Sukses

Pentingnya Polaritas Feminin dan Maskulin Energi dalam Hubungan Miliki Keterkaitan Biologis

Bukan hanya sekedar mitos dan filosofis, feminin dan maskulin energi juga memiliki keterkaitan biologis.

Liputan6.com, Jakarta- Baru-baru ini sosial media diramaikan dengan pembahasan terkait feminin energi dan maskulin energi manusia yang berdampak pada hubungan percintaan, karier, hingga kesehatan. 

Aspek maskulin dan feminin energi mengacu pada energi yang ada di dalam diri kita dan di alam. Simbol hitam dan putih yang dapat dikenali dari "Yin Yang" atau simbol Tai Chi berasal dari filosofi Tiongkok kuno yang menjelaskan dua jenis energi dalam tubuh: yin atau energi feminin dan yang atau energi maskulin.

Penting untuk diingat bahwa kedua jenis energi ini tidak ada hubungannya dengan gender, identitas, atau orientasi seksual meskipun kadang-kadang deskripsinya membingungkan dan cara kita, sebagai masyarakat, telah menyalahgunakan istilah-istilah tersebut untuk mengartikan sesuatu yang sebenarnya tidak demikian.

Dilansir Verie, Selasa (11/10/2022), energi yang kita miliki terkadang disebut sebagai 'potensi yang diwariskan' karena kita semua memiliki energi feminin dan maskulin yang penting untuk eksistensi kita sebagai makhluk hidup. 

Energi feminin dan maskulin ada sebagai polaritas, seperti 'siang dan malam', 'menghirup dan menghembuskan napas', atau 'hidup dan mati'.

Namun, setiap orang lebih condong ke salah satu energi, khususnya dalam momen-momen tertentu. Tapi, salah satu kunci kesejahteraan hidup adalah menyeimbangkan kedua energi tersebut. Keseimbangan tersebut juga khususnya berpedan penting pada kelangsungan hubungan dengan pasangan.

Mengutip Happy Partners, beberapa peneliti berpendapat bahwa otak pria dan wanita memiliki kabel yang berbeda. Otak pria terhubung dari depan ke belakang, dengan sedikit koneksi di kedua belahan otak.

Berbeda dengan otak wanita yang memiliki lebih banyak kabel dari kiri ke kanan, sehingga kedua belahan otak lebih saling terhubung. 

Pentingnya polaritas dan hubungan memiliki keterkaitan yang besar dengan dasar biologi. Simak penjelasannya di bawah dikutip Liputan6.com:

2 dari 4 halaman

Ketidakseimbangan Energi

Tubuh kita dan kebutuhan hormon serta ekspresinya bervariasi berdasarkan jenis kelamin kita.  

Energi maskulin, energi feminin, masing-masing sangat berbeda namun kita semua memancarkan kombinasi dari kedua polaritas tersebut.

Pasangan jatuh ke dalam perselisihan ketika seorang pria (atau pasangan yang lebih maskulin) telah terlalu jauh masuk ke dalam kecenderungan femininnya dengan seorang wanita (atau pasangan feminin) yang juga berada dalam kecenderungan femininnya, begitupun sebaliknya.

Ketidakseimbangan itu menghasilkan, kemarahan, frustasi, pertengkaran dari pihak pria dan wanita. Wanita juga kerap merasa seperti tidak mendapat dukungan dan kejelasan dari pasanganya. Selain itu, dapat terlihat juga kurangnya koneksi seksual dan fisik yang berakhir pada kurangnya kasih sayang dan perhatian di dalam sebuah hubungan. 

Ketidakseimbangan ini sering kali dimulai dengan cara yang berbeda antara pria dan wanita dalam mengelola konflik dan stres. Masing-masing memiliki gaya komunikasi yang berbeda dan setiap energi menangani masalah dengan sangat berbeda.

3 dari 4 halaman

Manajemen Konflik

Dalam menangani konflik dan stres, energi maskulin akan mengatasinya adalah dengan mundur - penulis John Gray menyebutnya sebagai "Cave Time".

Untuk mengelola konflik dan stres, orang dengan dominan energi maskulin akan menyelesaikannya dengan masuk ke dalam dirinya, mencari solusi di pikirannya untuk memecahkan masalah. 

Berbeda dengan energi feminin yang akan bergantung pada koneksi dan kolaborasi. Biasanya orang yang memiliki dominan energi feminin akan menjangkau komunitasnya untuk mendiskusikan masalah.

Berbeda dengan orang yang maskulin yang menjauh dari masalah hingga dia memiliki solusinya, energi feminin ingin terhubung dan mendapat empati dari lingkungan sekitarnya. 

Kedua hal tersebut berperan dalam strategi pemecahan masalah di suatu hubungan yang memiliki polaritas kedua energi tersebut. 

Ilmu pengetahuan juga memvalidasi bagaimana tubuh kita membutuhkan hormon yang berbeda untuk mengelola stress berdasarkan jenis kelamin.

Bagi laki-laki, testosteron adalah hormon stres mereka. Sedangkan perempuan, membutuhkan estrogen yang lebih bersar untuk berperan dalam pengelolaan stres mereka.

Kegiatan yang termasuk dalam kategori yang disebutkan sebelumnya (kompetisi vs kolaborasi misalnya) menghasilkan output hormon yang berbeda.

Contohnya, ketika berkompetisi kita akan menciptakan testosteron, kolaborasi menciptakan estrogen.

4 dari 4 halaman

Polaritas Energi

Hal-hal yang disebutkan di atas penting karena perbedaan tersebut menunjukkan susunan berbeda yang dimiliki maskulin dan feminin energi dalam motivasi mereka melakukan sesuatu.

Ketika ada orang berjalan dalam polaritasnya, hal tersebut sepenuhnya diekspresikan dalam energi alami dan keadaan alami mereka. 

Jika polaritasnya tidak seimbang, hubungan akan menjadi tidak harmonis, banyak kesalahpahaman, dan berakhir pada pemutusan hubungan. 

 Secara biologis, jenis kelamin hanya beroperasi secara berbeda ketika aksi sepenuhnya diekspresikan dalam energi inti asli mereka. 

Jika wanita memiliki energi feminin yang dominan, ia akan menemukan cara yang berbeda untuk mendekati pasangannya berorientasi pada tindakan dan solusinya untuk mengelola emosi dan masalahnya dengan pasangannya.

Begitu pun dengan lelaki yang memiliki dominan energi maskulin, mereka dapat memahami jika pasangannya di tengah konflik akan pergi ke lingkungan terdekatnya untuk berkonsultasi dan mencari empati. Keduanya akan saling memahami masing-masing energinya.

Hal tersebut adalah salah satu upaya dalam mempertahankan hubungan dalam pemecahan konflik dalam hubungan, dapat dikatakan selaras, dan begitu polaritas maskulin-feminin aktif, maka pasangan yang asalnya memiliki konflik akan benar-benar menyelesaikan masalah dalam hubungannya dengan baik dan kembali harmonis.