29 Juni Hari Keluarga Berencana Nasional dan Masih Maraknya Pernikahan Dini

Liputan6.com, Jakarta Salah satu tujuan berkeluarga yang paling mendasar adalah membentuk keluarga yang harmonis dan membahagiakan. Selain untuk menciptakan generasi yang lebih  baik. Idealnya keluarga menjadi sumber kekuatan untuk membangun bangsa. Ini adalah salah satu tujuan peringatan Hari Keluarga Berencana Nasional , 29 Juni.

 Untuk mencapainya, ada syarat yang harus dipenuhi jika seseorang ingin berkeluarga. Salah satunya, telah mencapai usia  minimal 19 tahun. 

Namun fakta di lapangan, banyak yang melanggarnya.  Kita masih sering mendengar soal pernikahan dini.  Data BPS  tahun 2019 menunjukkan Kalimantan Selatan merupakan provinsi dengan angka perempuan menikah sebelum usia 18 tertinggi di Indonesia yaitu 21.2 persen. 

Pandemi yang telah berlangsung selama setahun juga turut meningkatkan pernikahan dini ini. Karena masih ada yang menganggap menikahkan anak perempuan adalah solusi untuk meningkatkan ekonomi.

 Catatan BPS,  3,22% perempuan menikah di bawah usia 15 tahun pada 2020. Sedangkan laki-laki sekitar 0,34% yang menikah di usia tersebut.

 United Nations Population Fund (UNFPA) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF)  memprediksi, sebanyak  empat juta perkawinan dini terjadi dalam dua tahun ke depan karena krisis ekonomi.  Laporan dengan dengan judul Adapting to Covid-19: Pivoting The UNFPA-UNICEF Global Programme to End Chiled Marriage to Respond to The Pandemic juga menyebutkan  dalam sepuluh tahun ke depan, sekitar 13 juta pernikahan dini akan terjadi di dunia.  

 Padahal pernikahan dini sangat berisiko, terutama pada perempuan, kesehatan reproduksinya terancam selain juga mempengaruni kesehatan mental anak.   Dengan adanya peringatan Hari Keluarga Nasional, semoga makin banyak warga yang mempunyai kesadaran lebih baik  mengenai sebuah keluarga yang ideal.