Sukses

Paradoks Gender Perilaku Bunuh Diri: Banyak Pria Memilih Cara yang Kejam Ketimbang Wanita

Pria dan Wanita memiliki banyak perbedaan ketika akan bunuh diri

Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini, yang bertepatan juga dengan Hari Kesehatan Mental Sedunia, banyak kabar bunuh diri beredar di sekitar kita. Sejalan dengan hal tersebut, bunuh diri disebut menjadi satu penyebab utama kematian di seluruh dunia.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahunnya, lebih banyak orang meninggal karena bunuh diri daripada HIV, malaria, kanker payudara, perang, hingga pembunuhan. 

Pada 2019, lebih dari 700.000 orang meninggal karena bunuh diri. Spesifik di generasi berumur 15 s.d 29 tahun, bunuh diri merupakan penyebab utama kematian keempat setelah TBC dan kekerasan interpersonal. 

Data lain dari WHO juga menunjukkan bahwa pria dua kali lebih banyak meninggal karena bunuh diri daripada perempuan, yaitu 12,6 per 100.000 pria dibandingkan dengan 5,4 per 100.000 perempuan.

Tingkat bunuh diri pria umumnya lebih tinggi di negara-negara berpenghasilan tinggi (16,5 per 100.000). Untuk perempuan, tingkat bunuh diri tertinggi ditemukan di negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah (7,1 per 100.000).

Tingkat bunuh diri di wilayah Afrika (11,2 per 100.000), Eropa (10,5 per 100.000) dan Asia Tenggara (10,2 per 100.000) lebih tinggi dari rata-rata global (9,0 per 100.000) pada 2019. 

Bunuh diri adalah masalah yang sangat sensitif dan kompleks dengan penyebab yang rumit dan kita tidak akan pernah sepenuhnya mengetahui alasan di baliknya.

Namun, seiring dengan tumbuhnya kesadaran kesehatan mental, pemahaman publik tentang faktor-faktor yang berpotensi menjadi lebih besar.

Namun, salah satu pertanyaan yang terus berlanjut adalah mengenai kesenjangan gender. Mengutip BBC pada Senin, 10 Oktober 2022, perempuan cenderung memiliki tingkat diagnosis depresi yang lebih tinggi. 

Perempuan juga lebih mungkin melakukan percobaan bunuh diri dibandingkan pria. Di Amerika Serikat, misalnya, perempuan dewasa dilaporkan melakukan percobaan bunuh diri 1,2 kali lebih sering daripada pria. Namun, metode bunuh diri pria seringkali lebih berbahaya.

Satu studi terhadap lebih dari 4.000 pasien rumah sakit yang melakukan tindakan melukai diri sendiri menemukan bahwa pria memiliki tingkat niat bunuh diri yang lebih tinggi daripada perempuan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Suicidology

Selama 50 tahun terakhir, mengutip CAMS-Care, penelitian di bidang suicidology (ilmu  tentang orang meninggal karena bunuh diri) menghasilkan banyak pengetahuan baru, termasuk tentang aspek terpenting yang hadir yaitu paradoks gender. 

Baru-baru ini, pertanyaan tentang gender dalam perilaku bunuh diri meluas hingga mencakup individu transgender dan gender-diverse (TGD).

Sebenarnya, paradoks gender tradisional tentang bunuh diri lumayan sederhana: Pria lebih sering meninggal karena bunuh diri daripada perempuan, tetapi Kaum Hawa lebih banyak memiliki pikiran untuk bunuh diri dan melakukan lebih banyak upaya bunuh diri non-fatal daripada pria. 

Fakta ini sejalan dengan penjelasan yang dikatakan Psikiatri dari Rumah Sakit EMC Tangerang Selatan, dr Andri SpKJ FAPM bahwa perempuan itu cenderung lebih banyak melakukan usaha atau upaya bunuh diri, tetapi untuk percobaan lebih banyak pada laki-laki.

"Sehingga, kasus meninggal lebih banyak pada laki laki," kata kepada Liputan6.com

Dokter Andri juga menambahkan bahwa kasus perempuan cenderung melakukan usaha atau upaya bunuh dirinya saja, tetapi kurang lethal (mematikan).

Maka dari itu, kasus kematian lebih banyak pada laki-laki dibandingkan perempuan, karena percobaan bunuh diri pada laki-laki lebih lethal. 

3 dari 4 halaman

Pria Lebih Tidak Takut Mati

Data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat (CDC) menunjukkan bahwa pria menyumbang lebih dari 76 persen kematian akibat bunuh diri setiap tahun. Ada 3,3 kematian bunuh diri pria untuk setiap satu kematian bunuh diri perempuan.

Sebaliknya, dalam studi penelitian, perempuan dua hingga tiga kali lebih mungkin untuk membicarakan keinginan bunuh diri daripada pria, dan ada sekitar tiga percobaan bunuh diri wanita untuk setiap satu percobaan bunuh diri pria.

Poin-poin data ini menunjukkan bahwa benar, jumlah pria meninggal karena bunuh diri jauh lebih banyak daripada perempuan. Tapi, perempuan lebih banyak memiliki ‘suicidal thoughts’ daripada pria.

Salah satu alasan potensial mengapa pria lebih banyak mati karena bunuh diri daripada perempuan adalah bahwa pria, dibandingkan dengan perempuan, tampaknya lebih tidak takut mati dan mampu mentolerir lebih banyak rasa sakit fisik.

Dengan demikian, mereka memiliki kemampuan yang lebih tinggi untuk melakukan percobaan bunuh diri yang mematikan saat timbul keinginan untuk bunuh diri.

Selain itu, munculnya stereotip pria sebagai makhluk yang tangguh dan kuat menyebabkan pria lebih memilih metode bunuh diri yang lebih kejam dan mematikan. 

Sedangkan wanita mungkin lebih enggan untuk terlibat dalam upaya bunuh diri yang serius karena tindakan tersebut dipandang sebagai kekerasan dan 'maskulin'

4 dari 4 halaman

Aktivitas Bunuh Diri Berbeda Pada Pria dan Wanita

"Biasanya yang membedakan pria dan wanita bunuh diri itu dari kondisi kecelakaan atau aktivitas bunuh dirinya. Laki-laki biasanya lebih menyeramkan, misalnya terjun dari gedung, menabrakan diri, atau di negara-negara Eropa atau US, laki-laki mencoba bunuh diri dengan cara yang lethal (mematikan) menggunakan senjata," kata Andri.

"Perempuan kebanyakan minum racun atau dengan obat. Laki-laki lebih agresif, seperti kita lihat bunuh diri karena gantung diri lebih banyak ditemukan pada laki-laki," Andri menambahkan.

Pria cenderung memilih metode bunuh diri dengan menggunakan senjata api, gantung diri, melompat dari ketinggian, menggunakan benda tajam, dan lain lain.

Sedangkan perempuan, lebih memilih metode bunuh diri dengan racun, menenggelamkan diri, atau ‘cutting’

Selain jenis kelamin, mengutip VeryWellMind, sebuah penelitian juga menemukan bahwa pria yang sudah menikah lebih mungkin bunuh diri menggunakan senjata api. Berbeda dengan pria yang lebih menikah yang lebih mungkin bunuh diri dengan cara gantung diri.

Lalu, pria yang memiliki riwayat mengonsumsi zat-zat adiktif lebih mungkin meracuni dirinya daripada pria yang tidak mengonsumsi zat adiktif. 

Pada perempuan, biasanya perempuan yang lebih menikah memiliki kemungkinan sangat kecil untuk gantung diri daripada perempuan yang sudah menikah. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.