Liputan6.com, Jakarta Preeklampsia merupakan salah satu komplikasi yang terjadi pada ibu hamil. Preeklampsia menjadi suatu kondisi yang membahayakan dan dapat berkembang dengan sendirinya pada wanita hamil.
Dilansir dari Mayo Clinic, Selasa (23/8/2022), preeklampsia adalah peningkatan tekanan darah dan kelebihan protein dalam urine yang terjadi setelah usia kehamilan lebih dari 20 minggu. Bila tidak segera ditangani, preeklampsia bisa menyebabkan komplikasi yang berbahaya bagi ibu dan janin.
Preeklampsia pada ibu hamil terdiri dari tiga tanda, yaitu tekanan darah tinggi atau hipertensi, protein urine (proteinuria), serta pembengkakan cairan di dalam tubuh atau edema.
Advertisement
Salah satu faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia adalah usia ibu hamil yang di bawah 20 tahun atau lebih dari 40 tahun. Kondisi ini perlu segera ditangani untuk mencegah komplikasi atau berkembang menjadi eklamsia yang dapat mengancam nyawa ibu hamil dan janin.
Penyebab preeklampsia masih belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini diduga terjadi akibat kelainan perkembangan dan fungsi plasenta, yaitu organ yang berfungsi menyalurkan darah dan nutrisi untuk janin.
Karena kondisi yang membahayakan tersebut, ada baiknya Anda untuk melakukan langkah-langkah pencegahan preeklampsia sedini mungkin. Berikut ini penjelasan mengenai preeklampsia, mulai dari penyebab, gejala, hingga cara mencegah preeklampsia, yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber:
Baca Juga
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penyebab Preeklampsia
Penyebab dari preeklampsia masih belum diketahui secara pasti. Namun, para ahli memercayai bahwa preeklampsia disebabkan oleh adanya masalah dengan perkembangan plasenta. Diketahui plasenta merupakan organ yang berfungsi menyalurkan darah dan nutrsi untuk janin.
Kelainan tersebut menyebabkan pembuluh darah menyempit dan muncul reaksi yang berbeda dari tubuh ibu hamil terhadap perubahan hormon. Akibatnya, terjadi gangguan pada ibu hamil dan janin.
Terdapat beberapa penyebab dari pembuluh darah yang abnormal ini, antara lain:
- Tidak cukupnya aliran darah menuju rahim.
- Kerusakan pada pembuluh darah.
- Masalah pada sistem imunitas.
- Beberapa gen.
Meski penyebab preeklampsia belum diketahui secara pasti, namun terdapat beberapa faktor yang diduga sebagai pemicu preeklampsia antara lain:
- Riwayat penyakit ginjal, diabetes, hipertensi, penyakit autoimun, dan gangguan darah
- Riwayat preeklampsia sebelumnya
- Riwayat preeklampsia dalam keluarga
- Kehamilan pertama
- Kehamilan selanjutnya setelah jeda kurang dari 2 tahun atau lebih dari 10 tahun
- Hamil di usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 40 tahun
- Mengandung bayi kembar
- Obesitas saat hamil
- Kehamilan yang sedang dijalani merupakan hasil metode bayi tabung (in vitro fertilization)
Advertisement
Gejala Preeklampsia
Preeklampsia bisa terjadi dengan gejala maupun tanpa gejala. Tekanan darah tinggi biasanya berkembang secara perlahan. Ibu hamil biasanya tidak sadar dan tidak mengetahuinya hingga ia memeriksakan dirinya dalam kontrol rutin antenatal care, baik ke bidan maupun ke dokter.
Beberapa gejala dan tanda yang dapat muncul pada ibu hamil dengan preeklampsia, antara lain:
- Nyeri kepala.
- Gangguan penglihatan (menjadi buram).
- Nyeri perut kanan atas.
- Mual dan muntah.
- Produksi urine menurun.
- Penurunan jumlah trombosit pada pemeriksaan darah.
- Gangguan fungsi hati.
- Sesak napas.
- Bengkak pada kaki, tangan, dan wajah.
Â
Pencegahan Preeklampsia
Tidak ada cara khusus untuk mencegah preeklampsia. Namun, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh calon ibu dan ibu hamil untuk menurunkan risiko terjadinya preeklampsia, yaitu:
- Melakukan kontrol rutin selama kehamilan
- Mengontrol tekanan darah dan gula darah jika menderita hipertensi dan diabetes
- Menjaga berat badan ideal sebelum dan selama kehamilan
- Mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang
- Membatasi konsumsi makanan tinggi garam
- Berolahraga rutin, baik sebelum maupun selama hamil
- Tidak merokok dan tidak mengonsumsi minuman beralkohol
- Mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral sesuai saran dokter
Advertisement