Sukses

Studi: Sindrom Patah Hati Bisa Sebabkan Kematian

Bukan hanya rasa sakit emosional dan mental, tapi juga trauma fisik dan kerusakan yang bisa disebabkan oleh patah hati.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam hubungan asmara, putus menjadi salah satu keputusan terbaik yang diambil setiap pasangan jika hubungan cintanya mengalami masalah dan tak bisa diselesaikan.

Putus cinta tentu sangat menyakitkan. Namun, bukan hanya rasa sakit emosional dan mental, tapi juga trauma fisik dan kerusakan yang bisa disebabkan oleh patah hati. Efek yang ditimbulkan disebut sindrom patah hati. 

Melansir dari India Times, Senin (29/11/2021), gejala sindrom patah hati termasuk sesak napas dan nyeri dada. Untungnya, seperti pada serangan jantung, itu tidak menyebabkan penyumbatan di arteri yang membatasi aliran darah.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Sistem kekebalan tubuh menjadi salah satu penyebabnya

Anehnya, sistem kekebalan tubuh sendirilah yang bisa menjadi salah satu penyebab utama kondisi ini. Intensitas trauma emosional atau fisik bisa menyebkan respons yang memengaruhi jaringan jantungmu. 

“Kami menemukan bahwa sindrom patah hati memicu badai dalam sistem kekebalan yang mengakibatkan peradangan akut pada otot jantung. Otot jantung kemudian menumpahkan sinyal peradangan yang beredar ke seluruh tubuh,” kata pemimpin peneliti Dana Dawson, Profesor di University of Aberdeen, Skotlandia, seperti yang dilaporkan dalam IANS.

“Sindrom patah hati adalah kondisi serius yang disebabkan oleh stres yang mempengaruhi terutama wanita dan bisa menyebabkan kerusakan jangka panjang dan jaringan parut pada otot jantung. Anehnya, masih ada kesenjangan besar dalam pengetahuan kita tentang biologi yang mendasarinya,” kata Profesor Metin Avkiran, Associate Medical Director di British Heart Foundation.

 

3 dari 3 halaman

Tengah lakukan penelitian lebih lanjut

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Circulation ini mengungkapkan bahwa obat yang menargetkan peradangan mungkin bisa memperbaiki patah hati. 

“Penemuan bahwa itu disertai dengan peradangan di dalam jantung dan di seluruh tubuh merupakan langkah maju yang penting,” kata Avkiran.

“Kami sekarang membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk memahami apakah peradangan menyebabkan kardiomiopati Takotsubo dan menentukan apakah obat yang menargetkan peradangan bisa menjadi kunci untuk memperbaiki patah hati,” lanjutnya.