Sukses

Studi: Melewatkan Sarapan Bisa Perburuk Kesehatan Fisik dan Mental Anak

Penelitian terbaru menerbitkan tentang resiko meninggalkan sarapan bagi kesehatan fisik dan mental anak.

Liputan6.com, Jakarta - Seperti kata pepatah, sarapan adalah waktu makan terpenting bagi manusia. Ya, memang benar. Sarapan mampu menjaga kestabilan fisik, konsentrasi dan respons nalar yang lebih tinggi, daripada orang yang melewatkan sarapan.

Lalu, apakah meninggalkan sarapan dapat berisiko bagi kesehatan anak dan remaja? Mari kita ulas seperti apa fakta sebenarnya.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), hampir 20% anak di Amerika Serikat tidak sarapan. Terlebih lagi, anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah dan remaja dari status sosial ekonomi apa pun lebih cenderung melewatkan sarapan.

Sementara itu, American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan agara anak-anak dan remaja penuhi sarapan setiap hari untuk bobot tubuh yang sehat, nutrisi, memori, nilai tes hingga perhatian yang lebih baik. menurut AAP, sarapan membantu memberikan keseimbangan nutrisi di siang hari.

Melansir dari Medicalnewstoday, Kamis (25/8/2022), bagi anak dan remaja, sarapan secara teratur terbukti berhubungan positif dengan kinerja sekolah dan prestasi akademik. Bahkan studi yang diterbitkan oleh Frontiers in Nutrition menunjukkan bahwa, sarapan berkaitan dengan kesehatan psikososial yang lebih baik.

Dapat disimpulkan bahwa, sarapan mungkin secara tidak langsung bertanggung jawab atas pertumbuhan kesehatan dan mental anak sedari dini. Bila Anda perhatikan, anak-anak yang melewatkan sarapan cenderung kehilangan tenaga, sulit berkonsentrasi, lemas, malas, dan mudah marah.

2 dari 6 halaman

Melewatkan sarapan mempengaruhi kesehatan psikososial

Kesehatan psikososial adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kesejahteraan emosioanal, sosial dan fisik. Ini mencakup kesejahteraan psikologis serta kesejahteraan sosial dan kolektif.

Sebuah studi mengukur kesehatan psikososial anak dan remaja di Spanyol menggunakan Kuesioner Kekuatan dan Kesulitan (SDQ). Penelitian ini melibatkan sebanyak 3.772 anak dan remaja, dengan lima hal yang menjadi pusat perhatian:

- Masalah emosional

- Melakukan masalah

- Hiperaktif

- Masalah teman sebaya

- Perilaku prososial

Peserta diberi skor di setiap area, dan skor keseluruhan lebih tinggi menunjukkan masalah psikososial. Kebiasaan makan sarapan, seperti lokasi dan pilihan makanan juga dinilai.

Jose Francisco Lopez-Gil PhD, selaku peneliti postdoctorial di University of Castilla-La Mancha, sekaligus penulis penelitian tersebut menemukan fakta bahwa sarapan di rumah sangat memengaruhi kesehatan psikososial bagi anak atau remaja.

“Hubungan antara melewatkan sarapan dengan masalah kesehatan psikososial telah dijelaskan sebelumnya dalam literatur di beberapa artikel ilmiah. Namun, fakta bahwa sarapan jauh dari rumah dikaitkan dengan masalah kesehatan psikososial yang lebih besar adalah aspek baru di penelitian kami."

3 dari 6 halaman

Dukung kesehatan fisik dan mental anak dengan sarapan di rumah

Dukung kesehatan fisik dan mental anak dengan teratur menyiapkan sarapan di rumah. Sarapan tentu bisa dilakukan di mana saja. Tetapi khusus anak dan remaja di mana tempat mereka makan adalah kunci utama untuk menjaga kestabilan fisik atau mental. 

Para peneliti membagi peserta menjadi tiga kategori, yaitu:

- Sarapan di rumah

- Sarapan di luar rumah

- Dan tidak sarapan

Semua hasil dikumpulkan dengan kuesioner SDQ yang dipimpin orang tua. Hasilnya, anak-anak yang melewatkan sarapan atau sarapan di luar rumah memiliki skor SDQ yang lebih tinggi. Dengan kata lain, mereka mungkin lebih berisiko mendapatkan masalah psikososial.

“Kemungkinan mengalami masalah kesehatan psikososial lebih tinggi untuk status melewatkan sarapan, kemudian diikuti dengan sarapan di luar rumah,” kata Dr. Lopez-Gil, peneliti postdoctorialdi University of Castilla-La Mancha dan penulis utama studi ini.

4 dari 6 halaman

Faktor lain yang berperan pada kesehatan mental dan fisik anak

Lopez-Gil menunjukkan faktor-faktor lain yang mungkin terlibat dalam menentukan kesehatan psikososial pada anak dan remaja, seperti bercengkrama atau ditemani oleh anggota keluarga saat sarapan.

