspresikan emosi dengan baik.

 

3 dari 3 halaman

Tak perlu malu ke ruangan BK atau psikiater

Ada juga Jose dan Kayla dari kelas 8 yang bercerita tentang manfaat menonton anime di masa pandemi. Theola, Keanu, dan Mario dari kelas 9 ikut berbagi cerita tentang tips tetap produktif di masa pandemi. Dua orang guru BK yaitu Astrid dan Yuti juga berbagi informasi mengenai pentingnya bercerita pada professional dan membuang stigma negatif tentang guru BK atau psikolog.

“Ke psikolog atau ke guru BK nggak berarti gila atau punya kasus. Kalo sakit gigi kita cepet ke dokter. Ya kalau suasana hati lagi nggak baik nggak papa ke psikolog. Kalo di sekolah guru BK,” tutur Astrid dan Yuti.

Kedua guru BK juga menyampaikan jika berbagi masalah dengan orang yang dipercaya akan membantu mengurangi beban. Bercerita mampu membuat seseorang melihat masalah dari sudut pandang yang lebih positif dan lebih mengenali potensi diri untuk menyelesaikan masalah.

Acara ditutup dengan bermain game bersama yang menambah keakraban antar siswa dipimpin oleh Mita, dari kelas 7 dan tim dari kelas 9, Nirel dan Natalie. Tim dokumentasi siswa, Lionel, Michelle, dan Wilbert pun berhasil mengabadikan acara dengan manis.

 

Penulis:

Charisse Dyrene dan Patricia Astrid