Sukses

Mengapa Orang Suka Memendam Perasaan?

Perilaku bottled up emotion atau memendam perasaan, jika dilakukan dalam jangka panjang dapat memengaruhi kesehatan mental juga fisik.

Liputan6.com, Jakarta - Menyimpan dan memendam perasaan biasa kita lakukan ketika berusaha menghindari munculnya situasi tidak nyaman di dalam hubungan.

Meskipun cara tersebut mampu membuat kita merasa aman, memendam emosi bukanlah hal yang sehat untuk dilakukan terus-menerus.

Memendam perasaan atau yang memiliki sebutan sebagai bottled up emotion merupakan pendekatan yang dapat menghambat seseorang untuk mendiskusikan kebutuhan mereka. Ini juga mencegah mereka untuk menciptakan dan membangun hubungan dengan orang lain.

Perilaku bottled up emotion jika dilakukan dalam jangka panjang dapat menjadi bumerang bagi diri sendiri dan memengaruhi kesehatan mental juga fisik.

Melansir VeryWellMind.com, Colleen Mullen, terapis dari California Assciation of Marriage and Family Therapist mengungkapkan, alasan seseorang seringkali memendam emosi bisa beragam, tetapi hal ini tampaknya berasal dari rasa takut akan terlihat lemah dan rentan.

Ini merupakan reaksi yang seseorang lakukan ketika mereka ingin melindungi dirinya sendiri. Colleen mengatakan bahwa bottled up emotion memberikan rasa aman secara emosional yang keliru terhadap seorang individu.

Perilaku ini juga dapat menjadi kebiasaan, mengingat seiring seorang individu semakin dewasa, mereka belajar bahwa mengekspresi apa yang mereka rasakan itu tidak aman dan hanya akan membuat mereka terlihat lemah.

Selain itu, bagaimana orang tua mereka memperlakukannya ketika sedang menunjukkan emosi, juga menjadi penyebab mereka menghindari mengekspresikan emosi yang dirasakannya.

Perilaku ini menyebabkan seorang anak tumbuh kesulitan dalam menjelaskan perasaannya dan merasa tidak dihargai ketika melakukannya. Berikut penjelasan singkat terkait orang yang memendam perasaan:

2 dari 4 halaman

Tanda Seseorang Sedang Memendam Perasaan

Untuk kasus-kasus tertentu, sebagian dari kita memendam perasaan secara sadar. Biasa ini dilakukan untuk menghindari terciptanya situasi yang tidak nyaman. Namun, hal ini juga sering terjadi sebagai bentuk respons tanpa sadar.

Beberapa tanda yang ditunjukkan ketika kita sedang mencoba menekan emosinya adalah kita merasa tidak ada orang yang dapat mengerti apa yang kita rasakan.

Kita akan merasa tidak mendapatkan apa-apa setelah menghabiskan waktu dengan orang lain.

Selain itu, akan muncul beberapa gejala somatik, seperti sakit perut atau mual, sakit kepala, jantung berdebar kencang dan cepat, serta merasa tegang.

Selanjutnya, kita akan merasakan amarah dan frustasi yang semakin besar terhadap kehidupannya dan orang lain.

3 dari 4 halaman

Bahaya Memendam Perasaan

Menyimpan perasaan dapat terasa seperti keputusan yang baik, tetapi ini hanya bagus dalam jangka waktu pendek saja. Dalam jangka panjang, kebiasaan ini dapat membebani kesehatan mental, memengaruhi kesehatan fisik, dan menghalangi hubungan sosial.

Ketika kita mengabaikan perasaan, ini dapat memengaruhi kepercayaan diri kita. Seiring berjalannya waktu ini memungkinkan kita merasa tidak ada yang peduli dengan kebutuhan atau keinginan kita. Hal ini pun membuat kita merasa tidak penting.

Selain itu, perilaku ini juga memengaruhi kesehatan fisik. Karena ketika mulai muncul perasaan frustasi dan stres, perasaan ini juga akan memunculkan gejala stres secara fisik terhadap individu. Hal ini bisa memunculkan penyakit seperti diabetes dan gangguan pada jantung.

Terakhir sebagai makhluk sosial, setiap individu selalu membutuhkan hubungan sosial. Perilaku memendam perasaan dapat menghambat pertumbuhan hubungan tersebut, karena diri kita menolak untuk mengekspresikan apa yang dirasakan.

 

4 dari 4 halaman

Cara Mengekspresikan Perasaan dengan Baik

Mengekspresikan emosi dapat menjadi suatu pilihan untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Hal ini tidak selalu datang secara alami kepada semua orang.

Perilaku ini membutuhkan latihan yang konsisten dan serius. Latihan mengekspresikan emosi merupakan cara seseorang menghormati diri mereka sendiri. Karena mereka mengerti apa yang perlu mereka ungkapkan dan tidak membiarkannya menjadi racun hati.

Untuk ini, kita dapat memulai dengan cara mengatakan apa yang kita rasakan saat itu. Cara ini terdengar sederhana, tetapi nyatanya sulit untuk dilakukan. Maka dari itu, mengungkapkan perasaan secara lisan menjadi latihan pertama.

Kita dapat memulai dari hal kecil dan fokus pada perasaa positif yang dirasakan. Mengungkapkan perasaan seperti "aku merasa senang menghabiskan waktu bersama temanku" dapat menjadi langkah awal sederhana yang bisa dipraktikkan.