Liputan6.com, Jakarta Uji coba penting sedang diluncurkan untuk melihat penggunaan ganja untuk mengobati Long Covid. Sekitar 30 pasien yang menderita gejala yang berkepanjangan seperti kelelahan, nyeri otot, kecemasan, dan sulit tidur akan didaftarkan melalui dokter umum yang berpartisipasi.
Baca Juga
Advertisement
Lisensi pertama dari jenisnya telah diberikan oleh Komite Etika Penelitian NHS dan Badan Pengatur Obat dan Produk Kesehatan (MHRA) di Inggris. Uji coba penggunaan ganja itu dijalankan oleh badan amal bernama Drug Science yang didirikan oleh Prof David Nutt.
Jika hasil awal menggembirakan, itu akan ditingkatkan menjadi uji klinis besar di Inggris. Peserta akan diberikan minyak ganja setiap hari, yang telah terbukti bekerja untuk beberapa pasien yang menderita bentuk lain dari kelelahan pasca Covid-19.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pentingnya mengatasi long Covid dengan cepat
David Badcock, kepala eksekutif Drug Science, mengatakan: “Kita perlu mengatasi Long Covid dan dengan cepat."
“Saat ini dokter memiliki sangat sedikit yang dapat mereka tawarkan kepada pasien."
“Penelitian akan membawa kita ke pilihan yang paling efektif dan ini termasuk melihat obat-obatan seperti ganja yang, meskipun legal [diresepkan] di Inggris sejak 2019, masih banyak disalahpahami dan jarang diresepkan.”
Advertisement
Long covid yang menyusahkan
Para ilmuwan secara global masih tidak tahu mengapa gejala Covid seperti sesak napas, kabut otak, kelelahan, dan nyeri otot bertahan selama berbulan-bulan pada beberapa pasien.
Kantor Statistik Nasional Inggris memperkirakan 1,3 orang Inggris menderita Long Covid bahkan sebelum lonjakan Omicron. Ini menyebabkan rekor tingkat infeksi musim dingin ini.
Ganja sekarang diresepkan secara legal di Inggris tetapi jarang dilakukan oleh dokter umum yang mengutip kurangnya uji klinis yang kuat yang dilakukan terhadap manfaat dan potensi bahayanya.
Harapan akan pengobatan lewat ganja
Sejumlah kelompok pasien telah menuntut investasi penelitian yang lebih besar untuk memungkinkan uji klinis semacam itu.
Peserta akan diberi resep Medicabilis dosis harian, obat ganja berbentuk minyak yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi BOD Australia.
Ini mengandung 5% Cannabidiol, yang dikenal sebagai CBD, dan 0,2% Tetrahydrocannabinol, yang dikenal sebagai THC.
Uji coba awal akan berlangsung selama enam bulan mulai Februari 2022. Peserta akan melakukan pelaporan sendiri setiap hari tentang gejala yang dibantu oleh perangkat seperti aplikasi kebugaran ponsel cerdas.
Mereka akan mencatat detak jantung dan tekanan darah harian mereka dan semua data akan dianonimkan kemudian dianalisis oleh para peneliti untuk menentukan kelayakan ganja obat sebagai pengobatan Long Covid.
Advertisement
Manfaat ganja bagi pengobatan long Covid
Penyelidik percobaan utama Dr Elizabeth Iveson, Konsultan Neurorehabilitasi yang berbasis di Unit Rehabilitasi STEPS di Sheffield, mengatakan: “Saya melihat lebih banyak pasien yang secara signifikan terpengaruh oleh efek lanjutan dari Long Covid."
“Banyak orang muda, yang sebelumnya bugar dan sehat yang sekarang berjuang setiap hari dengan mobilitas, dipengaruhi oleh kelelahan, kecemasan, dan toleransi terbatas untuk berolahraga."
Menurut dia, akses ke perawatan dan rehabilitasi holistik berkualitas tinggi diperlukan tetapi sumber daya NHS saat ini sangat terbatas, dan seringkali terbatas pada pasien yang terkena dampak lebih parah.
Ini membuat sejumlah besar pasien di Inggris mengalami gejala yang melemahkan dengan sangat sedikit pilihan terapi yang tersedia untuk mereka atau dokter umum mereka.
“Dari pengalaman saya meresepkan kanabis kepada pasien dengan penyakit yang memengaruhi banyak sistem tubuh dan menunjukkan banyak gejala yang berbeda, ada potensi kanabis medis juga bisa efektif sebagai bagian dari manajemen pasien dengan Long Covid."
“Akses obat-obatan ini bagi pasien masih terbatas dan mahal. Ada kebutuhan mendesak untuk lebih banyak uji klinis untuk ganja medis dan Long Covid, jadi saya senang memimpin studi yang disetujui MHRA ini,” pungkasnya.