Liputan6.com, Jakarta - Aktivitas jarak jauh yang dilakukan secara dalam jaringan (daring) sudah menjadi kebiasaan sehari-hari semenjak pandemi Covid-19 melanda dunia. Mulai dari sekolah, kursus, bekerja, maupun acara seminar sudah tidak lagi tatap muka melainkan dilakukan secara online.
Baca Juga
Advertisement
Semuanya dilakukan melalui aplikasi konferensi video seperti Zoom maupun Google Meet. Namun, aktivitas tersebut dapat menyebabkan kelelahan dan stres jika terus dilakukan sepanjang waktu.
Kelelahan akibat terlalu sering melakukan konferensi video secara daring telah digambarkan sebagai kelelahan mental.
Dikutip dari Fox News, penelitian ilmiah yang muncul sekitar setahun setelah pandemi Covid-19 telah membuktikan hal tersebut. Penelitian ini didasari atas perubahan yang dialami orang Amerika terkait gaya hidup dan bekerja melalui dunia maya. Nah, berikut ini deretan dampak yang akan dirasakan jika terlalu sering melakukan zoom meeting.Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Memicu Stres dan Sulit Berhubungan Intim
Penelitian dari Stanford yang terbit dalam jurnal "Technology, Mind and Behavior", menemukan bahwa aktif sepanjang waktu di depan layar komputer, dapat memicu seseorang mengalami stres berlebihan. Ini juga dapat mempersulit untuk berhubungan intim.
Direktur pendiri Stanford Virtual Human Interaction Lab, Profesor Jeremy Bailenson, menganalisis konsekuensi psikologis dari menghabiskan waktu berjam-jam di depan aplikasi konferensi video seperti Zoom. Bailenson menemukan beberapa alasan mengapa hal itu dapat menyebabkan kelelahan.
Â
Advertisement
Memicu Kecemasan
Menurut Bailenson, jumlah kontak mata yang berlebihan melalui konferensi video akan terasa sangat intens. Ini dapat menjadi suasana yang menegangkan.
Saat konferensi video, seseorang akan merasakan tekanan ketika diawasi. Sementara, saat didengarkan oleh peserta lain dapat memicu kecemasan. Dalam mengatasi hal ini, Bailenson menyarankan untuk mengubah layar zoom ke ukuran kecil. Sehingga peserta terlihat kurang intens.
Kurang Bergerak
"Berbicara di depan umum adalah salah satu fobia terbesar yang ada dalam populasi kita. Saat Anda berdiri di sana (di depan) dan semua orang menatap Anda, itu adalah pengalaman yang membuat stres,"Â kata Bailenson, dalam laporan Stanford News.
Kurangnya mobilitas juga dapat memengaruhi kognisi seseorang. Bailenson menyarankan orang lain untuk bergerak selama pertemuan virtual. Cara itu dapat dilakukan seperti meregangkan kaki atau berjalan mondar-mandir.
Advertisement
Video Call
Dalam penelitiannya, Bailenson mengatakan bahwa video call membuat orang merasa seperti berada di bawah mikroskop. Oleh karena itu, melakukan gerakan dan isyarat sederhana harus dilakukan untuk meregangkan tubuh, meskipun hanya menguap.
Semakin lama, aplikasi Zoom banyak digunakan untuk kebutuhan belajar, mengajar, maupun bekerja. Aplikasi tersebut melonjak pada tahun 2020 dari 10 juta pengguna menjadi lebih dari 300 juta.
Penulis:
Syifa Aulia
UPN Veteran Jakarta