Liputan6.com, Jakarta Varian Delta telah membuat dunia kembali ketar-ketir dalam beberapa minggu terakhir. Varian yang menyebar sangat cepat ini tak hanya membuat kasus Covid kembali naik, tapi juga menaikkan angka rawat inap dan kematian akibat Covid-19.
Baca Juga
Advertisement
Bahkan di Amerika Serikat (AS), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) kembali merekomendasikan penggunaan masker untuk orang yang divaksinasi di negara bagian di mana virus tersebut kembali melonjak.
Direktur CDC Rochelle Walensky , MD, menyatakan bahwa varian baru ini terutama memengaruhi individu yang tidak divaksinasi. Tetapi apakah divaksinasi Covid atau tidak, CDC telah menemukan beberapa kesamaan yang mengkhawatirkan di antara orang-orang yang terinfeksi dengan varian Delta.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Â
Infeksi varian Delta yang mengkhawatirkan
Pada 27 Juli, pejabat CDC mengadakan konferensi pers di mana mereka mengumumkan panduan masker terbaru dan membahas penyebaran Covid dengan varian Delta yang sekarang dominan. Menurut data CDC, 8 dari 10 kasus COVID yang berurutan adalah akibat infeksi varian Delta.
Hal tersebut mengkhawatirkan, karena varian ini memiliki perbedaan mencolok dibandingkan dengan strain dominan sebelumnya.
"Saya telah melihat data ilmiah baru dari penyelidikan wabah baru-baru ini yang menunjukkan bahwa varian Delta berperilaku unik, berbeda dari jenis virus sebelumnya yang menyebabkan COVID-19," kata Walensky selama pengarahan seperti dilansir dari Bestlifeonline.
Â
Advertisement
Kesamaan mereka yang terinfeksi varian Delta
Salah satu perubahan besar adalah bahwa setiap orang yang terinfeksi varian Delta "dapat menularkan dan menyebarkan virus itu ke orang lain," baik yang tidak divaksinasi atau divaksinasi.
Walensky mengatakan data ilmiah baru ini telah muncul dari wabah varian Delta baru-baru ini di beberapa negara bagian dan negara lain.
"Varian baru ini mengkhawatirkan dan sayangnya memerlukan pembaruan untuk rekomendasi kami," katanya.
Â
Individu yang terinfeksi Varian Delta meski sudah divaksinasi, tetap menular
Menurut CDC, baik orang yang divaksinasi dan tidak divaksinasi dengan COVID memiliki jumlah virus yang sama di tubuh mereka. Ketika varian Alpha dominan, para ahli kesehatan percaya bahwa individu yang divaksinasi telah mengurangi viral load dan tidak dapat menularkan virus ke orang lain.
Namun, kini Walensky mengatakan bahwa orang yang divaksinasi yang terinfeksi varian Delta dapat menyebarkan virus lebih jauh.
"Kami merasa penting bagi orang yang [divaksinasi] untuk memahami bahwa mereka berpotensi menularkan virus ke orang lain," kata Walensky.
"Dan itu penting dalam kasus, misalnya, individu yang divaksinasi yang mungkin akan mengunjungi anggota keluarga yang kekebalannya terganggu. Kami ingin memastikan bahwa mereka mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk tidak menularkan virus kepada mereka."
Â
Advertisement
Infeksi terobosan akibat Covid-19 jarang terjadi
Di sisi lain, Walensky juga mengatakan bahwa tingkat penularan di antara individu yang divaksinasi masih rendah karena infeksi terobosan jarang terjadi.
"Individu yang divaksinasi terus menunjukkan jumlah penularan yang sangat kecil yang terjadi di seluruh negeri," Walensky mengkonfirmasi selama konferensi pers. "Dari penularan yang terjadi di negara ini saat ini, sebagian besar penularan terjadi melalui individu yang tidak divaksinasi."
Â
Vaksinasi mengurangi gejala parah akibat infeksi Covid
CDC juga memperkirakan bahwa risiko infeksi terobosan gejala dengan varian Delta berkurang tujuh kali lipat melalui vaksin. Dan pengurangan rawat inap dan kematian bahkan lebih tinggi, yaitu 20 kali lipat.
"Kami terus mendorong semua orang untuk divaksinasi. Mendapatkan vaksinasi dapat mencegah penyakit parah, rawat inap, dan kematian, bahkan pada varian Delta," tutup Walensky.
Advertisement