Liputan6.com, Jakarta Sebuah studi mengejutkan mengklaim bahwa empat miliar orang di dunia bisa kelebihan berat badan pada tahun 2050. Dan dari empat miliar itu, 1,5 miliar di antaranya diperkirakan mengalami obesitas sementara 500 juta orang berada di ambang kelaparan.
Baca Juga
Advertisement
Penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari Potsdam Institute for Climate Impact Research (PIK) itu bertajuk "Kelaparan, kekenyangan dan kesia-siaan: Kajian baru mengungkapkan konsekuensi dari dekade transisi nutrisi global."Penelitian ini berfungsi sebagai peringatan bagi umat manusia akan datangnya kesenjangan antara permintaan makanan dan dampaknya terhadap lingkungan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Mengkaji kebiasaan makan
Seiring dengan prediksi ini, mereka juga meramalkan akan terjadi peningkatan besar limbah makanan di dunia. Studi ini dilakukan setelah para peneliti meluangkan waktu untuk melihat perubahaan kebiasaan makan global antara tahun 1965-2100.
Para peneliti itu menggunakan model open-source yang memprediksi seberapa banyak permintaan makanan dapat dikaitkan dengan faktor-faktor seperti pertumbuhan populasi, penuaan, peningkatan tinggi badan, pertumbuhan indeks massa tubuh, penurunan aktivitas fisik, dan peningkatan limbang makanan.
Advertisement
Lebih banyak orang mengandalkan makanan olahan
Secara global, kini semakin banyak orang yang memilih untuk mengandalkan produk makanan olahan dan bahan makanan lain yang tinggi gula dan lemak. Pola makan hewati juga menjadi tren melampaui pola makan nabati.
Namun, produksi makan seperti itu telah menghabiskan tiga perempat air tawar dunia dan sepertiga dari tanahnya. Tak hanya itu, ini juga sekaligus menyumbang sepertiga dari emisi gas rumah kaca.
Ada cukup makanan di dunia, tapi orang miskin tak mampu membelinya
Studi tersebut juga menemukan bahwa seiring dengan peningkatan ketimpangan dan pemborosan makanan, seperti makanan yang dilabeli tak dikonsumsi karena kurangnya ruang penyimpanan atau membeli berlebihan, sekitar setengah miliar orang akan mengalami kekurangan gizi.
“Ada cukup makanan di dunia, masalahnya adalah orang-orang termiskin di planet kita tidak memiliki pendapatan untuk membelinya. Dan di negara kaya, orang tidak merasakan konsekuensi ekonomi dan lingkungan dari membuang-buang makanan,” kata Prajal Pradhan, rekan penulis dari PIK.
Jika segala sesuatunya terus berlanjut seperti sekarang ini, Bumi mungkin tidak dapat lagi menopang kebutuhan hidup manusia dan kita juga akan mengecewakan 500 juta orang yang hanya membutuhkan makanan untuk bertahan hidup.
Advertisement