“Salah satu alasan yang mungkin membenarkan hasil ini adalah bahwa makan di rumah biasanya ditemani oleh anggota keluarga. Di waktu ini anak akan terhubung dengan kesejahteraan yang mereka butuhkan. Dalam hal ini adalah keluarga yang mendukungnya dari segala sisi,” kata Dr. Lopez.

Tips sarapan sehat dan seimbang

Jika sarapan seimbang yang dimakan di rumah adalah cara terbaik untuk mendukung kesehatan psikososial, lalu apa yang harus mereka makan sebelum berangkat ke sekolah?

Dina Posner, seorang dokter anak bersertifikat di Memorial Care Orange Coast Medical Center di Fountain Valley, CA mengatakan bahwa sarapan telur adalah hal yang baik.

“Penelitian menunjukkan bahwa hal-hal seperti telur tidak baik. Saya biasanya menyarankan makanan yang lebih tinggi protein dan lebih rendah gula untuk sarapan anak. Ini akan memberi energi pada anak dan membuat anak merasakan kenyang yang lebih lama. Saya tidak suka makanan berlemak tinggi untuk sarapan, seperti donat, muffin atau sereal manis. Saya lebih suka yogurt, telur dan sereal rendah gula,” paparnya. 

Makanan berserat sangat penting bagi kesehatan usus. Ini akan membantu anak terhindar dari kemungkinan depresi yang lebih rendah, jadi sarapan dengan makanan berserat tinggi, seperti sereal gandum, roti, buah, kacang-kacangan dan biji-bijian sangat bermanfaat.

Untuk sarapan hemat biaya dan untuk membantu meningkatkan kesehatan mental anak, cobalah oatmeal, yogurt, dan roti gandum dengan selai kacang. Jika anggaran memungkinkan, tambahkan beberapa buat atau jus tanpa pemanis untuk meningkatkan kandungan vitamin yang akan anak terima.

5 dari 6 halaman

5 Manfaat Makan Bersama Keluarga untuk Tumbuh Kembang Anak

Dilansir dari Parents, banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa makan malam bersama keluarga bisa meningkatkan kesehatan fisik dan mental anak dan orang tua. Berikut daftar manfaat yang dirasakan dari kegiatan tersebut.

1. Ajarkan Kebiasaan Makan

Sebuah studi yang terbit di JAMA Network Open pada November 2018, mengungkapkan bahwa makan bersama keluarga berpengaruh terhadap pola makan yang lebih baik, khususnya di kalangan remaja.

Studi tersebut berjudul Exploring the Role of Family Functioning in the Association Between Frequency of Family Dinners and Dietary Intake Among Adolescents and Young Adults.

Dalam studi itu, dikatakan bahwa remaja yang sering makan bersama keluarga cenderung lebih banyak makan buah dan sayuran. Serta lebih sedikit makan makanan cepat saji dan minuman manis.

2. Mencegah Masalah Psikososial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan sejumlah peneliti asal Kanada pada 2015, sering makan malam bersama keluarga bisa mencegah masalah psikososial pada remaja.

Hal ini bisa mencegah masalah seperti gangguan makan, perilaku kekerasan, Depresi, penyalahgunaan obat terlarang dan alkohol, hingga pikiran bunuh diri. 

6 dari 6 halaman

Manfaat makan bersama bagi anak

3. Meningkatkan Harga Diri Anak

Kegiatan makan bersama keluarga akan mendorong anak untuk menceritakan tentang kesehariannya. Ketika itu terjadi, orang tua harus mendengarkannya dengan tulus tanpa menghakimi.

Orang tua juga harus melibatkan anak untuk membantu menyiapkan makan malam. Hal itu bisa membuat anak menjadi lebih percaya diri dan harga dirinya meningkat.

4. Mengurangi Risiko Obesitas

Makan malam bersama keluarga ternyata juga bisa mengurangi risiko obesitas pada anak di masa dewasa. Menurut studi dalam Journal of Pediatrics tahun 2015, dijelaskan bahwa anak-anak yang sering makan malam bersama keluarga akan mengurangi risiko mengalami obesitas pada 10 tahun kemudian, terutama bagi remaja kulit hitam.

Dalam studi itu, peneliti mengatakan bahwa orang tua setidaknya harus mengadakan makan malam sebanyak satu atau dua kali setiap minggu.

5. Meningkatkan Keahlian Komunikasi

Saat makan bersama keluarga secara umum anak dan orang tua akan saling berinteraksi tentang berbagai topik. Dilansir dari Science Daily, interaksi yang terjadi di meja makan itu bisa meningkatkan keahlian anak dalam berkomunikasi.