Liputan6.com, Jakarta Kemunculan virus Corona yang baru ada sejak akhir 2019 membuat sulit untuk sepenuhnya memahami efek Covid-19 yang tersisa pada orang-orang di kemudian hari. Para peneliti dan dokter membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengungkap semua efek jangka panjang Covid terhadap mereka yang berhasil melewatinya.
Baca Juga
Advertisement
Di sisi lain, selalu ada penelitian terbaru yang mengkaji bagaimana virus ini dapat memengaruhi tubuh di luar gejala standar. Sebuah studi baru menemukan bahwa virus Corona dapat memengaruhi kualitas sperma dan dengan demikian, kesuburan pria. Tentu saja ini akan berpotensi memengaruhi kemampuan para penyintas Covid untuk memiliki keturunan.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Studinya
Penelitian baru dari Justus-Liebig-University di Jerman menetapkan bahwa Covid dapat berdampak negatif pada kualitas sperma dan mengurangi kesuburan pria.
Para peneliti di balik penelitian tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa temuan mereka menunjukkan virus Corona dapat menyebabkan peningkatan kematian sel sperma, peradangan, dan stres oksidatif yang mengakibatkan kualitas sperman lebih rendah dan berpotensi mengurangi kesuburan.
Menurut temuan mereka, konsentrasi, kualitas, mobilitas, dan bentuk sperma terpengaruh secara negatif oleh Covid. Para peneliti juga menyimpulkan bahwa semakin parah penyakitnya, semakin banyak sperma yang menderita.
"Efek pada sel sperma ini dikaitkan dengan kualitas sperma yang lebih rendah dan potensi kesuburan yang berkurang," ujar Behzad Hajizadeh Maleki, peneliti utama dan mahasiswa doktoral seperti dikutip dari BestLifeOnline.
"Meski efek ini cenderung membaik dari waktu ke waktu, efek tersebut tetap ada secara signifikan dan abnormal lebih tinggi pada pasien Covid-19.
Â
Advertisement
Studi lain yang mengaitkan Covid dengan tingkat kesuburan pria
Sejak awal pandemi, para peneliti berhipotesis tentang efek Covid yang berpotensi merusak reproduksi sperma. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa sperma dapat dipengaruhi oleh virus.
Hanya seminggu sebelum studi di atas dirilis, penelitian yang diterbitkan oleh jurnal Open Biology mengklaim bahwa Covid dapat menjadi ancaman global terhadap potensi kesuburan pria.
Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti India itu menemukan berbagai efek negatif virus pada kesuburan pria, banyak di antaranya tumpang tindih dengan penelitian Jerman terbaru. Studi tersebut mengutip kerusakan jaringan, gangguan pada hormon seks dan produksi sperma, peradangan, disfungsi ereksi, dan stres umum yang terkait dengan Covid.
Â
Secara umum, virus apapun cenderung memengaruhi kualitas sperma
Tidak jarang virus memengaruhi jumlah sperma untuk beberapa waktu, tetapi umumnya tak perlu dikhawatirkan.
"Bahkan sakit akibat virus seperti flu dapat menurunkan sementara jumlah sperma Anda selama beberapa minggu atau bulan," kata Channa Jayasena, MD, konsultan dalam endokrinologi reproduksi dan andrologi di Imperial College London kepada CNN.
"Ini membuat sulit untuk mengetahui seberapa banyak pengurangan yang dapat diamati dalam penelitian ini khusus untuk Covid-19 daripada hanya karena sakit."
Laporan terbaru lainnya yang diterbitkan dalam jurnal Reproduction out of Wuhan, China, tempat virus itu berasal juga mencatat bahwa efek merugikan pada kesuburan pria telah dilaporkan selama infeksi Zika (ZIKV), gondongan (MuV), dan SARS-CoV-1, tapi gambarannya kurang lengkap untuk Covid-19.
Â
Advertisement
Masih butuh penelitian lebih lanjut
Meski demikian, ada beberapa ahli yang skeptis terhadap penelitian yang diterbitkan di Jerman tersebut.
"Saya perlu memberikan catatan yang kuat tentang kehati-hatian dalam interpretasi mereka terhadap data ini," ujar Allan Pacey, PhD, seorang profesor andrologi di Universitas Sheffield di South Yorkshire, Inggris.
"Misalnya, penulis menyatakan bahwa data mereka menunjukkan bahwa inveksi Covid-19 menyebabkan kerusakan signifkan pada fungsi reproduksi pria namun itu hanya menunjukkan hubungan."
Penting juga untuk dicatat bahwa penelitian ini kecil dan dilakukan dalam waktu singkat. Para peneliti membandingkan air mani hanya dari 105 pria sehat dengan 84 pria dengan COVID. Air mani peserta dipelajari dengan interval 10 hari selama 60 hari.
Akibatnya, para peneliti yang skeptis mencatat, keterbatasan jangka waktu ini menghalangi kita untuk melihat seberapa lama efek ini pada kesuburan.