Liputan6.com, Jakarta Puasa selama bulan Ramadhan adalah salah satu rukun Islam dan kewajiban bagi setiap Muslim. Namun, bagaimana bila Anda memiliki kondisi tertentu?
Baca Juga
Advertisement
Diabetes, misalnya. Menjalankan puasa bagi diabetesi adalah suatu tantangan tersendiri. Sebab, mereka harus senantiasa mengontrol kadar gula darah. Lalu, bolehkah diabetesi berpuasa Ramadhan?
Ketahuilah bahwa tidak ada paksaan untuk berpuasa ketika Anda tidak sehat. Sebagaimana Surah Al Baqarah Ayat 184 - 185 memberikan panduan yang jelas bahwa puasa selama Ramadhan tidak wajib jika Anda memiliki penyakit kronis, atau di mana puasa membahayakan atau membahayakan hidup Anda (misalnya jika Anda menggunakan insulin, mengalami gagal ginjal, atau sedang hamil).
Anda dapat memberikan kontribusi kepada orang miskin atau membutuhkan sebagai pengganti puasa selama Ramadhan.
Namun, jika Anda tetap ingin berpuasa, putuskan untuk berpuasa dengan dokter yang merawat diabetes Anda 2 bulan sebelum Ramadhan. Penting untuk mendiskusikan puasa dengan dokter Anda hingga 2 bulan sebelum Ramadhan karena Anda perlu tahu:
-Cara berpuasa dengan aman
-Apakah penyesuaian obat diabetes Anda mungkin perlu dilakukan sebelumnya.
-Jangan menyesuaikan diri atau menghentikan pengobatan sendiri.
Selain itu, cobalah untuk melakukan uji coba puasa sebelum Ramadhan. Sebuah "uji coba" puasa sebelum Ramadhan (yaitu Puasa Sunat) dapat dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan masalah selama puasa Ramadhan. Silakan diskusikan hal ini dengan dokter Anda.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tips agar diabetesi dapat berpuasa Ramadhan
Departemen Endokrinologi Rumah Sakit Umum (SKH) Sengkang membagikan 10 tips agar penderita diabetes dapat mengelola puasa Ramadhan dengan lebih baik.
Mengutip dari Healthxchange.sg, Dr Sueziani Zainudin, Konsultan, dari Layanan Endokrinologi di Sengkang General Hospital (SKH), dan Dr Daphne Gardner, Konsultan Senior, dari Departemen Endokrinologi di Singapore General Hospital (SGH), keduanya anggota dari SingHealth grup, berbagi panduan bagi penderita diabetes tentang cara mengelola puasa Ramadhan.
Apa saja? Ini dia.
1. Jangan lewatkan Sahur
Anda tidak boleh melewatkan makan sahur (sebelum fajar). Makanlah dengan seimbang di pagi hari dan konsumsi insulin dalam jumlah yang tepat untuk itu, dengan mempertimbangkan bahwa Anda tidak akan makan sepanjang hari sampai matahari terbenam. Jika Anda melewatkan makan sahur, Anda tidak boleh berpuasa.
2. Pilih makanan dengan indeks glikemik (GI) rendah
Ini dilakukan untuk mencegah gula darah Anda berfluktuasi terlalu banyak. Misalnya, nasi basmati memiliki GI lebih rendah daripada nasi putih biasa.
Advertisement
3. Minum 8 gelas cairan bebas gula
Usahakan untuk minum cukup cairan (pilih cairan bebas gula) saat sahur dan buka puasa untuk mengisi kembali cairan yang hilang di siang hari. Targetkan 8 gelas sehari.
4. Pantau kadar glukosa darah Anda saat Anda berpuasa
Pemantauan glukosa darah sendiri selama puasa diperbolehkan selama Ramadhan. Faktanya, ini diperlukan agar puasa Anda sukses.
5. Periksa glukosa darah tinggi, kadar glukosa darah rendah atau dehidrasi parah
Anda harus bisa mengenali kapan Anda memiliki kadar glukosa darah tinggi, kadar glukosa darah rendah atau dehidrasi parah.
6. Tanda-tanda Anda Harus Berhenti Puasa
Anda HARUS segera mengakhiri puasa jika mengalami masalah ini. Hari-hari puasa yang dilewati bisa diganti di kemudian hari.
kadar glukosa darah:
Glukosa darah < 4,0 mmol/L selama puasa
Glukosa darah > 16 mmol/lL
Tanda-tanda hipoglikemia (glukosa darah rendah)
Perasaan gemetar
berkeringat
palpitasi
Kelaparan
Pusing
Kebingungan
Gejala dehidrasi berat
Pusing (merasa pingsan)
Kebingungan
7. Segera berbuka puasa dan makan secukupnya
Berbuka puasa tidak boleh ditunda. Saat berbuka puasa, perbanyak minum air putih dan makan makanan yang sehat. Usahakan jangan berlebihan saat buka puasa.
Buka Puasa dengan Teh Ternyata Tak Baik untuk Tubuh, Ini Alasannya
Mengonsumsi teh saat berbuka puasa seperti sudah menjadi tradisi bagi umat Muslim di Indonesia. Apalagi jika dicampur dengan gula dan es batu. Minuman itu dianggap menyegarkan untuk melepas rasa haus setelah berpuasa.
Tetapi, kebiasaan minum teh setelah makan ternyata tidak baik untuk tubuh. Minuman itu disebut bisa menghambat proses pencernaan makanan. Minum teh dapat dilakukan jika tidak dibarengi dengan makanan.
Berbagai laporan mengatakan bahwa kebiasaan minum teh setelah makan sangat tidak disarankan oleh ahli kesehatan. Sebab terdapat beberapa kandungan yang dapat memicu efek samping. Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.
1. Memperlambat penyerapan nutrisi
Di dalam teh terdapat kandungan bernama tanin. Dikutip dari Lybrate, Rabu (6/4/2022), tanin dapat memperlambat penyerapan berbagai mineral dari makanan seperti zat besi, kalsium, dan seng.
Hal itu dapat menyebabkan tubuh menjadi kekurangan mineral hingga memicu masalah kesehatan. Bagi beberapa orang, kandungan tersebut dapat menyebabkan sembelit.
Advertisement
2. Bahaya bagi pengidap maag
Teh mengandung kafein yang menyebabkan seseorang mengalami susah tidur. Bagi pengidap maag, asam lambung, maupun GERD, kandungan kafein dapat memperburuk penyakit tersebut.
Selain itu, kafein juga mengakibatkan tekanan darah serta detak jantung meningkat. Maka, sangat disarankan untuk tidak mengonsumsi teh pada waktu makan.
3. Menghambat Pencernaan
Minuman teh juga bersifat asam yang dapat mempengaruhi proses pencernaan. Ketika seseorang mengonsumsi makanan berprotein, sifat asam dari teh dapat membuat kandungan protein mengeras. Akibatnya, protein akan sulit dicerna.
Tips minum teh
Ada beberapa tips yang dapat Anda ikuti jika ingin minum teh. Yaitu, hindari minum teh satu jam setelah makan dan sebelum makan. Anda dapat memilih teh herbal seperti teh hijau atau teh jahe yang dapat melancarkan pencernaan.
Bagi yang sedang kekurangan zat besi, konsumsi teh harus dibatasi pada waktu makan. Anda dapat berkonsultasi dengan ahli kesehatan untuk menghindari masalah kesehatan.