Sukses

Kisah Skuat Garuda Tahan Imbang Timnas Uni Soviet di Olimpiade Melbourne 1956

Timnas Indonesia sempat memberikan kejutan di babak perempat final sepak bola Olimpiade Melbourne 1956. Ramang cs merepotkan Uni Soviet yang diperkuat banyak pemain kelas dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 28 atlet Indonesia di 8 cabang olahraga sedang berburu medali di Olimpiade Tokyo 2020. Hingga Minggu sore 25 Juli 2021, Indonesia sudah meraih 1 medali perak dan 1 medali perunggu dari cabang angkat besi Olimpiade 2020.

Demi mengharumkan nama bangsa di Olimpiade Tokyo, para atlet Indonesia terus berjuang mempersembahkan medali. Terutama, meraih medali emas di perhelatan akbar olahraga sejagat tersebut.

Perjuangan para atlet Merah Putih di ajang Olimpiade telah dimulai sejak 1952. Tepatnya dalam Olimpiade yang berlangsung di Helsinki, Finlandia.

Ketika itu, Indonesia hanya mengirim tiga atlet dari tiga cabang olahraga. Rincinya, angkat besi, atletik, dan renang.

Selanjutnya, perjuangan pantang menyerah dan kegigihan para atlet Indonesia mulai terlihat saat Olimpiade Melbourne 1956. Tepatnya pada cabang olahraga sepak bola.

Timnas Indonesia alias skuat Garuda diperkuat sejumlah pemain seperti Rusli Ramang atau Andi Ramang, Maulwi Saelan, Endang Witarsa, Thio Him Tjiang, dan Ramlan.

Skuat Garuda saat itu diasuh pelatih Antun "Toni" Pogacnik asal Yugoslavia. Mereka menghadapi Timnas Uni Soviet (kini disebut Rusia) di babak perempat final sepak bola Olimpiade Melbourne 1956.

Sekalipun tak diunggulkan, Timnas Indonesia sempat memberikan kejutan. Ramang cs sempat merepotkan Uni Soviet yang diperkuat banyak pemain kelas dunia seperti Igor Netto, Valentin Ivanov, termasuk kiper legendaris Lev Yashin.

Simak selanjutnya kegigihan skuat Garuda di Olimpiade Melbourne 1956 yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber pada Senin (26/7/2021), di halaman selanjutnya:

 

Video Pilihan

2 dari 5 halaman

Tak Diunggulkan

Boleh dibilang, Timnas Indonesia tak diunggulkan. Terlebih, skuat Garuda lolos dari Kualifikasi Olimpiade zona Asia usai calon lawan mereka, Taiwan, mengurungkan keikutsertaan dalam babak kualifikasi.

Selanjutnya di putaran pertama, skuat Garuda seharusnya melawan Vietnam Selatan. Hanya saja, negara tersebut membatalkan keikutsertaan di Olimpiade Melbourne 1956.

Indonesia kemudian menantang Uni Soviet pada babak perempat final. Laga berlangsung di Stadion Olympic Park, Melbourne, Australia, 29 November 1956. 

3 dari 5 halaman

Strategi Pertahanan Berlapis

Timnas Uni Soviet menjadi salah satu tim unggulan. Skuat Beruang Merah melaju ke perempat final usai menumbangkan Jerman Barat dengan skor tipis 2-1.

Kala itu, Uni Soviet mempunyai beberapa pemain kaliber dunia. Sebut saja, Igor Netto, Valentin Ivanov, termasuk kiper legendaris Lev Yashin.

Laga perempat final Uni Soviet kontra Indonesia disaksikan sekitar 3.000 penonton. Prediksi saat itu, Uni Soviet bakal mudah menekuk para pemain Indonesia yang rata-rata berpostur tubuh lebih pendek.

Ternyata, skuat Garuda dapat memberikan perlawanan sengit. Toni Pogacnik selaku pelatih menerapkan strategi jitu, yakni pertahanan berlapis.

Para pemain Indonesia seperti Ramang, Tan Liong Houw, Rukma Sudjana, hingga kiper Maulwi Saelan, berjuang secara gigih mengadang gempuran Timnas Uni Soviet.

 

4 dari 5 halaman

Skor Kacamata

Perjuangan Ramang cs di Olimpiade 1956 jadi catatan tersendiri bagi Federasi Sepakbola Dunia atau FIFA.

Seperti dilansir situs resmi FIFA dalam artikel bertajuk "Indonesian Who Inspired '50s Meridian" atau "Orang Indonesia yang Menginspirasi Puncak Sukses Tahun 1950-an", Ramang merepotkan barisan pertahanan dan kiper Uni Soviet.

Artikel itu diunggah FIFA pada 26 September 2012 untuk mengenang kehebatan pesepak bola Ramang. Bertepatan pada peringatan 25 tahun wafatnya penyerang legendaris Indonesia tersebut.

Di perempat final sepak bola Olimpiade 1956, Indonesia berhasil menahan Rusia. Skor "kacamata" 0-0 pun bertahan hingga waktu normal. Pun demikian saat perpanjangan waktu selesai.

Saat itu belum ada aturan penentuan akhir pertandingan melalui adu tendangan penalti. Alhasil, harus ada pertandingan ulang.

Skuat Garuda akhirnya ditaklukkan Uni Soviet dengan skor telak 0-4 dalam laga ulangan dua hari kemudian. Tepatnya pada 1 Desember 1956.

Selanjutnya, keunggulan atas Indonesia membuka jalan bagi Uni Soviet. Timnas Beruang Merah melaju ke semifinal.

Di semifinal, mereka mengalahkan Bulgaria dengan skor 2-1. Uni Soviet akhirnya mendapatkan medali emas setelah menumbangkan Yugoslavia dengan skor 1-0 di babak final.

 

5 dari 5 halaman

Pujian Presiden FIFA

Sekalipun laju tertahan di perempat final Olimpiade 1956, skuat Garuda mendulang pujian dari sejumlah pihak. Termasuk dari FIFA.

Daya juang tinggi Timnas Indonesia saat itu menjadi perbincangan di kalangan atlet Olimpiade Melbourne 1956. Pun demikian para penggemar sepak bola.

Petinggi FIFA pun mengomentari laga Timnas Indonesia versus Uni Soviet. Ringkasnya, Uni Soviet nyaris tak dapat melewati ketangguhan pertahanan skuat Garuda.

"Baru sekali saya melihat permainan bertahan yang sempurna sekali," ucap Sir Stanley Rous yang kemudian menjadi Presiden FIFA periode 1961 hingga 1974, dikutip Tabloid BOLA edisi 27 Juli 1984.

Hingga kini, Indonesia belum dapat mengulang prestasi tersebut. Apalagi, Timnas Indonesia U-23 gagal lolos ke Olimpiade Tokyo 2020.