Sukses

Apa Itu Puasa Daud, Tata Cara, Niat, dan Keutamaannya

berikut ini pengertian puasa daud, tata cara, niat, dan keutamaan mengerjakannya

Liputan6.com, Jakarta Ada banyak jenis puasa sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan oleh Umat Islam. Puasa sunnah yang umumnya dilakukan antara lain puasa Syawal, puasa Senin-Kamis, dan puasa Arafah yang dilakukan menjelang Hari Raya Idul Adha. Puasa sunnah lainnya yang juga dianjurkan adalah Puasa Nabi Daud atau sering disebut puasa Daud.

Dilansir dari NU Online (2/6/2022), puasa Daud merupakan puasa yang dilakukan dengan waktu selang-seling, yaitu satu hari puasa dan satu hari tidak. Sama seperti puasa Syawal dan Senin Kamis, puasa Daud dihukumi sebagai sunnah. Artinya, jika dilakukan mendapat pahala, dan jika meninggalkannya tidak mendapat dosa.

Adapun durasi puasa Daud sama seperti puasa pada umumnya, yaitu mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Selama waktu tersebut, orang yang berpuasa harus menghindari hal-hal yang membatalkannya.

Waktu pelaksanaan puasa Daud ini bisa kapan saja, kecuali pada hari-hari diharamkan puasa. Beberapa hari yang diharamkan untuk berpuasa, yaitu pada hari raya Idul Fitri (1 Syawwal), hari raya Idul Adha (10 Dzulhijjah), hari Tasyriq (11, 12, dan 13 Dzulhijjah), separuh terakhir dari bulan Sya’ban, dan hari yang diragukan (30 Sya’ban, saat orang telah membicarakan ru’yatul hilal atau ada kesaksian orang melihat hilal yang tidak bisa diterima, seperti kesaksian seorang anak kecil).

Dalam sebuah hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, puasa Daud adalah sebaik-baiknya puasa dan derajat puasa yang paling tinggi. Puasa Daud adalah puasa yang paling disukai oleh Allah.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan padanya,

أَحَبُّ الصَّلاَةِ إِلَى اللَّهِ صَلاَةُ دَاوُدَ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – وَأَحَبُّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ ، وَكَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ ، وَيَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا

Sebaik-baik shalat di sisi Allah adalah shalatnya Nabi Daud ‘alaihis salam. Dan sebaik-baik puasa di sisi Allah adalah puasa Daud. Nabi Daud dahulu tidur di pertengahan malam dan beliau shalat di sepertiga malamnya dan tidur lagi di seperenamnya. Adapun puasa Daud yaitu puasa sehari dan tidak berpuasa di hari berikutnya.” (HR. Bukhari no. 1131).

Berikut ini ulasan mengenai puasa Daud, niat, dan keutamaannya yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber:

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Niat Puasa Daud dan Artinya

Sama dengan puasa pada umumnya, waktu niat puasa Daud adalah pada malam hari, yakni sejak terbenamnya matahari sampai terbit fajar. Berikut adalah lafal niatnya,

نَوَيْتُ صَوْمَ دَاوُدَ سَنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma daawuda lillahi ta’alaa

Artinya: “Saya berniat puasa Daud, sunnah karena Allah Ta’ala.”

Namun, karena puasa Daud merupakan puasa sunnah, maka bagi orang yang lupa niat pada malam hari, boleh niat siang harinya, yakni dari pagi hari sampai sebelum tergelincinya matahari (waktu zuhur), selagi ia belum melakukan hal-hal yang dapat membatalkan puasa.

Berikut adalah lafal niat ketika siang hari,

نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ دَاوُدَ لِلّٰهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma haadzal yaumi ‘an adaa’i sunnati daawuda lillaahi ta‘alaa.

Artinya: “Aku berniat puasa sunnah Daud hari ini karena Allah Ta’ala.”

