Sukses

Mengenal Zoom Fatigue: Kelelahan Akibat Terlalu Banyak Rapat Virtual dan Cara Mengatasinya

Merasakan lelah akibat terus-terusan mengikuti rapat virtual? Ini disebut zoom fatigue

Liputan6.com, Jakarta Pandemi Covid-19 telah menyebabkan perubahan besar dalam dunia kerja. Ini membuat mayoritas perusahaan mengeluarkan kebijakan untuk karyawan agar bekerja dari rumah dan terbiasa dengan pertemuan virtual sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

Meningkatnya penggunaan rapat virtual telah menyebabkan banyak pekerja merasa terkuras dan kekurangan energi. Ini kemudian dikenal sebagai "Zoom Fatigue."

Sayangnya, tidak banyak yang dapat dilakukan untuk menghindari rapat virtual tersebut. Karena bagaimanapun, kegiatan tersebut menggantikan interaksi tatap muka di tempat kerja yang biasa dilakukan sebelumnya.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti di University of Arizona di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa kamera mungkin menjadi salah satu penyebabnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

2 dari 5 halaman

Penelitiannya

Allison Gabriel, Professor of Management and Organisations and University Distinguished Scholar menerbitkan penelitiannya dalam Journal of Applied Psychology terkait Zoom Fatigue tersebut. Gabriel melihat peran kamera yang digunakan dalam rapat zoom pada kelelahan yang dialami karyawan dan mengekplorasi apakah perasaan itu lebih buruk bagi karyawan tertentu.

Dia mengatakan bahwa selama ini, ada asumsi bahwa jika kamera Anda hidup selama rapat berlangsung, berarti Anda lebih terlibat dalam rapat tersebut.

“Tetapi ada juga banyak tekanan presentasi diri terkait dengan berada di depan kamera. Memiliki latar belakang profesional dan terlihat siap, atau menjauhkan anak-anak dari kamar adalah beberapa dari beberapa tekanan.”

 

3 dari 5 halaman

Hasil penelitian

Setelah percobaan empat minggu yang melibatkan 103 peserta dan lebih dari 1.400 pengamatan, Gabriel dan rekan-rekannya menemukan bahwa memang lebih melelahkan untuk menyalakan kamera selama rapat virtual.

Gabriel mengungkapkan bahwa "Ketika orang-orang memiliki kamera atau diminta untuk tetap menyalakan kamera, mereka melaporkan lebih banyak kelelahan daripada rekan-rekan mereka yang tidak menggunakan kamera, kelelahan itu berkorelasi dengan lebih sedikit suara dan lebih sedikit keterlibatan selama rapat."

Ini berarti bahwa mereka yang kameranya dihidupkan berpotensi berpartisipasi lebih sedikit daripada mereka yang tidak menggunakan kamera, yang bertentangan dengan anggapan bahwa menyalakan kamera selama rapat virtual sama dengan Anda "berpartisipasi".

 

4 dari 5 halaman

Wanita dan karyawan baru lebih stres akibat rapat virtual

Yang juga mengejutkan adalah Gabriel menemukan bahwa efek ini lebih kuat bagi wanita dan karyawan yang lebih baru di organisasi perusahaan. Ini mungkin karena tekanan tambahan dari presentasi diri.

“Karyawan yang cenderung lebih rentan dalam hal posisi sosial mereka di tempat kerja, seperti wanita dan karyawan yang lebih baru dan kurang tetap, memiliki perasaan lelah yang meningkat ketika mereka harus menyalakan kamera selama rapat.”

Dia lebih lanjut menambahkan bahwa “Perempuan sering merasakan tekanan untuk menjadi sempurna tanpa usaha atau memiliki kemungkinan lebih besar gangguan penitipan anak, dan karyawan baru merasa seperti mereka harus berada di depan kamera dan berpartisipasi untuk menunjukkan produktivitas.”

 

5 dari 5 halaman

Biarkan karyawan mematikan kameranya

Ke depan, Gabriel menyarankan agar pemberi kerja tidak mengharapkan karyawan untuk menyalakan kamera mereka selama rapat virtual dan sebaliknya, biarkan karyawan yang memutuskan .

“Pada akhirnya, kami ingin karyawan merasa mandiri dan didukung di tempat kerja untuk menjadi yang terbaik. Memiliki otonomi dalam menggunakan kamera adalah langkah lain ke arah itu," pungkas Gabriel.