Sukses

Bulan Inklusi Keuangan 2022, Literasi ke Masyarakat Terus Digencarkan

Selama Oktober 2022, pemerintah menggencarkan Bulan Inklusi Keuangan 2022 (BIK 2022) yang diinisiasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama berbagai lini institusi keuangan.

Liputan6.com, Jakarta - Kini masyarakat semakin mudah dalam mengakses informasi dan literasi. Merebaknya isu resesi global pada 2023 mendatang membuat masyarakat semakin didorong untuk lebih memahami dan mengelola kondisi keuangan dengan baik.

Selama Oktober 2022, pemerintah menggencarkan Bulan Inklusi Keuangan 2022 (BIK 2022) yang diinisiasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama berbagai lini institusi keuangan. Tujuannya dalam rangka memberikan literasi kepada masyarakat mengenai produk keuangan.

Adakami, salah satu perusahaan fintech peer to peer lending (P2P) yang terdaftar dan diawasi oleh OJK, juga turut aktif dalam memberikan literasi keuangan melalui berbagai media sebagai bentuk dukungan terhadap BIK 2022.

"Sebagai platform keuangan digital, Adakami berupaya semaksimal mungkin agar literasi keuangan dapat diterima masyarakat dengan baik. Kami mengangkat topik yang relevan dan mudah dimengerti," ungkap Business Development Manager Adakami Jonathan Kriss melalui keterangan tertulis, Senin (24/10/2022).

Dia menjelaskan, sejak awal tahun, pihaknya telah menggelar beberapa rangkaian kegiatan literasi keuangan, seperti radio talkshow di beberapa kota, misalnya Jakarta, Bandung, Serang dan Yogyakarta.

Menurut dia, AdaKami juga aktif mengikuti seminar dan webinar, seperti OJK Goes to Yogyakarta, Muda paham Fintech di UIN Sunan Ampel Surabaya, AFPI - Fintech Lending Days Makassar dan masih banyak lagi.

"Adakami juga menggandeng public figure Yuki Kato sebagai Duta Bijak Financial dalam kegiatan literasi keuangan, serta mensponsori klub sepak bola juara liga 1 2021-2022 Bali United, untuk akses literasi komunitas di Pulau Bali," ucap Jonathan.

 

2 dari 4 halaman

Program Literasi Keuangan Terus Berlanjut

Pemanfaatan sosial media juga menjadi fokus AdaKami melalui live instagram #AdaEducation yang rutin dilakukan setiap bulan dengan mengangkat beragam tema yang erat dengan masyarakat, seperti Financial Mindfullnes Now & Then bersama Ligwina Hananto.

"Pada Oktober 2022 ini, #AdaEducation juga berkolaborasi dengan dr. Andri Sp.KJ, FAPM dan Yuki Kato, Duta Bijak Finansial AdaKami dengan mengangkat topik bagaimana Kesehatan Mental berkontribusi terhadap Kesehatan Finansial," terang Jonathan.

Dia menyebut, AdaKami juga meluncurkan video inspirasi mengangkat cerita Rifqi pengguna AdaKami yang memulai usaha ditengah keterbatasan serta kegiatan webinar bersama sekitar 450 UMKM dalam mengatur keuangan operasional dan memanfaatkan pendanaan untuk pengembangan usaha.

"Terlepas dari kegiatan Bulan Inklusi Keuangan 2022 di bulan Oktober, program literasi keuangan AdaKami akan terus berlanjut untuk mempersiapkan masyarakat Indonesia lebih cerdas dan bijak dalam menggunakan produk keuangan digital," jelas Jonathan.

Sebagai Duta Bijak Finansial AdaKami, Yuki Kato pun mengakui saat ini literasi keuangan di Indonesia masih kurang.

"Memang literasi keuangan di Indonesia masih menjadi PR buat kita bersama, makanya aku seneng banget waktu diajak kolaborasi sama AdaKami untuk mengedukasi masyarakat di Indonesia soal aturan main dalam menggunakan P2P Lending," tutup Yuki.

 

3 dari 4 halaman

Kata OJK soal Literasi Keuangan

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sering dan berulang kali menyebutkan ekonomi dunia akan gelap di 2023. Tidak ada yang memprediksi apa yang akan terjadi tahun depan. Yang jelas, semuanya serba sulit. Hanya negara-negara tertentu yang bakal selamat dari kegelapan.

Menanggapi, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar tak menampik bahwa di tahun depan ekonomi global diprediksi mengalami pelemahan dan dipenuhi dengan ketidakpastian.

"Untuk menempatkan konteks 2023 itu dengan tepat bukan menjadi satu ketakutan, tapi memang tidak diharapkan bahwa 2023 di internasional ini akan ada kelesuan ekonomi yang luar biasa," kata Mahendra Siregar dalam peluncuran SiMolek Edutainment di Karanganyar, Minggu 23 Oktober 2022.

Kendati begitu, menurut dia, Pemerintah Indonesia harus fokus ke perekonomian dalam negeri, terutama melakukan penguatan terhadap perekonomian di daerah-daerah melalui pemberdayaan guna menjaga daya beli masyarakat.

Artinya, apa yang dikhawatirkan terkait kondisi global di masa mendatang, Indonesia sudah siap menghadapi ketidakpastian tersebut. Pasalnya, perekonomian dalam negerinya sudah kuat terutama dalam hal literasi dan inklusi keuangannya.

"Justru kita harus fokus ke perekonomian dalam negeri dan dalam konteks itu perekonomian dalam negeri adalah penguatan dari perekonomian di daerah-daerah, dan disitu adalah sama dengan pemberdayaan kekuatan ekonomi potensi dan daya beli masyarakat," ujarnya.

 

4 dari 4 halaman

Akses Keuangan Harus Ditingkatkan

Lebih lanjut, kata Mahendra, saat ini yang masih menjadi persoalan dalam sektor jasa keuangan adalah tingkat literasi dan inklusi keuangan yang masih rendah.

Dalam hal ini pendekatan yang dilakukan oleh seluruh industri jasa keuangan masih kurang. Oleh karena itu, dalam hal ini OJK sebagai regulatornya mencoba menyelesaikan masalah ini dengan lebih komprehensif.

"Akses keuangan dari industri jasa keuangan harus ditingkatkan Apakah itu melalui digital Tapi tidak semua paham penggunaan digital, maupun juga pendekatan langsung yang lebih masuk kedalam proses yang bisa diterima oleh masyarakat, bukan yang bisa diterima oleh perbankan semata," pungkasnya.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus berupaya memperluas edukasi atau sosialisasi seputar produk dan jasa keuangan. Salah satunya kepada para santri yang menuntut ilmu di pondok pesantren.

Salah satu langkah yang saat ini dijalankan adalah kegiatan Santri Cakap Literasi Keuangan Syariah (Sakinah), dalam rangka perayaan Hari Santri Nasional 2022 yang digelar di Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak, Bantul, Yogyakarta, Sabtu 22 Oktober 2022.

Pada kesempatan itu, Anggota Dewan Komisaris OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Friderica Widyasari Dewi, mengaku senang para pengurus pondok pesantren ingin lebih banyak belajar tentang tren keuangan yang ada saat ini, di luar keuangan syariah.

Termasuk ekonomi hijau (green economy) yang kini marak digencarkan, hingga produk-produk jasa keuangan berbalut teknologi digital semisal kripto hingga metaverse.