Liputan6.com, Jakarta - Pergi kencan bersama orang terkasih tentu membuatmu senang. Apalagi pertemuan itu sudah kamu nantikan jauh-jauh hari. Mungkin kamu sudah merencanakan datang ke beberapa tempat dengan pasanganmu. Menghabiskan waktu bersama adalah kesempatan paling berharga.
Umumnya, sebelum pergi ke tempat kencan, sang kekasih akan datang ke rumah untuk menjemputmu. Namun, belakangan ini sempat menjadi perdebatan, haruskah laki-laki menjemput pasangannya atau tidak.
Baca Juga
Bahkan banyak yang mempermasalahkan, apakah antar jemput pacar menjadi effort atau sebuah kewajiban?
Advertisement
Apalagi beberapa waktu lalu bahan bakar minyak mengalami kelonjakan harga yang membuat seseorang harus membelinya dengan harga mahal.
Kendaraan membutuhkan bahan bakar untuk menjalankan mensinnya, lantas apakah ini yang menjadi salah satu masalah terkait effort atau tidaknya seorang pria menjemput pasangannya.
Adakah alasan lain di balik itu semua yang menyebabkan antar jemput pasangan dikategorikan sebagai bentuk usaha sang pacar kepada kamu?
“Menurut gue sih, jemput pacar masuk ke dalam kategori effort, karena itu jadi salah satu bentuk upaya memperhatikan pasangan”, kata Anggi Fitri (20), yang tengah menjalin hubungan lebih dari 2 tahun dengan kekasihnya kepada tim Citizen6-Liputan6.com Minggu (30/10/2022).
Kisah cintanya dimulai pada tahun 2020 dengan pria asal Depok, Jawa Barat. Sedangkan, Anggi (20) berdomisili di Jakarta Selatan.
Jarak tempuh yang cukup memakan waktu itu dinilai berharga oleh Anggi, karena usaha yang diberikan oleh kekasihnya.
Berbeda dengan Anggi, Hafidz (20) menjelaskan menjemput pacar sebelum pergi berkencan adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan.
“Anter jemput pasangan itu udah jadi kewajiban,” tegasnya.
Pendapat Generasi Z Terkait Antar Jemput Pasangan
Menjadi sebuah perdebatan yang tak kunjung usai, sebenarnya usaha atau kewajiban untuk menjemput pasangan kembali pada pribadinya masing-masing.
Adapun yang menanggapi hal ini tergantung dengan kondisi dan konteks antar dan jemput itu sendiri.
Rinaldi Pradhana (21) menjelaskan antar jemput pasangan adalah effort, namun berubah menjadi kewajiban ketika dirinya yang mengajak sang kekasih untuk pergi kencan.
“Effort, tapi bakal jadi kewajiban kalo kita yang janji atau ngajak dia, terus kalo udah ketemu bareng anterin dia pulang itu kewajiban,” kata Rinaldi yang akrab disapa Aal.
Selain Aal, Ramdani (20) ikut memberikan pendapatnya terkait hal ini. Dirinya menjelaskan semua tergantung pada kondisinya.
Jika sudah ada rencana untuk kencan, maka menjemput pacar adalah kewajiban. Lain hal jika harus menjemput sang kekasih ketika pulang kuliah, itu menjadi sebuah effort.
“Jemput pulang kuliah ya effort, karena jarak yang jauh, macet pula,” tutur Ramdani.
Advertisement
Effort Tidaknya Bergantung Pada Hubungan yang Dijalani
Bersedia atau tidaknya menjemput pasangan sebelum pergi kencan adalah sebuah pilihan dari pihak laki-laki.
Kadang kala, kepadatan aktivitas atau jarak tempuh menjadi sebuah hambatan untuk menjemput pujaan hatinya.
Bukanlah sebuah alasan klasik “kalau bukan prioritas, ya akan selalu di kesampingkan,” namun terkadang kondisi seperti ini tak bisa dipaksakan.
Al May Daffa (21) menjelaskan terkait perdebatan antar jemput menjadi sebuah effort atau kewajiban dan memberi pandangan yang berbeda.
“Kewajiban menurut aku, kalau konteksnya sudah menjadi pacar,” ungkapnya.
“Beda halnya kalau baru deket atau masih pdkt, itu baru merupakan sebuah effort,” sambung Al May.
Dirinya memiliki pendapat berbeda dari kebanyakan orang, karena ia menilai semuanya berdasarkan hubungan yang sedang dijalaninya.
Menjemput pacar sebelum pergi kencan adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan laki-laki. Akan tetapi, hal itu berubah menjadi effort jika kamu masih menjadi gebetannya saja.
Effort Bagi Pasangan
Jika menjemput pasangan adalah sebuah bentuk usaha yang diberikan oleh pasangan, lantas adakah upaya lainnya yang bisa dilakukan?
Berani menjalin hubungan asmara dengan seseorang, bukan hanya menyatukan dua individu saja. Bahkan, restu dari orangtua pun menjadi kunci.
Terkadang, mereka yang tak berani mengenalkan pasangan kepada keluarganya lebih memilih untuk merahasiakan dan mejalani hubungan backstreet saja.
Ramdani (20) menyampaikan, berani mengenalkan pasangan kepada orangtua menjadi sebuah effort yang perlu diapresiasikan.
“Ngenalin pasangan ke keluarga itu effort dari pasangan ke kita sih, karena pasangan gua sekarang butuh waktu lama buat berani ngenalin gua ke keluarganya,” jelas Ramdani.
Lain halnya dengan Ramdani, Al May menjelaskan usaha dari pasangan adalah ketika dirinya meminta suatu hal dan sang pacar sanggup untuk merealisasikannya.
“Menurut aku, yang menjadi effort adalah pas kita minta atau nyuruh suatu hal dan dia realisasikan,” tuturnya.
“Hal seperti itu bagiku jadi sebuah effort yang dia berikan untuk aku,” sambung Al May.
Advertisement
Hal Kewajiban Bagi Pasangan
Menyatukan dua hati menjadi satu, perlu juga menyatukan pikiran serta ego yang dimiliki masing-masing individu.
Jika hubungan ingin terus berjalan baik, harus adanya sebuah kejujuran dan keterbukaan dari setiap individu yang menjalaninya.
Hal ini merupakan kewajiban yang harus dilakukan setiap pasangan yang berani memulai kisah asmara dengan seseorang.
“Kewajiban yang mungkin harus dipenuhi dari pasangan adalah saling menghargai, saling jujur, saling menyayangi, dan menerima pasangan apa adanya,” tutur Anggi.
Sama halnya dengan Anggi, Ramdani menyampaikan kejujuran dalam sebuah hubungan menjadi kunci paling utama.
“Kejujuran sih, yang jadi pondasi dari hubungan itu sendiri,” jelas Ramdani.
Memiliki pandangan berbeda, Balqis Afifahtuzahabiyah (21) menjelaskan komunikasi dan keluangan waktu bersama pasangan adalah kewajiban yang perlu dipenuhi dalam suatu hubungan.
“Yang harus dipenuhi tuh komunikasi kita sama quality time,” kata Balqis.