3 dari 4 halaman

Keutamaan Puasa Daud

1. Puasa Sunnah Paling Disukai Allah

Puasa Daud adalah sebaik-baiknya puasa dan derajat puasa yang paling tinggi. Puasa Daud adalah puasa yang paling disukai oleh Allah. Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ أَحَبَّ الصِّيَامِ إِلَى اللهِ صِيَامُ دَاوُدَ وَأَحَبَّ الصَّلاَةِ إِلَى اللهِ صَلاَةُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ كَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ وَكَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا

Artinya: “Puasa yang paling disukai di sisi Allah adalah puasa Daud, dan shalat yang paling disukai Allah adalah shalat Nabi Daud. Beliau biasa tidur di pertengahan malam dan bangun pada sepertiga malam terakhir dan beliau tidur lagi pada seperenam malam terakhir. Sedangkan beliau biasa berpuasa sehari dan berbuka sehari berikutnya” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

2. Puasa Sunnah yang Paling Utama

Jika dibandingkan dengan puasa sunnah lainnya, puasa Daud lebiih utama dibanding puasa-puasa sunnah lainnya. Rasulullah bersabda,

أَفْضَلُ الصِّيَامِ صِيَامُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام كَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا

Artinya: “Puasa yang paling utama adalah puasanya Nabi Daud ‘alaihissalam, ia berpuasa sehari dan berbuka (tidak berpuasa) sehari” (HR an-Nasa`i).

Seorang yang melakukan puasa Daud akan melakukan apa yang disenanginya satu hari dan berpisah pada satu hari berikutnya. Syekh ‘Abdurra’uf al-Munawi dalam kitab Faidhul Qadir menjelaskan,

لِكَوْنِهِ أَشَقَّ عَلَى النَّفْسِ بِمُصَادَفَةِ مَأْلُوفِهَا يَوْمًا وَمُفَارَقَتِهِ يَوْمًا

Artinya: “Karena puasa Daud itu memberatkan jiwa dengan mendapati apa yang disenangi jiwa sehari, lalu sehari kemudian meninggalkannya” (lihat Al-Munawi, Faidhul Qadir Syarah Jami’ ash-Shaghir, juz 1, hal. 171).

Dengan kata lain, saat orang melakukan puasa Daud, satu hari ia akan melakukan hal-hal yang disenanginya seperti makan-minum dan menggauli istri. Tetapi di hari berikutnya ia akan berpuasa yang artinya tidak diperbolehkan makan-minum dan menggauli istri sebagaimana ketika keadaan tidak berpuasa.

Bahkan, jika seandainya puasa Daud dibandingkan dengan puasa setiap hari, maka puasa Daud lebih utama. Alasannya, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Al-Ghazali, orang yang berpuasa setiap hari tidak akan merasakan begitu berat karena sudah terbiasa di tiap harinya. Sementara puasa Daud yang dilakukan selang-seling, akan mengalami naik turun syahwat dan kondisi tubuh yang tidak stabil karena satu hari puasa dan satu hari tidak (Al-Munawi, Faidhul Qadir Syarah Jami’ ash-Shaghir, juz 1, hal. 171).

 

 

4 dari 4 halaman

3. Wujud Kasih Sayang Islam pada Umatnya

Para sahabat Nabi terkenal sebagai orang yang memiliki semangat ibadah sangat tinggi. Namun, terkadang semangat tersebut kebablasan dan mengabaikan hak-hak manusiawi pada umumnya, sehingga ibadah terkesan membebani. Islam sebagai agama rahmah (kasih sayang), tidak ingin pemeluknya terbebani dengan ibadah-ibadah yang dilakukan umatnya.

Suatu ketika seorang seorang sahabat bernama ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu dipergoki oleh Nabi berpuasa setiap hari, dan malam-malamnya ia gunakan hanya untuk shalat. Nabi pun menginterogasinya,

“Wahai 'Abdullah, apakah benar berita bahwa kamu puasa seharian penuh lalu kamu shalat malam sepanjang malam?"

“Benar wahai Rasulullah,” aku ‘Abdullah.

“Janganlah kamu lakukan itu, tetapi berpuasalah dan berbukalah, shalat malamlah dan tidurlah, karena untuk jasadmu ada hak atasmu, matamu punya hak atasmu, istrimu punya hak atasmu, dan tamumu punya hak atasmu. Dan cukuplah bagimu bila kamu berpuasa selama tiga hari dalam setiap bulan karena bagimu setiap kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang serupa dan itu berarti kamu sudah melaksanakan puasa sepanjang tahun seluruhnya,” tegur Nabi.

‘Abdullah meminta tambahan, ia merasa lebih kuat dari sekadar berpuasa tiga hari dalam setiap satu bulan. Lantas, Nabi menyuruhnya melakukan puasa Daud, dengan satu hari berpuasa dan satu hari tidak.