Liputan6.com, Jakarta Jepang - Satu dekade lalu, Sakae Kato memutuskan untuk tetap tinggal di rumahnya, di Namie, Prefektur Fukushima, untuk menyelamatkan kucing telantar. Daerah itu merupakan zona terlarang karena adanya radiasi nuklir.
Baca Juga
Advertisement
Kota tersebut telah menjadi kota tak berpenghuni karena peristiwa tsunami yang menyebabkan kerusakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Kato berniat untuk merawat kucing-kucing dan hewan peliharaan lain yang ditinggalkan tetangganya karena melarikan diri dari radiasi nuklir.
"Saya ingin memastikan bahwa saya di sini untuk mengurus (kucing) yang terakhir kali. Setelah itu saya ingin mati, entah itu sehari atau satu jam kemudian," kata Sakae Kato, seperti dikutip dari Asia One, Kamis (04/03/2021).
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Merawat Banyak Kucing dan Hewan Lain
Kato telah merawat 41 kucing dan hewan peliharaan lainnya di rumahnya dan di bangunan kosong miliknya. Kucing-kucing yang mati sebanyak 23 kucing telah dikubur di kebunnya.
Ia juga meninggalkan makanan untuk kucing liar di gudang penyimpanan yang telah dipanaskan dengan kompor parafin. Selain kucing, seekor anjing yang diberi nama Pochi juga telah ia selamatkan. Kato memenuhi kebutuhan air untuk hewan tersebut dengan mengambil air dari pegunungan terdekat dan toilet umum.
Advertisement
Dulunya Seorang Pebisnis
Sebelum mengurus kucing terlantar, pria berusia 57 tahun itu adalah seorang pemilik bisnis konstruksi kecil. Ia dengan niat yang tulus rela tinggal di zona terlarang yang terkena radiasi nuklir, setelah 160 ribu orang lainnya pindah ke daerah lain.
Alasannya karena ia terkejut dan merasa kasihan pada beberapa hewan peliharaan yang mati di rumah kosong, yang pernah ia hancurkan. “Saya tidak ingin pergi, saya suka tinggal di pegunungan ini,” katanya sambil berdiri di depan rumahnya. Diketahui, tanah yang ia tinggali di zona terlarang adalah milik keluarganya selama tiga generasi.
Kondisi Rumah Rusak
Rumah kayu dua lantai milik Kato sudah dalam kondisi yang memprihatinkan. Papan lantainya sudah membusuk, banyak lubang karena panel dinding dan genteng sebagai penahan hujan copot oleh gempa bumi pada bulan Februari 2021. “Mungkin berlangsung dua atau tiga tahun lagi (akan rubuh). Dindingnya sudah mulai miring,” tutur Kato.
Gempa bumi berkekuatan 7,3 skala richter itu membangkitkan kenangan buruk pada gempa bulan Maret 2011. Saat itu, gempa menyebabkan tsunami dan ledakan nuklir di daerah Fukushima.
Advertisement
Menghabiskan Puluhan Juta
Kato memperkirakan telah menghabiskan sekitar $ 7.000 atau Rp99.980.650 dalam sebulan untuk hewan yang dirawatnya. Sebagian uang tersebut digunakan untuk membeli makanan anjing serta untuk babi hutan yang kerap berkumpul di dekat rumahnya saat matahari terbenam.
Babi hutan itu dianggap sebagai hama oleh para petani, serta disalahkan karena merusak rumah-rumah kosong.
Pada 25 Februari lalu, Kato ditangkap oleh aparat setempat karena dicurigai membebaskan babi hutan di dalam perangkap yang dibuat oleh pemerintah Jepang pada November lalu.
Penulis:
Syifa Aulia
UPN Veteran Jakarta