Sukses

Studi: Vaksin Covid-19 Ternyata Dapat Sebabkan Perubahan Periode Menstruasi

Kecemasan wanita mulai bermunculan akibat perubahan siklus menstruasi yang mereka rasakan setelah menerima vaksin Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta - Vaksin Covid-19 jelas memiliki efek samping terhadap tubuh. Efeknya cukup beragam. Penerima vaksin mungkin akan merasakan lapar berlebih, mengantuk, demam, sakit kepala, mual, sakit persendian dan sebagainya. Namun, ada satu hal yang tidak disadari mungkin juga terjadi pada Anda, yaitu perubahan kecil pada siklus haid.

 

Melansir dari irishmiror.ie, Sabtu (29/1/2022)., banyak wanita di Amerika telah melaporkan perubahan siklus menstruasi setelah mendapatkan suntikan vaksin covid-19. Tercatat sebanyak 3.959 orang wanita di Amerika setidaknya mengalami enam kali berturut-turut perubahan siklus haid yang berbeda, ada yang lebih panjang dan ada juga yang lebih pendek dari periode normal mereka.

Para peneliti mencatat dan mengamati siklus menstruasi dari bulan ke bulan melalui kisaran variabel normal haid, yaitu delapan hari. Hasilnya dapat disimpulkan bahwa perubahan siklus ini mungkin bisa terjadi pada saat Anda menerima vaksin dosis kedua.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Siklus menstruasi berubah akibat vaksin covid tidak berlangsung lama

Menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh British Medical Journal, dua studi baru observasional telah memberikan data yang meyakinkan bahwa vaksin tidak berpengaruh jangka panjang pada siklus mestruasi. Artinya perubahan siklus tersebut hanya berlangsung sementara, kemudian haid Anda akan kembali normal seperti semula.

3 dari 4 halaman

Apakah vaksin bisa memengaruhi infertilitas atau keseburan wanita?

Sebagian besar kekhawatiran publik terhadap masalah ini muncul dari informasi yang salah. Mereka keliru menerima informasi yang menyatakan vaksin Covid-19 menyebabkan infertilitas pada wanita.

Masalah kesuburan wanita atau berkurangnya jumlah kualiatas sperma pria bukan berasal dari vaksin. Demikian diungkap Dr. Victoria Male, seorang spesialis reproduksi di Imperial Collage London, seperti dilansir dari Medicalxpress.com, Sabtu (29/1/2022).

4 dari 4 halaman

Penelitian harus ditinjau lebih lanjut

Adanya perbedaan hasil penelitian dari data yang diambil pada wanita Amerika, Inggris dan Norwegia membuat penelitian tentang kasus ini harus ditinjau lebih dalam lagi. Hal tersebut untuk mengetahui kelompok mana yang rentan terkena efek perubahan siklus, atau bagaimana perubahan tersebut bisa terjadi pada sebagaian wanita. Sehingga dapat ditemukan solusi tepat jika perubahan siklus tersebut terus belangsung.