Sukses

7 Fakta Menarik tentang Wanita Zaman Dulu, Bisa Menjadi Imam hingga Bebas Memilih Suami

Berikut ini beberapa fakta menarik tentang wanita zaman dulu

Liputan6.com, Jakarta Perempuan memiliki sejarah panjang emansipasi, dan bahkan saat ini kesetaraan gender total belum tercapai. Namun, di zaman kuno, hal-hal dulu sangat berbeda.

Masa yang dianggap sebagai masa kuno bagi manusia modern, ada kalanya justru pemikiran mereka lebih maju. Contohnya saja, wanita di Roma kuno, Yunani, Mesir, India, dan Cina memiliki banyak hak, batasan, hobi, dan kebiasaan yang tidak sepenuhnya kita sadari.

Berikut beberapa fakta unik tentang wanita zaman dulu seperti dihimpun dari Brightside.me.

1. Wanita Mesir bisa memegang posisi agama yang tinggi

Tidak pernah umum bagi seorang wanita untuk terlibat secara serius dalam kehidupan keagamaan. Namun, Mesir kuno adalah pengecualian. Wanita di Mesir dapat memegang posisi Imam bahkan "Istri Tuhan", yang diasosiasikan dengan dewa yang berbeda.

Tapi posisi yang paling penting adalah "Istri Dewa Amun." Ini adalah gelar kehormatan yang diberikan kepada seorang wanita (awalnya dari kelas mana pun tetapi kemudian dari kelas atas) yang akan membantu imam besar dalam upacara dan merawat patung dewa. Juga, tidak umum bagi perempuan untuk menjadi ibu rumah tangga, dan mereka biasa berbaur dalam masyarakat. Ada berbagai artefak di mana perempuan digambarkan sebagai musisi profesional, penari, dan tamu pesta.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

2 dari 7 halaman

2. Wanita Mesir Kuno memiliki hak yang sama untuk mewarisi takhta

Mesir jauh lebih demokratis daripada banyak kerajaan kuno lainnya. Bukti utamanya adalah fakta bahwa, terlepas dari jenis kelaminnya, setiap anak penguasa dapat mewarisi takhta.

Hak laki-laki dan perempuan hampir sama, yang tidak terlalu umum pada saat itu. Selain itu, garis keluarga di Mesir kuno diambil dari pihak ibu, bukan dari pihak ayah. Ini berakar pada keyakinan bahwa warisan dapat dibuktikan jika ibu diketahui (karena tes DNA untuk ayah tidak tersedia saat itu).

 

3 dari 7 halaman

3. Wanita Yunani memiliki hak untuk bercerai

Meskipun wanita di Yunani kuno tidak dianggap sebagai warga negara dan hak serta kebebasan mereka sangat dibatasi, prosedur perceraian cukup adil. Jika seorang wanita ingin bercerai dari suaminya, dia hanya membutuhkan perwakilan pria untuk membuat kesepakatan atas namanya. Namun, jika seorang pria ingin bercerai, yang harus dia lakukan hanyalah mengusir istrinya dari rumahnya.

 

4 dari 7 halaman

4. Seorang wanita di Cina bisa ditinggalkan oleh suaminya jika terlalu banyak bicara

Di Tiongkok kuno, seorang wanita hampir tidak memiliki hak dan dianggap sebagai milik suaminya. Pernikahan diatur oleh mak comblang profesional, dan seorang wanita biasanya bertemu suaminya untuk pertama kalinya selama pernikahan. Dalam pernikahan tradisional, orang tua pengantin pria biasanya duduk, dan pengantin wanita mengenakan gaun merah dan topi baja biru serta menyajikan teh kepada ibu mertuanya. Pengantin pria mengenakan selempang membentuk "X" di depannya.

Pria Tiongkok kuno dapat memiliki banyak alasan untuk bercerai seperti: kegagalan untuk melahirkan anak laki-laki, bukti ketidaksetiaan, kurangnya berbakti kepada orang tua suami, pencurian, menderita penyakit mematikan atau menular, kecemburuan, dan terlalu banyak bicara.

 

5 dari 7 halaman

5. Wanita India bebas memilih suaminya

Saat ini, perjodohan cukup tersebar luas di India. Namun pada zaman dahulu, seorang wanita setara dengan seorang pria. Dia memiliki hak untuk tidak hanya memilih suaminya, tetapi juga untuk menikah kapan pun dia mau. Wanita India juga menerima pendidikan yang baik dan diizinkan untuk menjalani inisiasi dan mempelajari Veda.

 

6 dari 7 halaman

6. Gadis-gadis Romawi memiliki 'Barbie' versi mereka sendiri

Di Roma kuno, anak perempuan biasa menikah ketika mereka baru berusia 12 tahun. Meskipun masa kecil mereka tidak berlangsung lama, mereka masih bermain dengan mainan. Salah satunya, seperti yang ditemukan pada akhir abad ke-19, adalah boneka kayu.

Boneka kayu tersebut ditemukan di sarkofagus milik seorang gadis bernama Crepereia Tryphaena, dan dia tinggal di Roma abad ke-2. Sebuah kotak kecil berisi pakaian untuk mendandani boneka itu juga ditemukan di dalam sarkofagus.

 

7 dari 7 halaman

7. Wanita Romawi terdidik

Pendidikan wanita di Roma kuno adalah pertanyaan yang agak kontroversial. Kebanyakan anak perempuan diajari dasar-dasar membaca dan menulis di sekolah.

Namun, beberapa keluarga ingin anak perempuan mereka mendapatkan pengetahuan yang lebih luas, sehingga mereka menyewa guru privat untuk pelajaran tata bahasa dan bahasa Yunani tingkat lanjut. Alasannya adalah untuk membuat seorang gadis menjadi pendamping yang melek huruf dan menarik bagi suaminya, sehingga membuatnya lebih berpengaruh.