Liputan6.com, Jakarta- ‘Semakin kotor kita, semakin kuat sistem kekebalan tubuh kita’. Hal tersebut mungkin tidak asing dan membingungkan. Tetapi, hal tersebut sudah diperhatikan para ilmuwan sejak 1960-an.
Orang-orang yang hidup bersamaan dengan alam memiliki kemungkinan alergi atau memiliki penyakit autoimun lebih kecil dibandingkan dengan mereka yang besar di tengah kota yang steril.
Baca Juga
Ahli epidemiologi Inggris David Strachan pada 1989 mengungkapkan hubungan antara fenomena tersebut dan beberapa hal terkait kebersihan yang kemudian disebut ‘hipotesis kebersihan’.
Advertisement
Lalu, pada 2003 ada hipotesis baru yang muncul yang menyatakan bahwa sistem kekebalan tubuh kita memiliki hubungan baik dengan mikroba tertentu yang diperoleh selama evolusi manusia. Mikroba tersebut berasal dari apa yang disebut ‘teman lama’.
Setiap orang mungkin tidak menyadari, jika kita dan hewan di sekitar kita secara konstan bertukar mikroba bahkan banyak dari mikroorganisme yang bertugas ini menjadi ‘teman lama’ yang bermanfaat. Namun, beberapa di antaranya juga ada yang tidak bermanfaat.
Dalam situasi tertentu, mengutip Inverse, seperti resistensi antibiotik, mikroba-mikroba ini dapat menimbulkan risiko yang signifikan tidak hanya bagi kita tetapi juga bagi hewan peliharaan kita.
Meskipun masih banyak hal dalam pertukaran ini, yang belum kita pahami sepenuhnya, ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa ikatan antara manusia dan hewan peliharaan secara harfiah lebih dalam daripada cinta.
Hewan dan manusia sama-sama memiliki mikrobioma yang berperan penting dalam segala aspek kesehatan.
Mikrobioma Manusia dan Hewan
Mikrobioma adalah ekosistem luas yang terdiri dari triliunan mikroorganisme, termasuk bakteri, virus, dan jamur yang hidup di dalam dan di sekitar kita.
Mikrobioma telah terlibat dalam semua aspek kesehatan manusia, mulai dari penyakit seperti multiple sclerosis dan kanker hingga COVID-19 dan bahkan penuaan. Setiap manusia memiliki kesamaan dalam keanekaragaman mikroba, tetapi tidak ada dua mikrobioma yang identik karena banyak faktor seperti genetika, di mana atau dengan siapa Anda tinggal, diet, dan status kesehatan.
“Sama halnya dengan manusia, hewan juga memiliki mikroba mulai dari usus hingga kulit mereka. Semuanya itu berkontribusi pada kesehatan dan kesejahteraan mereka,” ujar Celeste Allaband, dokter hewan dan peneliti pasca doktoral di University of California, San Diego kepada Inverse.
"Misalnya, ada hewan yang melakukan lebih banyak fermentasi seperti sapi atau kuda memiliki serangkaian mikroba yang berbeda untuk membantu mereka mencerna serat tanaman sedikit lebih baik," katanya.
Mikrobioma hewan, seperti manusia, juga cukup banyak berkembang saat lahir melalui kontak dengan ibu dan pengaruh berbagai kondisi dan faktor lingkungan. Sepanjang umur induk betina, komunitas mikroskopis ini terus berkembang dan bertransformasi stabil selama masa dewasa dan menurun seiring dengan bertambahnya usia, seperti yang dibuktikan oleh studi mikrobioma usus pada tikus dan ikan.
Advertisement
Bertukar Mikrobioma
Sejak 1980-an, para ilmuwan menyadari bahwa hewan peliharaan dan pemiliknya terlibat dalam pertukaran mikroba melalui penelitian yang menemukan kesamaan bakteri pada usus hewan dan manusia. Sejak saat itu, penelitian beralih fokusnya dengan mengaitkan hewan ternak dan hewan rumahan yang dapat membantu penyakit asma, alergi, dan penyakit metabolik masa kanak-kanak.
Pertukaran mikroba antara hewan dan manusia bisa terjadi karena adanya kontak fisik yang dilakukan.
“Anda berpelukan dengan hewan peliharaan anda, atau kucing tidur di kasur Anda, air liur yang menetes di tangan Anda, hingga Anda menyentuh mainan hewan pelihataan Anda merupakan beberapa prosesenya. Tetapi, ada juga mikroba yang masuk bersamaan dengan debu ditemukan di ruang tamu,” kata Meghan Davis, profesor kesehatan dan teknik lingkungan di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health.
Cara lain yang dapat membuat mikroba bertukar adalah melalui kotoran.
“Ada ‘fecal patina’ yang menutupi seluruh dunia. Manusia menularkan mikroba ke hewan mereka, dan hewan mentransfer mikroba ke manusia mereka. Karena, mikroba tersebut hanya Anda lepaskan dari usus ke seluruh lingkungan Anda,” kata Shira Doron, ahli epidemiologi dan pengurus antimikroba di Tufts Medical Center.
Sebuah studi pada 2013 yang menganalisis perbedaan mikrobioma antara pemilik anjing dan bukan pemilik anjing, menemukan bahwa mikrobioma kulit orang dewasa rata-rata lebih mirip dengan anjing mereka sendiri daripada anjing lain.
Probiotik
Meskipun manfaat kesehatan mikrobioma terkait kepemilikan hewan peliharaan belum sepenuhnya diuraikan, ada penelitian yang menunjukkan bahwa hal itu dapat melindungi kita, manusia, dari infeksi bakteri yang benar-benar mengerikan seperti Clostridioides difficile, atau C. difficile, bakteri yang dapat menyebabkan infeksi usus ringan hingga berat dan bahkan kematian.
“C. difficile merupakan ancaman bagi rumah sakit di mana-mana, di AS, sekitar 200.000 orang terinfeksi bakteri ini setiap tahun di rumah sakit atau tempat perawatan kesehatan; sekitar 170.000 kasus terjadi di luar rumah sakit melalui infeksi yang didapat dari masyarakat,” ujar Laurel Redding, seorang ahli epidemiologi veteriner di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Pennsylvania.
Karena infeksi C. difficile yang berulang di lingkungan masyarakat, para ilmuwan, termasuk Redding, menduga bahwa hewan peliharaan kemungkinan penyebabnya. Hewan yang masih muda diketahui membawa kuman tersebut.
"Saya berusaha menemukan bahwa orang yang memiliki hewan akan memiliki kemungkinan lebih tinggi terkena infeksi C. difficile berulang," kata Redding.
"Kami benar-benar menemukan yang sebaliknya, yaitu bahwa orang-orang yang memiliki lebih banyak kontak dengan hewan peliharaan mereka, seperti orang-orang yang mengizinkan mereka tidur dengan mereka atau menjilat tangan atau wajah mereka, bahkan lebih terlindungi,” tambahnya.
Redding menduga bahwa pemilik hewan peliharaan hanya memiliki mikrobioma yang kuat dan tak tertembus yang tidak dapat dengan mudah dijajah oleh C. difficile.
Probiotik hewan peliharaan kita dapat memengaruhi usus kita sendiri. Walaupun belum ada studi yang dapat menjamin bahwa pengaruh itu baik atau buruk tetapi pertukaran mikrobioma itu berpotensi baik dan buruk bagi kita. Berpotensi untuk memastikan kita saling menjaga kesehatan kita dan hewan peliharaan kita.
Advertisement