Liputan6.com, Jakarta - Berbagai istilah umum dalam hubungan seksual, salah satunya yakni fetish. Istilah fetish merujuk pada gangguan penyimpangan seksual yang ditandai dengan imajinasi.
Dilansir Verywellmind, Jumat (21/10/2022), fetish merupakan obsesi pada benda mati atau bagian tubuh non-seksual yang dapat membangkitkan gairah seksual seseorang. Contohnya, fetish kaki (podophilia) yang paling umum dibicarakan secara terbuka.
Memang belum banyak penelitian untuk mengeksplorasi mengapa fetish berkembang, namun beberapa teori menganggap bahwa faktornya berasal dari biologis, budaya, emosional, dan lain sebagainya.
Advertisement
Berawal dari seorang psikolog bernama Alfred Binet yang merupakan orang pertama yang menggunakan istilah fetish dalam konteks erotis tahun 80-an. Pasalnya, fetish diduga mengambil alih melalui pengalaman yang membangkitkan gairah pada suatu objek semasa kanak-kanak.
Beberapa penelitian juga mengklaim bahwa orang yang memiliki fetish cenderung menggunakan obat-obatan, mengonsumsi alkohol, dan mengalami tingkah kepuasan hidup yang lebih rendah.
Terlepas dari beragam banyaknya fetish, kali ini sedang ramai diperbincangkan di platform Twitter yakni seseorang yang mempunyai penyimpangan seksual dengan mengonsumsi urine dan kotoran (feses) orang lain.
Fetish Human Toilet
Berawal dari seorang pengguna Twitter @alexandr1aa_ yang mem-posting cuitan pada (10/10) lalu, perihal pengalamannya dengan seseorang yang mempunyai fetish sangat tidak umum, yakni human toilet.
Dalam cuitannya, Alexa mengaku telah memuaskan hasrat seksual temannya sebagai human toilet yang bisa dikatakan sebagai tempat pembuangan kotoran dirinya.
Fetish Human Toilet
“Alexa, terima kasih buat hari ini ya. Senang sekali akhirnya bisa jadi human toilet kamu. Aku mau buat kamu bangga karena sudah pakai aku untuk jadi human toilet,” tulis sang pengidap fetish langka dalam tangkapan layar akun tersebut.
Cuitan tersebut ramai dibanjiri komentar warganet yang heran dengan perilaku orang tersebut.
“Yang begini punya masalah apa ya? Kok mau minum air seni dan makan feses,” salah satu akun mengomentari.
“Mempunyai fetish dalam urusan ranjang sebenarnya merupakan hal lumrah, baik untuk orang yang masih lajang atau sudah berpasangan. Tapi orang yang mengidap fetish ini, kemungkinan akibat trauma masa lalu,” akun lain menimpali.
Advertisement
Ciri-Ciri Pengidap Fetish
Dalam buku Diagnostic and Statistical Manual Mental Disorders (DSM-5-TR), tercancum 3 kriteria untuk gangguan ini, yang termasuk dalam kategori parafilik, voyeuristik, dan eksibisionistik.
- Kriteria Pertama
Selama beberapa bulan, kalian akan mengalami dorongan seksual yang berfokus pada bagian tubuh non-seksual atau benda mati yang harus dimanifestasikan oleh fantasi, dorongan, atau perilaku.
- Kriteria Kedua
Fantasi, dorongan, atau perilaku yang kalian alami telah menyebabkan kesulitan yang signifikan atau mengganggu kegiatan kalian untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
- Kriteria Ketiga
Objek seksual atau benda mati tidak dapat menjadi alat perangsang. Dalam arti, butuh waktu yang lama untuk menganggap fetish sebagai gangguan. Misalnya, hanya dengan melihat seseorang yang memiliki rambut panjang atau kaki jenjang, kalian bisa saja terangsang dan melakukan hal yang merugikan orang tersebut.
Jika kriteria itu terpenuhi, kemungkinan kalian mempunyai fetish. Namun jika kriteria tersebut tidak terpenuhi, merujuk dalam istilah awam, yang memiliki minat seksual pada objek tertentu namun tidak menyebabkan diri sendiri atau orang lain terganggu.
Cara Mengatasinya
Apakah fetish bisa diatasi atau bahkan bisa dimusnahkan? Dalam kasus ini, pengobatan untuk fetish diklaim dapat mengurangi ketergantungan. Dikutip dari beberapa laman resmi, terdapat 3 cara yang bisa digunakan untuk mengatasi fetish, yakni:
1. Cognitive-Behavioral Therapy (CBT)
Metode terapi perilaku kognitif ini memiliki konsep untuk menyadari bahwa pikiran, sensasi fisik, perasaan, dan tindakan merupakan satu kesatuan dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya.
2. Psychodynamic Therapy
Faktanya, sebagian teori menjelaskan bahwa fetish berkaitan dengan kehidupan selama masa kanak-kanak. Tidak heran jika disarankan untuk menggunakan terapi psikodinamika. Metode ini menjelaskan perilaku kepribadian yang tidak disadari dalam diri seseorang.
3. Sex Therapy
Seorang terapis seks akan mengambil riwayat seksual untuk menilai faktor-faktor yang berhubungan pada fetish dan ekspresinya melalui dorongan, fantasi, dan perilaku.
Selain itu, terapis juga akan mengeksplorasi gejala yang dialami, terutama pada setiap perubahan dalam situasi atau isyarat yang telah meningkatkan pemikiran atau dorongan fetish itu sendiri.
Advertisement