Liputan6.com, Jakarta - Kebanyakan orang menilai diam adalah perbuatan paling aman dalam sebuah hubungan, karena dapat menghindari pertikaian. Bahkan, sampai ada pepatah “diam adalah emas”. Namun, bagaimana jika sikap ini dikaitkan dengan hubungan pertemanan maupun percintaan?
Baca Juga
Advertisement
Hal ini tentu bisa memicu sebuah masalah kecil yang kelak membesar di kemudian hari. Sikap diam sebagai penolakan untuk terlibat dalam sebuah interaksi kerap kali digunakan sebagai pertahanan atau kontrol dalam sebuah hubungan asmara.
Maka dari itu, tak heran jika diam bisa menjadi racun yang menyebabkan "penyakit" dalam sebuah hubungan. Akan tetapi, untuk beberapa orang, sikap diam ini dilakukan guna meluangkan waktu dan menjernihkan pikiran, ketika menghadapi masalah.
Dirinya tak akan kabur dari masalah tersebut, hanya saja membutuhkan waktu untuk menenangkan hati dan pikiran barulah ia mengutarakan perasaannya.
Hal ini dapat dikatakan sebagai cara menyikapi masalah dengan kepala dingin, karena jika terpancing emosi, kemungkinan hubungan akan berakhir tidak baik. Sikap diam kerap kali dilakukan dalam hubungan asmara dan banyak orang yang memilih untuk diam dengan maksud menghindari pertakaian.
Namun akankah ini berjalan mulus atau malah semakin memperparah hubungan? Di sisi lain, mungkin kamu pernah mendengar istilah silent treatment baru-baru ini. Ternyata, sikap diam dengan “silent treatment” memiliki perbedaan loh.
Silent treatment kerap kali dijadikan opsi sebagai pertahanan diri demi menghindari keributan. Namun, ia tak akan membicarakan masalah tersebut. Ia berpikir lebih baik diam dan berlalu begitu saja, inilah yang dapat menyebabkan pasangannya bertanya-tanya. Jika dibiarkan, lama kelamaan pasanganmu akan menderita, bahkan bisa trauma.
Silent Treatment dalam Hubungan
Dilansir melalui verywellmind, silent treatment dapat diartikan sebagai taktik manipulasi yang membuat permasalahan penting dalam suatu hubungan tak kunjung terselesaikan.
Hal ini mampu membuat korban dari silent treatment merasa tidak dihargai, tidak dicintai, bingung, frustasi dan dianggap remeh. Bagaimana tidak, saat dihadapkan sebuah masalah bukannya diselesaikan malah dibiarkan begitu saja. Lalu, bagaimana seseorang bisa mengetahui letak kesalahannya?
Saat dihadapkan dengan sikap pasangan yang menjengkelkan dan menolak untuk berbicara, ini menjadi ciri dari silent treatment. Mereka menunjukan sikap ini sebagai kontrol dalam konteks kejam dalam sebuah hubungan, karena menutupi perasaan mereka.
Tak hanya itu, seseorang yang berperilaku silent treatment, tak akan berusaha mengkomunikasikan masalah, sehingga terkesan tidak peduli lagi dengan pasangannya.
Berbeda dengan sikap diam yang masih ingin membicarakan permasalahan tersebut di lain waktu, saat keadaan sedikit mereda. Silent treatment mengarah kepada sikap diam untuk selamanya sebagai penolakan untuk tidak akan membahas masalah guna menghindari perpecahan.
Advertisement
Bahaya Silent Treatment
Orang yang melakukan silent treatment, kerap kali menggunakan taktik ini untuk beberapa alasan, diantaranya sebagai penghindaran konflik, tak bisa mengungkapkan isi hati dan hukuman.
Meskipun, diam dikatakan emas, untuk kebanyakan kasus perlakuan ini bukanlah cara yang efektif untuk menangani perselisihan. Dilansir medicalnewstoday, silent treatment dapat dilakukan oleh laki-laki ataupun perempuan dalam sebuah hubungan. Namun, kelancaran komunikasi adalah kunci untuk hubungan yang sehat.
Di samping itu, tak semua hubungan berjalan mulus, ada yang menerapkan silent treatment, baik sengaja ataupun tidak sengaja. Lantas pernahkah kamu dihadapi sebuah masalah dan ingin membicarakan perihal tersebut? Bagaimana respon pasanganmu, maukah ia menanggapi atau malah menolaknya.
Sikap menarik diri dari masalah dapat menyebabkan emosi negatif seperti amarah. Hal ini dikarenakan, silent treatment dapat berdampak pada kesehatan dalam suatu hubungan, bahkan dianggap kejam.
Silent Treatment Bisa Dikatakan Sebagai Bentuk Kekerasan
Silent treatment dapat menimbulkan rasa sakit, meskipun tak terlihat. Bahkan, korban dari silent treatment bisa merasakan trauma mendalam. Kebanyakan korban yang berhasil keluar dan menjauhi pelaku silent treatment akan lebih berhati-hati untuk membuka hati kembali.
Hal ini dikarenakan, takut akan merasakan hal serupa dengan pasangan sebelumnya. Adapun perilaku diam yang menimbulkan trauma, dilansir melalui medicalnewstoday, seseorang mungkin menggunakan silent treatment sebagai bentuk kekerasan sebagai berikut:
- Diam dengan tujuan menyakiti orang lain sebagai hukuman
- Mendiamkan pasangan dalam waktu yang lama
- Diam akan berakhir jika mereka memutuskan untuk menyudahi hubungan
- Memilih untuk membicarakan masalahnya dengan orang lain, bukan dengan pasangannya
- Menggunakan diam sebagai bentuk hukuman dan menimbulkan rasa bersalah pada pasangan
- Memanfaatkan keadaan untuk memanipulasi pasangan untuk menekan dan mengontrol serta mengubah perilaku pasangan
Advertisement
Cara Merespon Pelaku Silent Treatment
Dilansir melalui joinonelove, terdapat cara untuk menanggapi perilaku silent treatment dengan cara memulai pembicaraan, yakni:
Utarakan Perasaan Hati
Mulailah untuk mengutarakan perasaan kepada pasangan dengan menghindari tuduhan dan kalimat yang memperkeruh suasana. Contohnya, “Aku sadar belakangan ini kita jadi jauh dan diam” atau “Belakangan ini aku merasa kamu kurang memperhatikanku, adakah kesalahan yang telah aku perbuat?”.
Coba Memahami Situasi dan Perasaan Pasangan
Cobalah perhatikan dan dengarkan perasaan pasangan ketika ia berhasil membuka percakapan. Kamu perlu mengerti perasaannya dengan begitu kamu berhasil memvalidasi pengalaman yang pernah ia lalu. Secara tidak langsung, ia akan lebih terbuka dan menilai kamu dapat memahami sudut pandang dirinya.