Sukses

Regulasi Emosi Ramai Dibicarakan di TikTok, Apa Itu dan Bagaimana Pengaruhnya?

Ramai di TikTok masalah regulasi emosi yang wajib dimiliki setiap orang, lalu, bergunakah hal tersebut?

Liputan6.com, Jakarta- Baru-baru ini ramai di TikTok pembicaraan mengenai kesehatan mental terkait dengan regulasi emosi seseorang. Kumpulan video tentang topik ini di TikTok telah ditonton lebih dari 47 juta kali. Salah satunya adalah topik regulasi emosi yang digambarkan sebagai keterampilan nomor satu yang harus dikuasai manusia. Lalu, sebenarnya, apa itu regulasi emosi?

Regulasi emosi umumnya mengacu pada strategi yang kita gunakan untuk memperhatikan, mengidentifikasi, dan memodifikasi keadaan emosi kita. Ketika orang memberikan edukasi tentang regulasi emosi, mereka biasanya berbicara tentang bagaimana mencegah balita yang tantrum, mengelola konflik dalam hubungan, atau bahkan menekan perilaku impulsif.

Tetapi, mengutip Inverse, regulasi emosi lebih rumit dari apa yang selama ini dibingkai di media sosial. 

Brett Ford, seorang asisten profesor di Universitas Toronto dan direktur Laboratorium Ilmu Pengetahuan dan Kesehatan Afektif mengatakan bahwa kemampuan menavigasi emosi sangat penting bagi kehidupan manusia sehari-hari. Tetapi, menghindari kesulitan seharusnya bukanlah tujuannya. Jika kita hanya memandang emosi buruk sebagai sesuatu yang harus disingkirkan, maka kita akan berakhir dengan perasaan yang lebih buruk. 

Strategi regulasi emosi yang berbeda memiliki pro dan kontra yang berbeda, tergantung pada individu dan situasinya.

Brett Marroquín, seorang profesor di Loyola Marymount University dan seorang psikolog klinis, mengatakan bahwa penting untuk tidak melihat strategi spesifik ini sebagai "baik" atau "buruk". Konteks dan hasil yang diinginkan adalah yang lebih penting.

Marroquín mencatat bahwa sains telah menetapkan hubungan yang jelas antara regulasi emosi dan kesejahteraan psikologis, fisik, dan sosial. Berkat studi-studi yang ada, kita bisa mengetahui strategi apa yang paling efektif, tergantung pada konteksnya.

“Secara umum, lebih baik untuk memiliki berbagai strategi regulasi emosi yang ada, agar dapat digunakan dengan fleksibel sesuai dengan kebutuhan,” kata Marroquin. 

2 dari 4 halaman

Menghindari Konflik

Mengelola emosi dapat membantu kita menghindari konflik, meningkatkan hubungan, dan meningkatkan kesejahteraan. Meskipun kita memiliki emosi, regulasi adalah sebuah keterampilan.

Strategi regulasi emosi tertentu lebih mudah digunakan dalam beberapa situasi daripada yang lain, kata Ford. Salah satu strateginya adalah dengan sengaja berpartisipasi dalam situasi tertentu.

Misalnya, jika Anda merasa tidak bisa bertemu dengan orang yang memiliki masalah atau konflik tertentu dengan Anda, Anda bisa menghindarinya dan memilih melakukan hal yang lain. Tetapi, secara realistis, kita tidak selalu memegang kendali atas segala situasi yang terjadi. Lebih jauh lagi, beberapa metode mungkin membantu Anda dalam jangka pendek, tetapi tidak benar-benar efektif dalam jangka panjang.

"Menghindari situasi yang membuat stres benar-benar efektif untuk membantu kita menghindari stres, tetapi jika kita menghindari setiap situasi yang kita pikir mungkin membuat stres, kita akhirnya kehilangan banyak hal dalam kehidupan," kata Ford.

3 dari 4 halaman

Penerimaan Emosional

Strategi yang paling sering direkomendasikan Ford adalah penerimaan secara emosional.

Dia menggambarkan ini sebagai proses aktif yang melibatkan kesadaran terhadap emosi negatif seseorang tanpa menghakimi atau berusaha menghindari emosi tersebut. 

Penelitiannya menunjukkan bahwa orang yang terbiasa menerima emosi lebih mungkin mengalami kesejahteraan psikologis yang lebih besar dari waktu ke waktu.

