Liputan6.com, Jakarta Dokter baru-baru ini melaporkan kasus aneh yang dialami oleh seorang wanita berusia 25 tahun yang menderita kondisi medis sangat langka yang menyebabkan dia mengeluarkan darah dari matanya selama menstruasi.
Baca Juga
Advertisement
Kondisi tersebut disebut Haemolacria yang merupakan sebuah kondisi langka yang menyebabkan seseorang memproduksi air mata yang diwarnai darah atau sebagian mengandung darah. Namun pada kebanyakan kasus, haemolacria merupakan gejala dari kondisi lainnya dan biasanya tidak berbahaya.
Dikutip dari Oddity Central, wanita berusia 25 tahun, yang namanya tidak diungkapkan itu awalnya mengunjungi ruang gawat darurat di sebuah rumah sakit di Chandigarh, dengan keluhan menangis darah.
Saksikan Video di Bawah Ini:
Terjadi Setiap Bulan
Usai menjalani tes kesehatan semuanya dinyatakan normal. Wanita itu pun kembali ke rumah. Hanya saja hal yang sama terjadi sekitar sebulan setelahnya.
Wanita itu mengatakan bahwa air mata darah yang dialaminya tidak menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan, dan tes oftalmologi dan radiologi yang ekstensif menunjukkan tidak ada masalah.
Dia tidak memiliki riwayat perdarahan mata atau masalah oftalmologis apa pun dan dia tidak mengalami pendarahan dari lokasi lain. Setelah duduk bersama pasien untuk mempelajari lebih lanjut tentang gejalanya, dokter mengetahui bahwa dia mengalami air mata darah sekitar waktu yang sama pada bulan sebelumnya.
Advertisement
Berkaitan dengan Menstruasi
Kedua kalinya wanita itu alami ketika sedang menstruasi. Dokter pun menyatakan bahwa hal tersebut ada kaitannya dengan menstruasi. Kondisi yang sangat langka ini menyebabkan wanita mengalami pendarahan dari organ ekstragenital, dengan yang paling umum adalah hidung.
Namun, kasus di mana penderitanya mengalami pendarahan dari bibir, mata, bahkan paru-paru atau perut, juga dikatakan pernah terjadi meski tak sering.
"Estrogen dan progesteron dapat meningkatkan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan hiperemia, kemacetan, dan perdarahan sekunder dari jaringan ekstrauterin," tulis keterangan yang mendokumentasikan kasus wanita tersebut.
Setelah didiagnosis, wanita tersebut dirawat dengan kontrasepsi oral yang mengandung kombinasi estrogen dan progesteron, dan setelah tiga bulan ditindaklanjuti dia melaporkan bahwa perdarahan mata sudah tidak terjadi lagi.