Sukses

Kasoem Hearing Donasi Alat Bantu Dengar ke Masyarakat Tidak Mampu

Diharapkan ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat tidak mampu

Liputan6.com, Jakarta Sebagai perusahaan yang telah berdiri sejak 1989, Kasoem Hearing Center memiliki komitmen yang besar untuk membantu dan memberikan solusi terhadap masalah gangguan pendengaran bagi masyarakat di Indonesia.

Deputy Chief Executive Officer Kasoem Hearing Center, Trista Mutia Kasoem menjelaskan, saat ini pihaknya memberikan donasi alat bantu dengar kepada masyarakat yang membutuhkan. Utamanya bagi mereka yang tidak mampu.

"Dengan donasi ini, harapannya Kasoem bisa menjadi bagian penting dalam membantu pemerintah menanggulangi masalah gangguan pendengaran ini," ujarnya dalam keterangannya, Selasa (9/3/2021).

Setidaknya, dengan upaya ini, masyarakat Indonesia dapat memperoleh solusi dalam mengatasi masalah pendengaran serta mendapatkan pelayanan terbaik dalam penanganan gangguan pendengaran yang dilakukan oleh tenaga profesional dan terstandarisasi serta ditunjang dengan peralatan diagnostik yang lengkap.

Sementara, Dr. Rosa Falerina Sp.THT KL, perwakilan dari Perhati cabang Jawa Timur Utara mengatakan, berdasarkan data dari Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), terdapat sembilan provinsi di Indonesia dengan angka prevalensi gangguan pendengaran melebihi angka nasional (2,6 persen).

"Salah satu dari sembilan provinsi itu adalah Jawa Timur. Oleh karena itu, penting sekali deteksi gangguan pendengaran dan memberikan solusi untuk gangguan pendengaran dengan cara menggunakan alat bantu dengar," katanya.

 

 

2 dari 2 halaman

Gangguan pendengaran masih jadi masalah kesehatan nasional

Dalam hal ini, Perhati cabang Jawa Timur Utara bekerja sama dengan Kasoem Hearing Center dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Jawa Timur. Harapannya, upaya ini bisa menjadi awal yang baik untuk membantu mengurangi masalah gangguan pendengaran, khususnya di Jawa Timur.

"Karena dampak yang ditimbulkan akibat gangguan pendengaran cukup luas dan berat jika tidak ditangani dengan tepat, yaitu mengganggu perkembangan kognitif, psikologi dan sosial," jelasnya.

Untuk itu, kesadaran mengenai dampak gangguan pendengaran sangat penting untuk terus ditingkatkan agar masyarakat di Indonesia mengetahui solusi yang tepat untuk penanganan masalah gangguan pendengaran.

Untuk diketahui, hasil Riskesdas pada 2013 menunjukan, 2,6 persen penduduk Indonesia usia 5 tahun ke atas mengalami gangguan pendengaran, 0,09 persen mengalami ketulian, 18,8 persen ada sumbatan serumen, dan 2,4 persen ada sekret di liang telinga. Ini menunjukkan, gangguan pendengaran masih menjadi permasalahan kesehatan di Indonesia.

Video Terkini