"Sementara banyak strategi regulasi emosi lainnya memiliki tujuan eksplisit untuk mengurangi emosi negatif seseorang dengan segera, namun tidak ada penerimaan," kata Ford.

"Sebaliknya, penerimaan bertujuan untuk mengubah hubungan seseorang dengan emosi negatif dengan mengurangi meta-state yang bersifat menghakimi yang cenderung menyertai emosi kita,” tambahnya.

Pendekatan kognitif  dengan strategi yang lain juga terbukti bermanfaat bagi kesehatan mental. Hal tersebut adalah proses mengubah cara seseorang berpikir tentang suatu situasi dan untuk membuatnya memilih agar dapat menafsirkan situasi tersebut dengan positif.

Misalnya, Anda tidak mendapatkan pekerjaan yang Anda inginkan. Anda kemudian dapat merenungkan segala sesuatu mengapa tidak berjalan dengan baik. Atau, Anda dapat mengevaluasi ulang apa yang terjadi dan melakukan beberapa pendekatan kognitif. Hal tersebut bisa Anda lakukan seraya anda menilai pengalaman buruk ini sebagai kesempatan Anda untuk berlatih beberapa keterampilan dan sebagai kesempatan menemukan yang lebih baik.

Penelitian Ford juga menunjukkan bahwa - dalam beberapa kasus - pendekatan ulang kognitif tidak dapat memperbaiki situasi mereka.

Seseorang dapat menganggap tindakan politik tidak layak dilakukan setelah adanya peristiwa politik yang mengecewakan. Misalnya, dalam kasus COVID-19, Ford dan rekannya menemukan bahwa pendekatan ulang kognitif selama pandemi dapat meningkatkan kesehatan mental. Tetapi, kepatuhan seseorang terhadap rekomendasi kesehatan yang ada jadi longgar. Seperti, mereka tidak menjaga jarak walaupun itu diperintahkan negara. 

Penilaian ulang kognitif, terkadang, mengarah pada sikap tarik-ulur antara merasa baik dan berbuat baik, kata Ford.

"Emosi negatif membantu kita bertindak di lingkungan kita, dan jika kita berhasil menyingkirkan emosi tersebut, kita bisa kehilangan motivasi untuk mengambil tindakan penting," jelasnya.

4 dari 4 halaman

Strategi Terbaik

Pada akhirnya, "strategi terbaik benar-benar tergantung pada situasi tertentu atau tujuan seseorang dalam situasi itu," kata Marroquín.

Karena itu, kebiasaan seperti merenungkan kesusahan Anda, tanpa terlibat dalam pemecahan masalah secara aktif memiliki konsekuensi jangka panjang. Mengkhawatirkan masa depan, atau katastrofisasi, juga bisa berbahaya.

"Kita sering tidak menganggap ini sebagai strategi pengaturan emosi, tetapi pada kenyataannya, ini adalah cara umum orang berusaha mengatur emosi, bahkan jika tidak membuahkan hasil yang baik," jelas Marroquín.

Sayangnya, penelitian menunjukkan bahwa melampiaskan emosi juga tidak terlalu membantu.

Lalu, berbagi kesusahan kita pada orang lain juga hanya bisa menenangkan dalam jangka pendek, dan tampaknya tidak membuahkan hasil ke arah perubahan yang permanen. Bahkan, tidak menjamin kita dapat memiliki cara baru untuk memahami situasi yang terjadi,” kata Marroquin.

Agar penyampaian perasaan dapat berhasil dalam jangka panjang, orang yang kita ajak curhat perlu menantang pemikiran kita atau membimbing kita ke strategi pengaturan emosi yang berbeda.

Pada akhirnya, seseorang mungkin ingin jujur tentang perasaan negatif mereka dan memilih untuk menghadapi konflik sehingga dapat menghadapi masalah tersebut dan menemukan penyelesaiannya. Ini adalah keputusan individu berdasarkan keadaan, tetapi bisa menyembuhkan.

"Penting juga untuk dicatat bahwa jika seseorang benar-benar berjuang dengan kesulitan emosional atau kesehatan mental, yang terbaik adalah mencari seorang profesional. Para profesional tahu cara-cara khusus untuk mengatasi regulasi emosi dalam pengobatan.," kata Marroquín.