Liputan6.com, Jakarta Berbagai macam gangguan yang terkait dengan psikologis seseorang, salah satunya adalah fobia yang mana dapat diartikan sebagai perasaan cemas atau ketakutan terhadap situasi atau objek tertentu.
Baca Juga
Advertisement
Dilansir dari News Medical, istilah fobia diciptakan oleh orang Yunani sejak lama. Diketahui, orang Yunani menggunakan kata fobia dengan awalan bahasa Latin untuk menyampaikan berbagai jenis ketakutan.
Kemudian, selama abad ke-18, psikiater, psikolog, dan penulis Eropa mulai meneliti topik tersebut sehingga timbulnya berbagai sudut pandang terkait fobia. Hal ini juga mengungkap banyak manifestasi kecemasan sosial.
Diketahui, penyebab seseorang mempunyai fobia karena faktor genetik dan lingkungan. Contohnya seperti digigit binatang, hampir tenggelam, jatuh dari ketinggian, hingga peristiwa yang menyedihkan.
Meskipun termasuk dalam gangguan psikologis, namun fobia memiliki gejala yang berbeda dari penyakit mental yang serius, seperti skizofrenia. Orang yang memiliki halusinasi visual dan pendengaran, delusi, paranoia, dan gejala negatif lainnya itu termasuk dalam skizofrenia.
Sementara, fobia mungkin tidak rasional, namun orang yang mempunyai fobia tidak gagal dalam pengujian realitas. Mungkin kalian sudah tak asing dengar istilah trypophobia, namun ternyata masih banyak berbagai macam fobia langka yang belum banyak orang ketahui. Nah, berikut ini 5 fobia unik yang mungkin juga belum kalian tahu:
1. Ambulophobia
Ambulophobia adalah ketakutan untuk berjalan. Kondisi ini bisa menyebabkan gangguan serius dalam kehidupan dan kemampuan seseorang untuk bekerja.
Dilansir dari Verywellmind, ketakutan untuk berjalan cenderung jauh lebih umum terjadi pada orang dewasa atau orang yang sudah berumur. Hal ini disebabkan oleh faktor resiko, seperti masalah keseimbangan, pusing, masalah persendian, osteoporosis, dan gangguan penglihatan.
Efek samping yang terjadi kemungkinan besar meningkatkan risiko jatuh dan cedera yang serius. Dalam peneltian terhadap 379 orang, peneliti menemukan bahwa 30,1 persen memiliki gejala ambulophobia.
Diantaranya, wanita yang berusia di atas 70 tahun. Pasalnya, rasa takut berjalan berasal dari keinginan untuk mengurangi risiko jatuh sehingga sulit bagi orang untuk meninggalkan tempat tidur maupun rumah mereka. Beberapa faktor yang signifikan terjadi pada ampulophobia, yakni kondisi depresi, penyakit Parkinson, hipotensi postural, dan riwayat jatuh.
Advertisement
2. Genuphobia
Selain takut berjalan, ada juga gangguan seseorang yang ketakutan terhadap lutut atau cedera lutut, yakni genuphobia. Dilansir dari Clevelandclinic, ciri-ciri genuphobia biasanya ditandai dengan takut melihat lutut bahkan lututnya sendiri. Selain itu, bisa juga takut menyentuhnya, berlutut, hingga menyilangkan kaki.
Diketahui, gangguan ini sering berkembang di masa kanak-kanak, bisa terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Biasanya faktor risiko, meliputi riwayat keluarga dan genetika. Beberapa penelitian membuktikan bahwa perubahan gen membuat sebagian orang lebih rentan terhadap gangguan kecemasan atau fobia.
Selain takut untuk melihat lutut, seseorang dengan genuphobia mungkin melihat lutut mereka sebagai bagian lemah dari tubuh yang rentan terhadap cedera sehingga ketakutan ini mungkin diakibatkan oleh cedera lutut.
Biasanya mengalami traumatis yang sebelumnya terjadi saat berolahraga atau kecelakaan mobil. Sebagian orang yang melihat adegan mengerikan dalam film, seperti mematahkan tempurung lutut, juga bisa menimbulkan genufobia.
3. Skolionophobia
Skolionophobia adalah ketakutan terhadap sekolah dalam jangka waktu yang lama. Banyak anak yang merasa sungkan untuk pergi ke sekolah dan bahkan mungkin menjadi sakit secara fisik.
Fobia sekolah atau penolakan sekolah sering dikaitkan dengan gangguan kecemasan lainnya. Nama lain fobia sekolah adalah didaskaleinophobia. Fobia sekolah mempengaruhi sekitar 2-5 persen anak-anak, dengan kata lain, yang paling sering terjadi pada anak kecil usia 5 hingga 6 tahun atau anak sekolah menengah yang berusia 10 hingga 11 tahun.
Lantas apa penyebabnya? Terkadang memang belum ada penyebab yang jelas terkait fobia ini. Namun masalah di sekolah atau di rumah dapat berpengaruh pada kecemasan anak tentang sekolah. Contoh kecilnya seperti kurangnya perhatian penuh dari orangtua.
Selain itu, bullying atau ancaman kekerasan fisik dari orang di sekitar juga bisa menjadi penyebabnya. Biasanya gejala anak terkena skolionophobia adalah ketika ingin pergi ke sekolah atau sudah di sekolah maka bisa terjadi sakit kepala, tremor berlebihan, tantrum, dan lain halnya.
Advertisement
4. Somniphobia
Somniphobia dapat didefinisikan sebagai gangguan kecemasan yang berlebihan terhadap tidur. Orang dengan somniphobia mungkin khawatir sepanjang hari karena ingin menghindari tidur lantaran takut mengalami mimpi buruk atau mengigau.
Lantas apa perbedaannya somniphobia dengan sleep anxiety? Diketahui, orang dengan kecemasan tidur kemungkinan besar dikarenakan mereka berjuang untuk mendapatkan tidur yang cukup.
Sementara, somniphobia lebih sering mengalami ketakukan yang intens, seperti khawatir bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi jika mereka tertidur. Faktor resiko yang paling signifikan untuk somniphobia adalah riwayat parasomnia. Parasomnia adalah masalah terkait tidur kronis, seperti mimpi buruk atau kelumpuhan tidur. Selain itu, orang yang memiliki gangguan stres pasca-trauma (PTSD) juga lebih mungkin mengembangkan somniphobia.
5. Ryziphobia
Gangguan psikologis paling unik apalagi jika terjadi pada masyarakat Indonesia, yakni ryziphobia. Artinya, ketakutan berlebih terhadap nasi. Ikhsan Bella Persada, seorang Psikolog dilansir dari Klikdokter, mengungkapkan bahwa fobia nasi paling sering muncul pada orang-orang yang sejak kecil punya gangguan makan.
“Jadi, bisa saja awal mulanya adalah ketakutan kalau makan nasi bisa menyebabkan badannya jadi gemuk. Selain itu, fobia nasi juga bisa disebabkan oleh pengalaman traumatis terkait nasi,” katanya.
Ia juga menjelaskan bahwa orang dengan ryziphobia bisa langsung mual jika melihat dan menghirup aroma nasi, sehingga bisa menyebabkan jantungnya akan berdegup kencang dan gemetaran.
Fobia ini bisa diatasi dengan penanganan yang tepat dari psikolog, misalnya dengan cognitive behavioural therapy (CBT) yang bertujuan untuk mengubah cara berpikir seseorang sehingga perilaku pun ikut terpengaruh ke arah yang diinginkan.
Advertisement