Sukses

Lakukan 6 Cara Ini Agar Jadi Dewasa Secara Emosional

Tingkatkan kualitas diri melalui kedewasaan emosional, ini 6 cara yang bisa kamu lakukan.

Liputan6.com, Jakarta - Kedewasaan berbicara mengenai banyak hal, dan salah satunya kedewasaan emosional. Dewasa secara emosional bukanlah hal yang mudah dan masih banyak orang yang berjuang untuk dapat berpikir dan bertingkah secara dewasa.

Kedewasaan lebih dari sekedar usia. Berbicara mengenai dewasa artinya juga berbicara mengenai menerima kritik, merasa aman dengan diri sendiri, melihat segala sesuatu dari sudut pandang lain, dan membiarkan logika mengambil alih.

Mengutip dari Psych2go, Sabtu (22/10/2022), kedewasaan adalah tentang cara bertindak dan cara memperlakukan orang lain. Pemahaman bahwa meskipun kita tidak bisa mengendalikan setiap situasi dan hasilnya, tetapi kita dapat mengandalikan sikap dan pikiran diri sendiri, dan ini adalah hal yang perlu diingat.

Ketika memikirkan bagaimana ciri seseorang yang matang secara emosional, maka orang yang memiliki pemahaman baik tentang siapa diri mereka lah yang menjadi jawabannya.

Seseorang yang matang secara emosional tentu membawa dampak positif bagi dirinya maupun orang lain. Mereka yang dapat mengendalikan emosi dan tetap tenang akan tahu cara terbaik untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.    

Mengutip Healthline, tingkat kedewasaan seseorang lebih berkaitan dengan kecerdasan emosional mereka, atau cara mereka memilih untuk menanggapi suatu situasi yang menantang, dibandingkan dengan aspek usia.

Maka, tak jarang orang dewasa pun bisa memilki tingkat kedewasaan yang rendah. Tetapi tak perlu khawatir, terdapat cara untuk meningkatkan kecerdasan emosional secara berkala.

Berikut kami himpun dari Psych2Go, cara menjadi dewasa secara emosional untuk meningkatkan kualitas diri

2 dari 7 halaman

1. Biasakan Bertanggung Jawab

Seringkali seseorang bersikap denial ketika dihadapkan dengan situasi yang menyatakan bahwa mereka salah.

Terkadang, realita memang sulit untuk dihadapi, tetapi akan lebih dewasa untuk bertanggung jawab atas kesalahan dari apa yang telah dilakukan, alih-alih mencoba untuk melupakan dan move on.

Jika sedang berada di dalam argumen dan sulit untuk menyatakan bahwa kita adalah pihak yang salah, kita tidak akan dapat belajar dari kesalahan.

Dengan adanya kesadaran bahwa kita bertanggung jawab, kita akan belajar dari kesalahan dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. 

3 dari 7 halaman

2. Identifikasi Emosi Diri Sendiri

Mengakui dan sadar emosi yang sedang dirasakan akan membuat kita berpikir dua kali sebelum meluap-luap dan memperburuk situasi.

Ketika sudah mengetahui dan sadar akan emosi yang dihadapi, langkah selanjutnya adalah mencari alasan mengapa emosi tersebut muncul.

Setelah itu, akan lebih mudah untuk memecahkan masalah dan mencari solusi, alih-alih hanya berkutat dengan emosi di dalam diri sendiri.

Mengutip Healthline, menulis jurnal dapat menjadi aktivitas yang membantu untuk menyadari emosi yang kita rasakan seiring berjalannya waktu dan memahami mengapa emosi itu muncul.

4 dari 7 halaman

3. Cari Role Model yang Sesuai

Jika seseorang kesulitan dengan reaksi negative yang sering muncul di situasi yang penuh tekanan, mencari seseorang yang dikagumi sebagai contoh baik dapat membantu untuk mengendalikan emosi. Tanyakan kepada diri sendiri, “apa yang akan mereka lakukan di situasi ini?”

Akan lebih baik untuk memiliki role model yang memiliki kedewasaan secara emosi dan pribadi yang dikenal sabar.

Tetapi, tentu disaat yang sama pegang nilai diri sendiri dan tidak kehilangan identitas. Jadikan role model untuk belajar menanggapi suatu situasi, dan menjadi pribadi yang terus belajar.  

5 dari 7 halaman

4. Jadi Pribadi yang Open Minded

Orang yang dewasa secara emosional paham bahwa sudut pandang mereka tidak selalu benar. Untuk itu, penting untuk berpikiran terbuka dan melindang dari sudut pandang lain.

Seseorang mungkin memiliki ketertarikan yang berbeda-beda, dan tidak ada salahnya untuk mendengarkan seseorang serta untuk membuka wawasan baru.

Orang yang berpikiran terbuka juga tak mudah untuk menghakimi orang lain. Jika kita belajar untuk lebih berpikiran terbuka, kita memberi kesempatan kepada diri sendiri untuk mencoba sesuatu yang baru.

Tidak hanya itu, kita juga dapat menyadari bahwa kita tidak selalu benar dan memahami orang lain lebih baik.

6 dari 7 halaman

5. Kurangi Perasaan Mudah Tersinggung

Mudah tersinggung dapat menjadi pertanda bahwa seseorang memiliki ego yang tinggi. Ketika seseorang berada di dalam situasi yang membuatnya tersinggung, sebenarnya ego sedang mengambil alih dan membuat mereka berpikir bahwa emosi serta perasaan tidak enak yang sedang muncul adalah karena orang lain.

Mengutip dari Ideas Ted, ego membuat seseorang berpikir bahwa mereka benar dan orang lain yang harus mempertimbangkan kesalahannya. Tetapi, akan lebih mudah dan lebih baik bila seseorang dapat menurunkan ego dan berdamai dengan dirinya sendiri.

Ketika seseorang tidak terlalu mengambil hati, mereka tidak akan dikekang dan bebas atas pikiran “siapa yang benar dan siapa yang salah”.

Mindset seperti ini yang tentunya dimiliki oleh orang yang dewasa secara emosional untuk lebih menyelaraskan hubungan kepada hal-hal positif.

7 dari 7 halaman

6. Berhenti Sejenak dan Bersabar

Berhenti sejenak dapat mencegah tindakan impulsif yang justru dapat memperkeruh suasana. Dengan memikirkan terlebih dahulu perkataan maupun perbuatan yang ingin dilakukan, kita dapat menyampaikan maksud dengan lebih jelas.

Dengan memilih untuk mem-pause atau menjeda di situasi yang penuh tekanan, kita dapat memberi pilihan kepada diri sendiri untuk secara sadar memilih reaksi yang benar-benar ingin disampaikan.

Sikap ini tentu membuat kita menjadi lebih mawas diri dan membawa kita semakin dekat dengan kedewasaan emosional.