Citizen6, Tegal: Keyakinan atas kemampuan yang dimiliki merupakan modal yang utama untuk membangkitkan semangat dalam diri, gagal dalam meraih cita-cita untuk melanjutkan kuliah bukanlah akhir dari segalanya, kegagalan merupakan keberhasilan yang tertunda. Seperti yang dialami oleh remaja asal Tegal, Jawa Tengah, bernama Affan Ghifari (18). Remaja dari 3 bersaudara ini memanfaatkan waktu luang menunggu kesempatan seleksi masuk PTN pada 2013 ini dengan membantu orang tuanya. Dia setiap malam bekerja sebagai "Penarik Odong-odong" di Taman Poci Alun-Alun Tegal.
Sebenarnya kegiatan itu sudah dilakukannya semenjak usia 14 tahun saat dia masih duduk di bangku SMP Negeri 2 Tegal. "Awalnya saya hanya berniat meringankan beban orang tua saya. Sebagai anak laki-laki, saya sadar akan kewajiban saya sebagai anak pertama untuk menjadi panutan adik-adik saya dan nantinya akan menjadi tulang punggung keluarga. Karena sudah terbiasa membantu orang tua, jadi saya merasa nyaman, dan menjadikan pekerjaan ini sebagai sambilan," ujarnya.
Setelah lulus SMP, Affan melanjutkan studinya di SMA Negeri 1 Tegal yang termasuk sekolah favorit di Kota Tegal. Walaupun sudah berstatus menjadi siswa SMA Negeri 1 Tegal, dia masih tetap melakukan pekerjaannya tanpa rasa malu. Dengan kegigihan dan keuletannya, menarik odong-odong sudah merupakan kegiatan sehari-harinya. "Saya menyenangi pekerjaan ini. Karena sudah merasa senang apapun kegiatannya pasti akan dilakukan dengan ikhlas tanpa paksaan," tambahnya. Bahkan disaat malam minggu dimana para remaja lain pergi dengan pasangannya, dia tetap bersemangat untuk menarik odong-odong.
Pada Mei 2012 setelah lulus dari SMA, Affan yang akrab panggilan sehari-harinya gagal ikut seleksi PTN (UI). Dia berharap pada 2013 nanti bisa lolos seleksi masuk PTN yang dia inginkan. Sehingga sambil menunggu kesempatan itu datang, dia melanjutkan pekerjaannya sebagai penarik odong-odong. Disamping memanfaatkan peluang dengan menjadi penarik odong-odong, dia juga sadar akan kewajibannya untuk belajar agar mendapatkan PTN yang dia harapkan selama ini.
Affan meluangkan waktu untuk belajar saat menunggu waktu untuk berangkat menarik odong-odong. Kegiatannya dimulai pukul 05.00 Wib hingga 21.00 Wib. Jarak yang harus ditempuh Affan dari rumah ke lokasi adalah sekitar 2 kilometer. "Kalau pendapatan itu ya relatif, tergantung cuaca. Kalo normalnya biasanya Rp. 50.000 sehari," tambahnya.
Berbeda dengan fenomena yang terjadi saat ini, para remaja yang hidupnya hanya menghabiskan uang orang tuanya. Setiap peluang yang ada selalu ia manfaatkannya, seperti halnya pada akhir tahun menjelang tahun baru ia menjual terompet dipinggir jalan. Hasil jerih payah yang didapat gunakan sebagai biaya pendidikan saat masih sekolah, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga, dan uang saku adik-adiknya serta sisanya dikumpulkan untuk persiapan masuk perguruan tinggi. (Reni Yunita Mulyaningsih/YSH)
Sebenarnya kegiatan itu sudah dilakukannya semenjak usia 14 tahun saat dia masih duduk di bangku SMP Negeri 2 Tegal. "Awalnya saya hanya berniat meringankan beban orang tua saya. Sebagai anak laki-laki, saya sadar akan kewajiban saya sebagai anak pertama untuk menjadi panutan adik-adik saya dan nantinya akan menjadi tulang punggung keluarga. Karena sudah terbiasa membantu orang tua, jadi saya merasa nyaman, dan menjadikan pekerjaan ini sebagai sambilan," ujarnya.
Setelah lulus SMP, Affan melanjutkan studinya di SMA Negeri 1 Tegal yang termasuk sekolah favorit di Kota Tegal. Walaupun sudah berstatus menjadi siswa SMA Negeri 1 Tegal, dia masih tetap melakukan pekerjaannya tanpa rasa malu. Dengan kegigihan dan keuletannya, menarik odong-odong sudah merupakan kegiatan sehari-harinya. "Saya menyenangi pekerjaan ini. Karena sudah merasa senang apapun kegiatannya pasti akan dilakukan dengan ikhlas tanpa paksaan," tambahnya. Bahkan disaat malam minggu dimana para remaja lain pergi dengan pasangannya, dia tetap bersemangat untuk menarik odong-odong.
Pada Mei 2012 setelah lulus dari SMA, Affan yang akrab panggilan sehari-harinya gagal ikut seleksi PTN (UI). Dia berharap pada 2013 nanti bisa lolos seleksi masuk PTN yang dia inginkan. Sehingga sambil menunggu kesempatan itu datang, dia melanjutkan pekerjaannya sebagai penarik odong-odong. Disamping memanfaatkan peluang dengan menjadi penarik odong-odong, dia juga sadar akan kewajibannya untuk belajar agar mendapatkan PTN yang dia harapkan selama ini.
Affan meluangkan waktu untuk belajar saat menunggu waktu untuk berangkat menarik odong-odong. Kegiatannya dimulai pukul 05.00 Wib hingga 21.00 Wib. Jarak yang harus ditempuh Affan dari rumah ke lokasi adalah sekitar 2 kilometer. "Kalau pendapatan itu ya relatif, tergantung cuaca. Kalo normalnya biasanya Rp. 50.000 sehari," tambahnya.
Berbeda dengan fenomena yang terjadi saat ini, para remaja yang hidupnya hanya menghabiskan uang orang tuanya. Setiap peluang yang ada selalu ia manfaatkannya, seperti halnya pada akhir tahun menjelang tahun baru ia menjual terompet dipinggir jalan. Hasil jerih payah yang didapat gunakan sebagai biaya pendidikan saat masih sekolah, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga, dan uang saku adik-adiknya serta sisanya dikumpulkan untuk persiapan masuk perguruan tinggi. (Reni Yunita Mulyaningsih/YSH)