Sukses

3 Fase Utama Ramadhan: Rahmat, Ampunan, dan Dibebaskan dari Api Neraka

Berikut ini tiga fase utama Ramadhan, yakni fase rahmat, ampunan, dan dibebaskan dari api neraka

Liputan6.com, Jakarta - Memasuki bulan suci Ramadhan, umat Islam hendaknya memperbanyak bersyukur atas karunia yang diberikan Allah SWT. Apabila kita mencoba menghitung seberapa banyak nikmat yang telah diberikan-Nya, niscaya kita tidak akan mampu menghitungnya.

Kewajiban kita sebagai umat Islam yaitu melaksanakan sholat lima waktu, juga berpuasa pada bulan Ramadhan. Terkait bulan Ramadhan, selama 30 hari puasa di bulan Ramadhan ada tiga fase yang dilalui dan dibagi dalam 10 hari pertama, 10 hari kedua, dan 10 hari ketiga. Setiap fase tersebut mempunyai banyak keutamaan.

Pada 10 hari pertama puasa di bulan Ramadhan, ini adalah fase Rahmat. Fase ini akan menjadi yang paling sulit dengan banyak keutamaan dikarenakan butuh adaptasi dan penyesuaian diri untuk berpuasa.

Fase ini juga menjadi fase tersulit dan terberat karena merupakan fase peralihan dari kebiasaan pola makan normal menjadi harus menahan lapar dan haus mulai dari subuh hingga magrib. Di sisi lain, 10 hari pertama merupakan fase yang paling banyak disediakan pahala.

Pada fase ini dibukakan pintu rahmat yang seluas-luasnya. Sebagaimana dalam QS. Al-zalzalah ayat 7 dan 8 disebutkan "fa may ya'mal miṡqāla żarratin khairay yarah. wa may ya'mal miṡqāla żarratin syarray yarah". Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

 

2 dari 4 halaman

Keutamaan 10 hari kedua

Ada keutamaan yang berlimpah diberikan oleh Allah SWT pada 10 hari pertama bulan Ramadhan. "Seperti diketahui, tidak hanya tubuh saja yang melakukan adaptasi, pada fase 10 hari pertama Ramadhan 1440 H ini, banyak persoalan yang harus dihadapi dengan proses beradaptasi atau penyesuaian. Siapa yang mampu melewati ini? hanya orang yang benar-benar sabar dan niat beribadahlah yang mampu melewatinya," ungkap Ustaz Sudirman dari Kemenkumham Sumsel.

Kemudian, 10 hari kedua adalah fase maghfiroh (ampunan). Nabi Muhammad SAW menyampaikan, di 10 hari kedua Ramadhan supaya kita mengejar ampunan dari Allah SWT. Maghfiroh itu diberikan khusus di waktu tersebut demi keselamatan orang yang berpuasa dari dosa-dosa yang telah dilakukannya sebagai bentuk kasih sayang Allah.

Maka, sungguh merugi kepada mereka yang hingga memasuki sisa waktu terakhir di 10 hari kedua Ramadhan tidak memiliki keinginan kuat menyambut tawaran ampunan Allah. Di dalam Surah Ali `Imran: 133 dijelaskan, "dan bersegeralah kamu menuju ampunan (maghfiroh) Tuhanmu."

 

3 dari 4 halaman

10 hari terakhir

Terakhir, 10 (sepuluh) hari akhir Ramadhan sebagai fase pembebasan dari api neraka. Sebagaimana diriwayatkan oleh sahabat Salman Al Farisi: “Adalah bulan Ramadhan, awalnya rahmat, pertengahannya maghfiroh dan akhirnya pembebasan dari api neraka.”

Sepuluh terakhir ini merupakan penutupan bulan Ramadhan, sedangkan amal perbuatan itu tergantung pada penutupannya atau akhirnya. Sepuluh akhir Ramadhan merupakan pamungkas bulan ini, sehingga hendaknya setiap manusia mengakhiri Ramadhan dengan kebaikan, yaitu dengan mencurahkan daya dan upaya untuk meningkatkan amaliyah ibadah di sepanjang sepuluh hari akhir Ramadhan ini.

Dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan di duga turunnya lailatul qadar, karena lailatul qadar bisa juga turun pada bulan Ramadhan secara keseluruhan. Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkan di dalamnya Al Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan dari petunjuk dan pembeda antara yang hak dan yang batil.

 

4 dari 4 halaman

Bulan puasa ladang beramal

Al-Qur’an dan hadits sahih menunjukkan bahwa lailatul qadar itu turun di bulan Ramadhan. Dan boleh jadi di sepanjang bulan Ramadhan semua, lebih lagi di sepuluh terakhir Ramadhan.

“Puasa tidak hanya menahan diri dari hawa nafsu. Namun juga menahan pikiran, hati dan panca indra dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa. mendengar, membaca, dan mengamalkan Al-Quran tentu akan menjadi syafaat. Bulan puasa adalah ladang untuk menanam dan memanen kebaikan,” tutup Sudirman.