Sukses

Asal-Usul Serta Filosofi Mangkuk Ayam Jago yang Melegenda

Berikut ini adalah asal usul serta filosofi mangkuk ayam jago yang tak banyak orang tahu.

Liputan6.com, Jakarta - Sebagian besar masyarakat Indonesia tentu sudah tak asing dengan mangkuk ayam jago, terlebih lagi bagi pencinta kuliner Indonesia. Mangkuk porselen berwarna putih dengan gambar ayam jago berjengger merah serta bunga di sampingnya ini memang telah melegenda.

Mangkuk ini terkenal sering digunakan untuk menyajikan hidangan nasi dan mi. Tak hanya di Indonesia, mangkuk ini bahkan dikenal luas di Hong Kong dan digunakan untuk menyajikan makanan khas lokal yang lezat. Meskipun kurang umum dari sebelumnya, mangkuk ayam masih digunakan hari ini di food court dan restoran-restoran China.

Dilansir dari laman Nyonya Cooking, Senin (12/9/2022), mangkuk ayam jago pertama berasal dari China. Mereka dibuat oleh komunitas Hakka di sekitar Provinsi Guangdong lebih dari seratus tahun yang lalu. Desain digambar ke mangkuk putih. 

Setiap mangkuk menggambarkan ayam jantan berekor hitam dengan leher merah dan belalai berjalan di atas rumput hijau. Bunga peony merah atau ungu dan daun pisang hijau digambar di sisi lain mangkuk.

Peony melambangkan kekayaan dan status sosial yang tinggi. Daun pisang melambangkan keberuntungan. Sama seperti kebanyakan dekorasi China, gambar di mangkuk mewakili kebaikan dalam hidup. Pilihan menggambar ayam jantan daripada ayam betina berbicara tentang favoritisme laki-laki di masyarakat saat itu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pertama kali diperkenalkan di Thailand

Meskipun komunitas Hakka dari Guangdong mungkin yang pertama datang dengan konsep mangkuk ayam jago, komunitas Hakka dari Thailand yang pertama kali membuatnya. 

Sebelum Perang Dunia II, pedagang China di Bangkok akan memesan mangkuk ayam untuk dijual karena harganya sangat murah saat itu. Namun, persediaan menipis dan harga melonjak selama perang.

Setelah perang berakhir, produsen di Bangkok memproduksi lebih banyak mangkuk yang segera menjadi peralatan terkenal berkat daya tahannya. Tahun 1957 menandai dimulainya pabrik mangkuk ayam baru di Provinsi Lampang, Thailand. Makanan jalanan Hong Kong secara khusus memanfaatkan mangkuk ayam jago ini secara ekstensif yang kemudian menjadi kenangan indah bagi banyak orang.

Ada beberapa variasi desain mangkuk ayam jago. Mangkuk ayam jantan pertama dilukis dengan tangan, sehingga membuatnya unik. Saat mulai diproduksi, desainnya dibuat standar yang terdiri dari ayam jago, bunga peony, dan pohon pisang.

Sementara ayam jantan asli berwarna merah dan hitam, warnanya kemudian diubah pada tahun 1962 menjadi hijau dengan ekor biru. Beberapa mangkuk dari provinsi China, Hunan, sedikit berbeda karena dicat dengan warna biru dengan goresan yang lebih halus.

3 dari 3 halaman

Umum Digunakan Masyarakat di China

Mangkuk ayam jago pun dikenal dengan kualitas di atas rata-rata pada masa itu. Mangkuk tersebut adalah alternatif yang terjangkau bagi masyarakat yang tidak mampu membeli mangkuk kelas atas. Alasan desain ayam jantan mungkin karena 'ayam jantan' terdengar seperti 'keluarga' atau 'rumah' dalam bahasa Hokkien, salah satu dialek China. 

Karena itu, banyak yang merasa bahwa ketika mereka makan dari mangkuk ayam jantan, mereka mengharapkan kemakmuran dalam rumah tangga mereka. Selain itu, bunga peony yang dilukis di mangkuk mewakili pepatah Cina umum yang secara harfiah berarti bunga yang mekar dengan kekayaan atau kemakmuran.

Pada 1960-an, mangkuk ayam jantan dijual seharga sepuluh sen per potong. Dengan demikian, mereka sangat umum di setiap rumah tangga. Makan bersama sebagai keluarga dan komunitas sangat berarti bagi orang Tionghoa. 

Mangkuk ayam jago digunakan untuk menyajikan nasi, sup, dan bahkan alkohol. Mereka juga akan menggunakan mangkuk ini untuk melayani tamu mereka sebagai sarana untuk mendoakan kemakmuran dan keberuntungan bagi mereka. 

Mungkin fitur yang paling khas dari mangkuk adalah ciri khas ayam jago di sisinya. Namun, mangkuk ini tidak seperti mangkuk nasi biasa karena cukup dangkal dengan mulut lebar dan alas kecil. Bagian dari popularitas mereka dikaitkan dengan kemudahan memakannya dengan sumpit.

Oleh karena itu, mereka banyak digunakan setelah Perang Dunia ke-II. Mangkuk asli sangat tahan lama yang merupakan fitur lain yang membuatnya diterima dengan baik. 

Seiring berkembangnya budaya dan komunitas Hakka bermigrasi ke seluruh Asia Tenggara, mereka membawa mangkuk ayam mereka. Secara alami, itu diambil oleh imigran China dari dialek lain. Mereka menjadi tersebar luas di seluruh wilayah Asia Tenggara. Saat ini, desain ayam jago tiruan masih bisa ditemukan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.