Sukses

4 Dampak Penggunaan Gadget Tak Baik untuk Kesehatan yang Harus Kamu Tahu

Berbicara terkait teknologi, sebagian masyarakat pasti tak bisa lepas dengan hal tersebut. Namun apakah bisa berdampak buruk? Simak artikel dibawah ini.

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah cara pandang kita terhadap kehidupan di masa yang akan mendatang.

Sebagian orang hampir memiliki gadget atau smartphone mulai dari orang dewasa, remaja, maupun anak-anak pun sudah memilikinya sebagai media komunikasi dan hiburan.

Faktanya, smartphone atau handphone (gadget) tersebut sudah menjadi salah satu alat penting yang harus dibawa kemanapun.

Pada tingkat sosial, pekerjaan, dan pribadi, kita akan bertindak atau berkomunikasi secara berbeda. Lantaran, situasi seperti ini diperbesar oleh adanya pandemi yang menyebabkan secara tidak sadar resiko baru muncul dalam kehidupan kita sehari-hari.

Masalah utamanya adalah paparan yang tinggi terhadap smartphone, laptop, dan teknologi lainnya memberikan dampak negatif terhadap pengguna, baik itu berdampak fisik maupun psikis.

Dilansir dari Merriam Webster, dampak negatif teknologi terhadap kesehatan fisik biasanya adalah penyakit metabolisme yang disebabkan oleh gaya hidup pengguna teknologi.

Sementara, dampak yang terjadi pada psikis meliputi kesehatan mental yang berhubungan dengan perkembangan sosial dan emosional.

Misalnya phone snubbing atau phubbing. Melansir Scienceofpeople, phubbing merupakan tindakan mengabaikan lingkungan sekitarnya dan hanya berfokus pada gadget. Hal tersebut bisa terjadi ke kalangan manapun, baik dengan teman, anggota keluarga, atau bahkan rekan kerja.

Menghadapi situasi seperti ini, maka dapat muncul risiko baru yang mempengaruhi kesehatan kita. Berikut penjelasannya dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber:

2 dari 5 halaman

1. Phubbing

Dilansir dari Scienceofpeople, kepanjangan istilah phubbing, yakni 'phone snubbing' yang mana merupakan tindakan mengabaikan lingkungan sekitarnya dan hanya berfokus pada gadget. Hal tersebut bisa terjadi ke kalangan mana pun, baik dengan teman, anggota keluarga, atau bahkan rekan kerja.

Tindakan phubbing bisa datang dalam bentuk lain, seperti ketika seseorang menatap ke atas atau melihat sekitar selama bercengkrama dengan harapan dapat menemukan seseorang atau sesuatu yang lebih menarik.

Phubbing cenderung dapat dikatakan perilaku yang kasar dan tidak sopan, lantaran mereka menyampaikan bahwa sesuatu yang ada di gadget menjadi lebih penting daripada orang lawan bicaranya.

Akibat dari phubbing sendiri bisa merusak hubungan. Kontak mata sangat penting dalam berkomunikasi sehingga bisa membangun kepercayaan.

Namun kurangnya kontak mata karena phubbing dapat membuat orang merasa tidak peduli dengan mereka atau tidak menghargai waktu mereka.

3 dari 5 halaman

2. Nomophobia

Istilah nomophobia serupa dengan kondisi psikologis lain yang berkaitan dengan ketakukan akan hal-hal tertentu, seperti fobia sosial.

Dilansir dari Medicalnewstoday, kepanjangan dari nomophobia sendiri, yakni ‘no mobile phone phobia’ yang mana dapat diartikan sebagai sekelompok gejala psikologis dimana seseorang mengalami kecemasan karena tidak memiliki konektivitas ponsel.

Dalam jurnal tahun 2016 memaparkan bahwa hal ini berkembang karena komunikasi instan dan kepuasan instan yang diciptakan dari gadget atau smartphone sehingga dapat mengembangkan perilaku adiktif dan kompulsif.

Meskipun begitu, nomophobia bukan gangguan yang diakui secara resmi dan tidak ada perawatannya. Dengan demikian, dokter atau psikolog lebih menyarankan untuk opsi perawatan yang serupa dengan mengobati fobia lainnya, seperti terapi.

Dalam kasus ini, terapi merupakan salah satu yanb dapat membantu mengatasi ketakutan seseorang akan kehilangan ponsel mereka dan implikasi dari tidak memiliki akses ponsel.

4 dari 5 halaman

3. Vamping

Vamping dapat diartikan sebagai hiperkoneksi digital yang menyebabkan insomnia dan mengurangi jam tidur.

Dilansir dari The Objective, meski vamping bisa menyerang orang dewasa maupun remaja, faktanya berbagai penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen dilalui pada rentang usia antara 12 dan 17 tahun.

Beragam efek yang dihasilkan dapat mempengaruhi, antara lain kelelahan, perubahan nafsu makan atau peningkatan berat badan, pemarah, dan lain sebagainya.

 

5 dari 5 halaman

4. Smombies

Melansir BBC.com, smombies perpaduan kata dari 'smartphone dan zombie', yang mana menggambarkan seseorang yang sedang sibuk dengan ponselnya walaupun sedang melakukan aktivitas.

Biasanya sering terjadi pada seorang pejalan kaki yang sibuk dengan smartphone-nya. Dalam hal ini, smartphone berhasil menguras semua kemampuan penggunanya untuk mengubah menjadi orang yang maniak gadget.

Diketahui, beberapa negara sudah menerapkan solusi untuk menyelamatkan smombies dari diri mereka. Salah satunya di Korea Selatan, pada tahun 2017, lebih dari 1.600 pejalan kaki terbunuh dalam kecelakaan lalu lintas dan kebanyakan terjadi di tempat penyeberangan pejalan kaki.

Bahkan, negara tersebut dikatakan sebagai angka kematian dan cedera jalan tertinggi di antara negara-negara lainnya. Itulah alasan dibuat solusi dengan Smombie Warning System, yang mana ketika pejalan kaki mendekati penyeberangan, smartphone akan menyala dan menampilkan teks peringatan otomatis untuk menyadarkan para smombies agar memperhatikan sekitar.